Jumat, 24 Juni 2022

Dewi Dhumawati dan Dewi Permoni

 

Sudah lama saya tidak posting.....Btw, kisah kali ini mengisahkan Batari Durga dan menantunya, Dewi Permoni. Dikisahkan Batari Durga berubah menjadi Dhumawati, sang dewi pelindung nasib buruk juga perjalanan cinta dewi Permoni dan Batara Kala. Saya padukan lakon ini dengan legenda versi India tentang Dewi Niruti sang dewi pembawa ketakutan dan kemalangan, kisah para Mahawidya (10 wujud Batari Durga dalam kepercayaan Tantrisme Hindu), lakon Samodera Manthana di Mahabharata buku Adiparwa, kisah Batara Kala-Dewi Setesuyara dari Bali, dan kisah Dewi Permoni versi Sunda dan Jawa dengan bumbu romantisasi versi saya.

Jamuan di Iswaraloka

Pada suatu hari, Batari Durga dan Batara Guru mengadakan jamuan di istana Iswaraloka. Seluruh dewa diundang. Sang dewi yang disebut Uma itu mempersilahkan Batara Brahma dan Dewi Saraswati makan duluan. Ia pun juga memepersilahakan Batara Wisnu dan Dewi Srilaksmi makan duluan “Kalian makanlah duluan....aku akan memunggu suamiku makan dulu” para dewa pun memakan jamuan. Batara Guru juga makan sampai-sampai Batari Durga menderita kelaparan yang luar biasa. Sehingga makanana jamuan habis dan para dewa kembali ke istana masing-masing, Batari Durga belum makan. Ketika kembali ke meja jamuan, Batari Durga tidak disisakan satu butir nasi pun untuk dimakan. Ia begitu lapar dan menci-cari sang suami. Ia melihat Batara Guru sedang duduk dibawah pohon. Batari Durga  meminta Batara Guru memberinya sesuatu untuk dimakan namun sang Batara Shiwa justru diam karena bersemadi. Batari Durga mengulang permintaannya berkali-kali namun tetap tidak digubris.

Kemarahan Dhumawati

Karena terlalu lapar, sang Dewi Parwati marah besar lalu menjadi Dewi Mahakali kemudian menelan segala benda-benda di Trilokabuana, para dewa, bahkan Batara Guru. Setelah menelannya, Batara Guru memohon agar memuntahkannya.

Dhumawati menelan Batara Guru
Namun sang Dewi Mahakali tak menggubris dan melakukan krodha. Seketika dari seluruh tubuh keluar asap. Seluruh kecantikannya tertutup oleh asap. Dia menjelma menjadi seorang wanita tua yang jelek dan benar-benar menjadi janda. Dia hanya sendirian di bumi ini. ia kemudian dipanggil Dhuma (asap) sehingga disebut Dewi Dhumawati. Sang Batara Girinata tidak punya pilihan selain mengutuk sang istri. Batara Guru mengatakan bahwa kelak akan menjadi seorang istri raja namun kehidupannya layaknya janda (kelak Batari Durga menitiskan sebagian dirinya sebagai Dewi Drupadi, istri prabu Yudhistira. Kehidupan Drupadi akan penuh derita selayaknya janda miskin meskipun ia bersuami raja). Dewi Dhumawati menangis diiringi burung gagak. Dia pun bersemadi di atas kereta diraja (usungan jenazah) tanpa kuda. Ia lalu memuntahkan semua yang ia telan termasuk Batara Guru. Ia pun meminta maaf karena ketidaksabarannya. Batara Guru juga minta maaf karena tidak memperhatikan istrinya. Dalam wujud Dewi Dhumawati, Batari Durga akan menjadi pelindung dari segala kemallangan, kelparan, dan kesusahan bagi orang-orang tertindas dan putus asa terutama para janda.

Permoni dan Kala

Peristiwa bangkitnya Dewi Dhumawati terjadi sebagai penyeimbang buat menantunya, Dewi Permoni sebagai dewi kemalangan. Dikarenakan sesaat setelah peristiwa pengadukan laut dan legenda gerhana, Dewi Permoni yang baru keluar dari dasar laut semakin dekat dengan Batara Kala, sang dewa penguasa malapetaka. Dewi cantik itu menerima sang pangeran kahyangan berwujud yaksa itu sebagai suaminya. Hari-hari mereka berlalu. Mereka hidup bahagia namun Batara Kala merasa malu pada dirinya sendiri ketika bersama Permoni di penghadapan para dewa. Pada suatu ketika, Batara Kala sedang merenung duduk terdiam di halaman belakang Istana Nusakambana. Sepertinya dia banyak pikiran. Dewi Permoni bertanya kenapa "kakanda kenapa termenung disini? Apakah ada yang mengganjal di hati kakanda?" Batara Kala berkilah dengan berperumpama "tidak, dindaku. Kakanda sedang melihat nasib cacing-cacing di akar rumput itu. Cacing yang bentuknya buruk dan kecil itu menyuburkan rumput yang indah dan tinggi. Namun ia terlalu malu untuk naik ke atas daun rumput yang hijau itu" Dewi Permoni tak begitu paham apa maksudnya perumpamaan itu, maka ia menanyakan kepada Batara Ganesha, adik iparnya yang terkenal dewa yang cerdas dan waskita.  Batara Ganesha mengerti apa yang dimaksud kakaknya lalu berkata pada kakak iparnya "Yunda, sepertinya kakang Kala sedang kalut hati karena minder dengan kecantikan Yunda. Dalam pikirnya, ‘Yunda kok mau dengannya yang berwajah buruk’. Baginya, yunda adalah rumput hijau dan Batara Kala merasa hina seperti halnya cacing di tanah itu."

Tapa Brata Permoni

Mendengar hal demikian, Dewi Permoni kaget bukan kepalang. Tak disangka, sang suami bakal minder dan malu dengan dirinya sendiri karena beristrikan seorang yang wajahnya cantik rupawan. Dewi Permoni hanya bisa tertunduk sahaja. Lalu dengan langkah gontai, ia meninggalkan kahyangan Jonggring Saloka secara diam-diam.. Dalam pengembaraan yang tak tahu arah, Dewi Permoni menghilangkan segala atribut dewanya, menyegel kekuatannya, dan berganti pakaian menjadi sorang petapa perempuan berbaju kumal dan lusuh. Ia lalu bersumpah akan kembali kepada suaminya lagi dengan wujud yang baru sehingga sang suami tak akan malu dan rendah diri lagi. Pengembaraan ini ia lalui dengan tapa brata keras, dari makan serangga, duduk diam di dalam rawa berlumpur selama bertahun-tahun, dan mandi dengan abu kremasi di ladang ksetra (tempat mengaben/membakar jasad) sambil memakannya. Meski kekuatan dewanya telah disegel, namun sebagai seorang dewi pembawa kekeringan dan kemalangan, perbawa yang ia bawa tetap muncul. Setiap tempat yang ia kunjungi pasti mengalami kekeringan dan gagal panen. Hutan-hutan yang ia kunjungi, pepohonannya akan meranggas kehilangan daun.

Sudah bertahun-tahun Dewi Permoni meninggalkan kahyangan. Batara Kala terus mencari-cari sang isteri. Karena sudah cupet pikiran, ia berniat untuk menghancurkan kehidupan. Hal iti dicegah sang ayah Batara Guru (Shiwa). Batara Guru menyabarkan sang putra. Dia yakin Dewi Permoni akan kembali membawa kejutan besar. Batara Guru lalu memberikan sebagian aji Kawrastawam Miliknya kepada Batara Kala. Dia lalu diminta turun ke bumi karena disana ia akan bertemu lagi dengan Permoni.

Wujud Baru Permoni

Di tempat lain, Batari Durga/Uma sedang mengawasi menantunya itu bertapa brata mengharap bisa kembali lagi bersama sang suami.

Wujud Baru Dewi Permoni
Batari Durga lalu turun menyamar sebagi seorang petapa sakti bernama Nyai Gauri. Nyai itu lalu membangunkan Permoni lalu berkata "Bangunlah, anakku. Aku adalah utusan para dewa untuk menjawab permintaanmu. Namaku Nyai Gauri. Aku tahu kau adalah isteri seorang dewa namun suamimu tak bahagia karena rasa malunya tak memiliki wajah rupawan seperti ananda. Karena itulah, berilah dia wejangan dan sebagai hadiah atas tapa bratamu, aku akan menganugerahkan sebagian kesaktianku sehingga kau bisa malih rupa dalam waktu lama."  Lalu sebuah cahaya terang merasuk ke dalam tubuh sang Dewi Permoni dan terjadilah keajaiban. Tubuh Dewi Permoni berubah menjadi tinggi besar, mirip Batari Durga. Ketika akan berterima kasih, Nyai Gauri sudah lenyap dari pandangan.

Adharma dan Niruti

Alkisah ada seorang pengembara pria muda yang tampan bernama Adharma. Walau disebut demikian, ia nampak seperti orang linglung dengan baju lusuh dan compang-camping. Banyak orang yang menyoraki dan melemparinya dengan batu. Hingga di suatu hutan, Ia bertemu seorang gadis bertubuh tinggi besar mirip Batari Durga bernama Nyai Niruti. Dia tinggal di pinggir hutan Krendawana. Adharma mengamati Niruti dari jauh dan jatuh hati pada pandang pertama. Pada suatu hari, Adharma melihat Nyai Niruti disoraki dan dicela para penduduk karena tubuhnya yang tinggi besar mirip gergasi. Lalu Adharma datang menyelamatkan Niruti. Sekembalinya di gubuk pinggir hutan, mereka saling berkenalan. Setelah perkenalan itu, mereka hidup bersama. Kemanapun Niruti pergi, Adharma selalu menggendongnya. Ini ajaib karena Adharma badannya seperti anak muda biasa namun punya kekuatan seorang pegulat sehingga bisa menggendong Niruti yang tinggi besar.

Tak disangka, sejak perkenalan itu, Nyai Niruti juga jatuh hati pada Adharma. Hingga pada suatu ketika, Adhrma menyatakan perasaannya. Niruti tersanjung namun ia mengatakan bahwa ia datang ke hutan itu untuk mencari suaminya. Adharma merasa pilu di hati. Cintanya tak bersambut. Meski demikian, tanpa rasa canggung Adharma juga mengutarakan tentang nasibnya. Ia juga ditinggalkan istrinya yang kabur entah kemana. Dalam pikirnya, mungkin ia sudah mencari suami baru karena rupanya tidak tampan baginya. Nyai Niruti mengingatkan Adharma agar tidak terlalu menyoroti kekurangannya. Di saat mereka sedang mengingati nasib masing-masing, mereka merasa ada gejolak di hati mereka seperti ingin bercumbu rayu. Dari kejauhan, Batara Kama dan Dewi Ratih telah meniupkan ajian Padmasmara dan panah Kembang Asmara ke sanubari mereka.

Adharma dan Niruti lalu saling berkejaran di padang rumput dekat hutan Krendawana seperti kijang di musim kahwin, berguling-guling diantara rerumputan dan akhirnya mereka saling kecup di bibir. Lidah mereka saling memilin, menyatu satu sama lain seakan berada dalam kemuncak cinta.

Adharma dan Permoni
Dunia serasa milik berdua. Tubuh mereka ikut bersinggungan dan saling menyatu seperti pengantin di saat malam pertama. Tanpa mereka disadari, rumput tempat mereka berguling menguning kering. Udara di tempat mereka bercumbu menjadi dingin menggigit, padang rumput dan hutan mendadak layu dan daunnya gugur semua, seperti saat musim dingin padahal mereka di sana saat puncaknya musim panas. Jawadwipa dan Hindustan diseliputi kekeringan dan udara yang sangat dingin. 

Kembali ke Kahyangan

Di alam mata batin, tiba-tiba Adharma melihat Niruti seperti seorang dewi kahyangan. Sementara Niruti melihat Adharma berubah menjadi dewa bertubuh tinggi besar seperti raksasa. Keduanya mengenali bahwa mereka adalah Batara Kala dan Dewi Permoni. Batara Kala sudah mencari-cari kemana Permoni dan akhirnya bertemu kembali dengan isterinya. Dewi Permoni juga rindu pada sang suami namun juga menamparnya karena ia meragukan ketulusannya. Ia menikahi Kala karena ia cinta murni tanpa paksaan, tanpa mengincar keistimewaan apapun. Ia tak melihat wajah suaminya buruk sebagai aib malahan sebagai berkah dari Sanghyang Widhi yang Maha Kuasa. Dewi Permoni lalu memberikan nasihat Nyi Gauri kepada suaminya "suamiku, jika kau menganggap dirimu cacing, maka lihatlah juga rumput. Ia juga menderita karena tubuh pendeknya dan selalu diinjak-injak manusia dan hewan besar, namun ia selalu tegak karena ia tahu manfaat dirinya di lingkungan" . Batara Kala pun sadar berkat nasihat dari isterinya.

Ketika kembali ke alam nyata, Adharma telah kembali sebagai Batara Kala dan Niruti kembali menjadi Dewi Permoni. Namun Dewi Permoni memutuskan untuk memakai wujud barunya saja yang tinggi besar pemberian Nyai Gauri. Karena terlalu lama di bumi, tanpa sadar perbawa mereka membawa segala musibah dan kemalangan di seantero Jawadwipa dan Hindustan. Dewi Sri dan Batara Sadana kewalahan mencukupi sandang pangan dan mengatur kesuburan. Panen gagal dimana-mana, penyakit merebak, dan bencana kekeringan parah meliputi tanah tempat mereka berdiri. Mereka pun kembali ke kahyangan dan kembali menjalankan tugas sebagai dewa-dewi penguasa segala petaka, bencana, dan kemalangan.