Senin, 19 Oktober 2020

Gareng dadi Ratu (Tumurune Wahyu Hidayat)

 Matur slam, para pembaca. Kali ini saya akan menceritakan punakawan Gareng menjadi seorang raja di negara asing karena kelakuan Arjuna yang gegabah. Dikisahkan pula permintaan idam-idaman Sumbadra yang hamil tua, diculiknya tiga istri Arjuna ke negara Paranggumiwang oleh Prabu Pandubergola dan turunnya wahyu kepada jabang bayi Dewi Sumbadra. Sumber yang saya gunakan berasal dari blog albumkisahwayang.blogspot.com dengan perubahan dan pengembangan yang seperlunya

Idaman Dewi Sumbadra

Kicauan burung-burung perkutut dan kutilang bersahutan. Embun pagi turun melembabkan tanah Madukara. kala itu, Dewi Sumbadra sedang hamil tujuh bulan ditemani kedua madunya, Niken Larasati dan Dewi Srikandhi. Kali ini Dewi Sumbadra ingin mengungkapkan keinginannya kepada sang suami. Ditemani kedua madunya. Ia menghadap sang suami “kanda kulup, sekarang aku sedang hamil besar. Sebelum upacara siraman tingkeb . Aku minta satu permintaan.” “apa itu, dinda kulup? Apapun akan aku kabulkan.” Dewi Sumbadra mengutarakan keinginannya “kanda, aku ingin makan ikan wader.” “kalau itu akan aku perintahkan seluruh prajurit membeli semua ikan wader di pasar.” Namun Dewi Sumbadra berkata lagi “kanda, bukan ikan wader biasa yang aku inginkan. Aku ingin ikan wader abang sisik kencana. Ikan wader merah dengan sisik emas dan kanda sendiri yang harus mencarinya.” Arjuna sangsi apa ada ikan wader abang sisik kencana namun demi idaman sang istri, maka ia bersama para punakawan segera berangkat . tak lupa ia membawa semua alat memancing termasuk sebuah jaring pusaka, Jalasutra Tampal Kencana. Diam-diam setelah kepergian sang suami, Dewi Sumbadra ditemani Larasati dan Srikandhi mengikuti dari belakang.

Angaunya Raja Paranggumiwang

Di negeri Paranggumiwang, sang raja yang bertakhta disitu, Prabu Pandubergola mendapatkan mimpi. Dia duduk bersama seorang wanita cantik bernama Rara Ireng. Lalu ia pun terbangun. Sang raja terbayng-bayang wajah ayunya itu lantas ia tanyakan kepada Ki Lurah Togog “ki Lurah,  aku bermimpi bertemu wanita cantik. Namanya kalau tidak salah Rara Ireng.” Wajah ki Lurah Togog seketika pucat pasi dan ia pun berkata “waduh tuanku.... mending buang saja mimpimu itu. Rara Ireng itu nama masa kecil gusti Dewi Sumbadra, istri Raden Arjuna, sang penengah Pandawa. Kakak-kakaknya, Prabu Baladewa dan Prabu Kresna adalah raja besar Mandura dan Dwarawati. Tuanku bisa habis kalao berani mengusik gusti Dewi Sumbadra.” Sang raja agak gentar mendengarnya namun ia tidak mau menikahi siapapun kecuali Rara Ireng maka ia persiapkan sepasukan prajurit buat menyerang Amarta. Namun di tengah jalan, pasukan Paranggumiwang diserang oleh pasukan Mandura dan Dwarawati yang berkunjung ke Amarta. “adhi Kresna, akan aku obrak-abrik pasukan yang menghalangi kita. ” “kalau menurut kakang Balarama benar, lakukanlah” Prabu Kresna mengizinkan kakaknya, Prabu Baladewa ikut menyerang. Dibantu dengan Arya Setyaki dan Patih Udawa, alhasil pasukan Paranggumiwang tercerai berai. Prabu Pandubergola sendiri melarikan diri dengan mencebur ke sungai. “kakang, aku merasa orang-orang Paranggumiwang punya niat tidak baik. Kakang duluan saja dengan yang lain ke Amarta. Aku akan menyusul.” “baik, adikku.” Singkat cerita, Prabu Kresna dan Prabu Baladewa berpisah jalan.

Sumbadra ditawan Raja Paranggumiwang

Setelah keluar dari air, Prabu Pandubergola melihat seorang wanita cantik yang dikawal dua wanita cantik pula. Dengan paras mereka yang cantik, anggun, dan jelita, Prabu Pandubergola dapat menduga bahwa ketiga wanita itu adalah para istri Arjuna. Maka Prabu Pandubergola segera menyerang ketiga wanita itu. Dewi Sumbadra hendak melawan namun dicegah oleh Dewi Srikandhi “Yunda, biar kami saja. Lebih baik jaga kandungan anak kita.” maka terjadilah perang tanding antara seorang pria melawan dua orang wanita. Sebenarnya kesaktian sang raja Paranggumiwang masih satu tingkat di bawah kedua istri Arjuna itu namun ia licik. Ia lemparkan tanah debu sehingga mengaburkan pandangan dua wanita itu. di saat yang tepat, Prabu Pandubergola menyandra Dewi Sumbadra dan mengancam akan membunuh Sumbadra. Dewi Srikandhi dan Niken larasati tak bisa berbuat banyak. Ketiga wanita itu diikat pada sebatang pohon. Lalu sang Prabu merayu Dewi Sumbadra“hei dewi cantik. Kau pasti Rara Ireng, sang Sumbadra dari Amarta itu. Mari menikahlah denganku dan tinggalkanah suamimu yang doyan keluyuran itu. Aku bisa memberikan banyak harta dan rumah mewah di Paranggumiwang. Aku pun akan memuaskanmu” “maaf paduka raja, aku tidak tertarik harta, namun bila kau sungguh cinta padaku maka carikan aku ikan wader abang sisik kencana. Aku akan senang hati dan akan segera cerai bila kau bisa carikan ikan macam itu.” prabu Pandubergola sangat senang mendengarnya. Maka ia segera kembali mencebur ke sungai dan mencari ikan aneh itu.

Robeknya Jalasutra Tampal Kencana

Di sungai yang sama itu pula, tampaklah Arjuna dan para punakawan tengah sibuk memancing ikan wader abang sisik kencana itu. Berkali-kali menebar jala pusaka ke dalam air, namun Arjuna hanya mendapat ikan-ikan biasa. Karena kelelahan, raden Arjuna menyerahkan Jalasutra Tampal Kencana kepada para punakawan sementara ia akan beristirahat. Lalu Ki Lurah Semar memanggi ketiga putranya “Hmm...Blegedag gedugg...ndoro Arjuna sudah capek menjaring ikan. Dia menyerahkan pada kita. nahh siapa mau duluan?” para punakawan saling tunjuk “Kamu aja duluan, reng.” “kamu aja, Truk” “gak mau, kamu aja duluan, Gong.”  “lah kok aku, kan yang paling tua duluan.” Para punakawan masih terus bedebat lalu Ki Lurah Semar memutuskan “udah-udah. Karena saling nunjuk. Lebih baik hompimpa dulu. Yang kalah harus duluan.” Maka dilakukanlah hompimpa dan yang kalah adalah Petruk dan yang menang Gareng.

Petruk segera menebar jaring dan ditariknya hati-hati. Hasilnya tetap sama saja, hanya ikan-ikan biasa yang tertangkap. Lalu tiba giliran Bagong. sama seperti Petruk, yang tertangkap juga hanya ikan biasa. Tibalah gGareng yang melemparkan Jalasutra Tampal Kencana. Secara bersamaan, Prabu Pandubergola yang sedang menyelam kena jaring pusaka itu. maka ia meronta-ronta dan jala ajaib itu justru makin kuat menjeratnya. Sementara itu, Gareng merasa dapat ikan besar segera menarik jala pusaka bendaranya itu. Tarik-menarik itu makin kuat hingga akhirnya Prabu Pandubergola mengerahkan kesaktiaanya dan merobek jala itu lalu meloloskan diri. Gareng merasa kok jalanya tiba-tiba jadi ringan. Keringat dingin mulai bercucuran. Gareng mulai gemetar saat menarik jala itu dan jala tersebut telah rusak. Jalanya robek dan menganga cukup lebar.

Ketika Nyawa hanya Seharga Jaring Rusak

Ketakutanlah tiga punakawan itu terutama Gareng. Gareng tahu jika jalanya rusak, jala itu hanya bisa diperbaiki dengan tumbal nyawa yang merusakkannya. Tak lama, datanglah Arjuna dan Semar. terkejutlah Arjuna jaringnya rusak di tangan Gareng. Ia pun meletup kemarahannya “paman Gareng, Kok bisa rusak. Paman tahukan kalau jala ini rusak, maka nyawa sang perusaklah yang menjadi tumbalnya!” terpakasalah aku harus mengorbankan nayawamu, paman.” Gareng hanya bisa menangis mohon ampun. Begitupun dengan Ki Lurah Semar, Petruk, dan Bagong yang hanya mampu terdiam kebingungan. Arjuna tiba-tiba hendak menghunuskan keris ke arah Gareng. Maka Gareng berlari ke arah jeram sungai. Dia menyuruh bendaranya untuk memasukkan keris “ndoro, jangan hunus kerismu. Aku sedih ternyata selembar jala jauh lebih berharga daripada nyawaku. Maka aku....selamat tinggal.” Gareng segera mencebur ke sungai dengan putus asa. Dalam sekejap, tubuh Gareng langsung lenyap terbawa arus sungai yang banjir. Raden Arjuna segera memeriksa jala pusakanya dan taka ada yang berubah. Jala itu tetap rusak. Arjuna menyesal karena bukan Gareng yang merusak jala pusakanya. Namun terlambat sudah, Gareng telah hanyut terbawa arus sungai dan menghilang jasadnya. Lalu datanglah Prabu Kresna menjemput sepupu sekaligus iparnya itu. Arjuna kemudian menceritakan apa yang terjadi. Prabu Kresna yang berpandangan luas menabahkan iparnya itu “Parta, bertabahlah. Mungkin sekarang Gareng mendapat perlindungan Sanghyang Widhi. Daripada kita bersedih, ita kembali saja ke Amarta. Toh sebentarlagi upacara siraman adikku.” Maka beranjaklah mereka semua kembali ke Amarta.

Rancangan para Istri Arjuna

Tak seperti yang dipikirkan Arjuna dan yang lainnya, Gareng selamat dan terdampar di pinggir sungai. Ketika bangun dia melihat para istri Arjuna sedang diikat sebatang pohon. “lho..ndoro Sumbadra, ndoro Srikandhi dan Ndoro Larasati. Kenapa ada disini dan diikat begini?” Srikandhi menjawab “ceritanya panjang, paman Gareng. Intinya, kami diikat prabu Pandubergola dari Paranggumiwang. Dia ingin menikahi yunda Sumbadra. Lha paman Gareng kok kesini bisa sampai kesini?” Gareng menceritakan kejadian yang dialaminya. Para istri Arjuna kesal mendengar kisah dari Gareng terutama Dewi Sumbadra, ia ingin menyadarkan kesalahan suaminya. Tiba-tiba Niken Larasati mendapat siasat. “paman Gareng, paman pakai baju raja  Paranggumiwang itu yang ada di sana. Aku punya rencana bagus.” Gareng segera memakai pakaian itu lalu setelah membebaskan para istri junjungannya itu, para istri Arjuna segera merias Gareng sehingga ia menjadi tampan dan sukar dikenali lagi.

Gareng dirias jadi tampan
Tiba-tiba muncullah Prabu Pandubergola dari sungai. Ia marah-marah karena pakaiannya dipakai orang lain.” Heh, pencuri! kembalikan pakaianku.” “ini pakaianku. Dasar orang gila. Ngaku-ngaku ini punyamu.” Dewi Sumbadra menimpali “benar itu, inilah Prabu Pandubergola yang asli. Pergilah dari sini, orang sinting.” Karena marah, Gareng segera menendang Prabu Pandubergola yang asli kembali ke sungai dan terceburlah ia.

Siasat Pandubergolamanik

Setelah tubuh Pandubergola hanyut, maka para istri Arjuna dan Gareng bertemu dengan para prajuritnya. Sesuai rancangan di awal, Gareng mengaku sebagai Prabu Pandubergola masih hidup dan telah berhasil menculik Dewi Sumbadra bahkan seluruh istri Arjuna ikut diboyongnya. Tak sampai disitu, dia menambahkan nama baru yaitu Pandubergolamanik karen badannya menjadi lebih imut dan tampan. “dengarkan aku para prajurit. Sekarang aku berhasil merebut para istri Arjuna, sekarang sebagai pelengkapnya aku ingin memiliki Madukara juga ohh tidak aku ingin kalian seluruh Amarta berikut negara bawahannnya.” “tapi gusti prabu, orang-orang Amarta sangatlah kuat belum lagi sebelum menyentuh pasukan Amarta, kita sudah kalah dengan sekutu mereka, pasukan Sangkarsana dari Mandura dan pasukan Narayani dari Dwarawati..” kata patih Jayadenda, sang perdana menteri Paranggumiwang. Namun Prabu Pandubergolamanik terus mendesak dan meyakinkan sang patih “apa kamu sendiri tidak sadar, patihku. Aku sekarang tidak hanya menjadi imut dan tampan, namun aku juga menjadi semakin sakti. Ayo kita taklukan Amarta!” tanpa banyak waktu lagi, Prabu Pandubergola beserta seluruh pasukannya segera bertandang ke Amarta.

Laga Paranggumiwang di Amarta

Sementara itu di Amarta, Prabu Yudhistira di keraton Indraprastha menerima kedatangan Prabu Baladewa. “selamat datang kakang Prabu. Aku punya berita buruk untuk kalian. Dinda Sumbadra bahkan dinda Larasati dan Srikandhi kini menghilang entah kemana. Acara siraman bakal batal kalau begini jadinya.” Prabu Baladewa menjadi resah dan berniat untuk mencari adiknya. Namun sebelum ia beranjak, datanglah Prabu Kresna dan raden Arjuna bersama Ki Lurah Semar, Petruk, dan Bagong. Arjuna juga membawa kabar buruk bahwa ia telah menghukum Gareng tanpa penelisikan lagi lebih dalam. Sekarang Gareng sudah tidak ada bahkan jasadnya sudah hanyut di sungai entah dimana. Tiba-tiba patih Tambakganggeng datang melapor bahwa Prabu Pandubergolamanik dari Paranggumiwang menyerang Amarta. Prabu Baladewa, Arya Wrekodara dan Arjuna segera keluar memimpin pasukan untuk mempertahankan Amarta.

Betapa terkejutnya mereka seperempat pasukan Amarta, pasukan Sangkarsana dan pasukan Narayani ternyata kalah dengan kesaktian Prabu Pandubergolamanik. Bahkana Arya Setyaki dan Raden Gatotkaca sampai kalah. Lebih mengejutkannya, Arjuna melihat ketiga istrinya berdiri di belakang raja bertubuh imut itu dan mereka berkata “kami tidak sudi menjadi istrimu lagi, Arjuna!” meledaklah kemarahan Arjuna dan Baladewa. Maka menyeranglah mereka berdua. Pertempuran berlangsung seru. Namun yang terjadi sungguh di luar dugaan, Arjuna dan Prabu Baladewa kalah telak dan mundurlah mereka berdua. Arya Wrekodara menjadi gusar lalu dihantamkanlah Gada Rujakpala nya namun aneh bin ajaib, gada yang luar biasa berat itu mampu ditahan hanya dengan tangan kosong oleh sang prabu Paranggumiwang itu. lalu dikembalikan gada itu dan terpentallah Arya Wrekodara.

Petruk, sang Jago Amarta

Prabu Yudhistira menjadi prihatin melihat pasukannya terdesak. Maka ia meminta petunjuk dari Prabu Kresna. Prabu Kresna melihat dari mata batinya lalu berkata “hmmm.... dari apa yang ku lihat, kurasa yang bisa mengalahkan pasukan Paranggumiwang dan rajanya hanyalah kakang Petruk saja.” Petruk menjadi keberatan “ehhh......tunggu ndoro Prabu. Yang sekelas ndoro Arjuna dan Wrekodara aja kalah lha kok aku yang orang biasa disuruh melawan?” “ayolah, kakang Petruk. kakang minta apa saja akan aku kabulkan.” Maka Petruk mengajukan permintaan “baiklah, aku meminta seekor anak ayam cemani darimu, ndoro Prabu.” Prabu Kresna mengerti maksud anak ayam cemani itu adalah kiasan tentangnya yang berkulit gelap. Maksudnya Petruk ingin dinikahkan dengan salah satu putri Prabu Kresna. Sang prabu Dwarawati itu menyanggupi dan mengatakan kelak Petruk akan berjodoh dengan putrinya dari Dewi Radha namun saat ini ia masih kecil. Petruk menagih janji itu suatu hari nanti.

Badarnya Siasat Pandubergolamanik

Petruk kemudian menuju ke medan laga. Dengan pethel (kapak) miliknya, ia mengalahkan nyaris seluruh prajurit Paranggumiwang bahkan Patih Jayadenda juga berhasil ditewaskan sabetan kapaknya. Setelah membuat seluruh pasukan Paranggumiwang tak berkutik, tibalah masanya duel antara Petruk melawan Prabu Pandubergolamanik.

Petruk melawan Pandubergolamanik
Keduanya saling bertarung sambil berjenaka. “paduka ini lucu, sudah jelas ayam betina sudah memiliki rajanya mau diembat. Paduka ini doyan banget ama ayam kampus. Kalau mau cari macam gitu, sana aja ke Dolly atau Sarkem.” “kau juga lucu, minta ayam kok yang masih kecil. Kau loli ternyata.” Demikianlah setelah cukup sengit, Petruk berhasil melepaskan mahkota sang raja dan badarlah ia kembali menjadi Gareng.

Melihat sang prabu telah kembali ke wujud asal, Arjuna segera maju dan minta maaf pada Gareng ”aduh paman Gareng. Maafkan ndoromu ini sudah membuat paman jadi hampir celaka. Aku sudah sangat lancang menghukum paman tanpa diteliti dulu.” “duh, ndoro Arjuna. Sudah tidak usah dipikirkan. Aku juga mengerti kalau ndoro memang sedang banyak pikiran, wajar jika ndoro bisa berpikir tanpa pikir panjang saat seperti itu.” Setelah Arjuna meminta maaf kini ganti Dewi Sumbadra yang minta maaf pada sang suami “kanda kulup, aku juga sebenarnya bersalah. Permintaan dinda terlalu aneh sampai membuat paman Gareng nyaris celaka. Dinda membuat semua ini hanya agar kanda memperhatikan istri-istri kanda malah justru membuat orang lain kesusahan” “tidak, dinda. Dinda kulup dan dinda semua tak bersalah. Kanda yang salah, selama ini kanda hanya sibuk menuruti keinginan kanda, berkelana terus dan mencari hiburan sendiri tanpa memikirkan perasaan dinda semua. Mulai sekarang, kanda akan lebih memperhatikan dinda semua.” Arjuna dan Sumbadra saling memaafkan sesama sendiri.

Tak lama kemudian, datanglah Prabu Pandubergola yang asli. Ia berhasil menyelamatkan diri saat ditendang Gareng kala itu dan berhasil mengumpulkan sisa prajurit yang kucar-kacir di hutan. Ia marah sekali melihat semua prajuritnya termasuk sang patih tewas. Dia pun berteriak “hei  kalian orang Amarta! siapa yang telah berani menewaskan semua prajuritku? Akan aku remukan kepalanya!” Petruk pun hendak maju namun dibela oleh Arya Wrekodara dan anaknya, Gatotkaca. “tidak perlu maju, paman Petruk. Biar aku dan romo yang melawan. Maka majulah ayah dan anak itu “kami berdua yang bunuh semua prajuritmu.” “kurang ajar kalian berdua! Aku tantang kalian. Kalau aku menang, maka serahkan Rara Ireng kepadaku.” Arjuna menjadi kesal dan hendak maju namun ditahan oleh sang kakak, “Gak usah maju, Jlamprong. Biar aku saja yang mengurusnya.” Maka terjadilah perang tanding, Arya Wrekodara melawan Prabu Pandubergola dan Raden Gatotkaca melawan para prajurit Paranggumiwang. Dalam perang tnding itu, Gatotkaca mampu menghabisi para prajurit dengan memiting kepala mereka, sementara Arya Wrekodara berhasil memukulkan gada Rujakpala ke kepala Prabu Pandubergola dan tewaslah ia dengan kepala remuk.

Babare Wahyu Hidayat

Terjadilah keajaiban. Begitu Prabu Pandubergola tewas, Jalasutra Tampal Kencana yang robek menganga seketika utuh kembali seperti sedia kala. Benarlah yang dikatakan Arjuna, jala ajaib itu bila rusak maka hanya bisa diperbaiki dengan tumbal nyawa yang merusakkannya. Tak diduga tak dinyana, tubuh sang prabu juga ikut berubah ke wujud aslinya yaitu menjadi ikan wader abang sisik kencana. Semua terheran-heran maka Prabu Kresna yang berpandang luas menyadari bahwa sebenarnya ikan wader abang sisik kencana ini adalah perwujudan dari Wahyu Hidayat yang turun dan sedang menunggu sang pemilik aslinya, yaitu jabang bayi yang dikandung Dewi Sumbadra. Maka ia berubah menjadi raja dan membuat skenario ini agar bisa menitis pada sang jabang bayi. Prabu Kresna menyerahkan ikan itu kepada sang ipar agar dapat memenuhi idaman istrinya yang lagi hamil itu.

Upacara siraman tingkeb itu pun dilangsungkan. Setelah upacara siraman, Dewi Sumbadra menikmati hidangan termasuk ikan wader abang sisik kencana itu disuapi sang suami. Di temoat lain, dengan penglihatan mata batin, Prabu Kresna melihat cahaya tak tampak menyelimuti adiknya setelah memakan daging ikan ajaib itu. sang prabu menyadari bahwa Wahyu Hidayat telah menyatu dengan sang jabang bayi dan kelak sang bayi akan menjadi orang hebat dengan kanuragan yang tinggi. Setelah pesta selesai, Prabu Kresna dan Prabu Baladewa berpamitan kembali ke negeri masing-masing.