Hai semua pembaca dan penikmat cerita pewayangan Di kisah kali ini, penulis akan menceritakan Petruk menagih janji kepada Prabu Kresna untuk menikahkannya dengan putrinya dari Dewi Radha. Demi mengingatkan janji itu, Petruk sampai harus menyamar dan membuat kegaduhan penuh melodi dan cinta. Kisah ini mengambil sumber dari blog albumkisahwayang.blogspot.com dengan penggubahan dan penyesuaian seperlunya.
Alkisahnya, Prabu Kresna
dihadap kekasih (isteri ruhani) nya, Dewi Radha dan putri buah hati mereka
yakni Dewi Prantawati. Mereka menerima kedatangan Raden Lesmana Mandrakumara
beserta Prabu Baladewa, Patih Sengkuni, dan Begawan Dorna. Mereka berniat
melamar Dewi Prantawati. Namun datang juga punakawan Petruk menghaturkan hasil
bumi Karangtumaritis dan berkata "ndoro Prabu Kresna, terimalah hasil bumi
desa kami yang sederhana ini. Kedatanganku kemari hendak melamar Dinda dewi
Prantawati sesuai janji ndoro dulu saat melawan Prabu Pandu Bergola."
Prabu Kresna bimbang. Ketika sang raja Dwarawati hendak menyampaikan
pendapatnya, sang kakak, Prabu Baladewa telah termakan hasutan Sengkuni menolak
keras lamaran Petruk." Rakyat jelata gak tau diri....posisimu cuma punakawan
berani melamar anak raja. Minggat kowe!" Petruk kaget karena janjinya
dimungkiri. Terlebih lagi gestur prabu Kresna seakan tak mampu berkutik kalau
kakaknya sudah berkata begitu. Petruk merasa kalau Prabu Kresna sudah mungkir
janji maka minggat Petruk kembali ke desa Karangtumaritis. Sebelum benar-benar
pergi para Kurawa berniat membunuh Petruk. Diseranglah Petruk dari berbagai
sudut lalu datang bantuan yakni Arya Antareja, Arya Gatotkaca, Arya Antasena,
dan Arya Srenggini yang telah ditugasi kakek Semar untuk membantu Petruk.
Mereka pun berhasil lari dan menuju ke Amarta.
Singkat cerita, Petruk datang mengadu kepada Arjuna. Ia menceritakan segalanya. Namun bukannya simpati didapat, malah Arjuna murka mendengar kisah Petruk. Malah Arjuna mengancam akan dibunuh kalau tidak menghilangkan niat menikahi Dewi Prantawati. "Petruk, baik kau pergi dari sini kalau belum bisa menghilangkan Prantawati dari pikiranmu!" Petruk kecewa dengan sikap dua ndoronya itu. Ia minggat lagi ke hutan Wanapringga. Susah hatinya karena ia tak bisa menikahi pujaan hatinya. " Duh dinda, ealah kudu apa aku iki...hmmm dahlah lungguh ae timbang sepaneng." Demikianlah, Petruk pun duduk di atas sebongkah batu besar di bawah pohon yang rimbun berhari-hari. Berbagai macam hantu datang mengganggunya. Dasar sifat Petruk yang jenaka, bukannya takut tetapi justru mengajak mereka bercanda. Lalu tak lama datanglah Dewi Radha. Kali ini Radha tidak datang sebagai Radha Rani melainkan sebagai gopi (penggembala perempuan). Ia bicara empat mata dengan Petruk " Petruk....jangan susah hati! Ketahuilah, kakanda Kresna bukan tipe orang yang gampang mungkir janji. Keadaan yang membuatnya harus menerima lamaran Lesmana Mandrakumara. Ia sebenarnya setuju cuman dia ingin kamu lebih berjuang lagi. Kamu pasti bisa mendapatkan putriku." Petruk kaget sekaligus gembira Dewi Radha sebagai ibu Prantawati berkata demikian. Tapi ia bingung harus berbuat apa. Dewi Radha lalu berkata kalau solusi muncul saat ada bertanya dengan orang tuanya. Tak lama, Dewi Radha pun pergi kembali ke Desa Warsana. Petruk bertanya-tanya apa maksud Dewi Radha.
Tidak lama kemudian, muncul sosok tinggi besar yang tidak lain adalah ayah kandung Petruk sendiri, yaitu Maharesi Swala. Di masa lalu, Maharêsi Swala yang merupakan resi agung diantara para Gandarwa risau dengan kenakalan dua putranya yakni Bambang Sukadadi dan Bambang Pecruk Panyulikan.
Maharesi Swala mengubah Petruk menjadi tampan |
Sementara itu, Prabu
Kresna menyambut kembali kedatangan Lesmana Mandrakumara. Sang pangeran manja
itu bertanya " mana calon istriku....kalau dia jelek, emoh nikah." Di
dalam hatinya, Raden Samba kesal hati dengan sifat jelek si pangeran
Hastinapura ini. " Dih.... gagal nikah bolak-balik sek sombong gak
ketulungan....sabar-sabar.....kok emak Radha mau aja nerima lamaran
dia...."ujar Raden Samba. Sepertinya ia sudah berdamai dengan ibu Radha.
Prabu Kresna tidak mau memperpanjang urusan. Ia pun memerintahkan Raden Samba
untuk mengantar Lesmana menemui Dewi Prantawati agar dapat melihat langsung
calon istrinya cantik atau tidak. Kedua pemuda itu pun bergegas masuk menuju
keputren.
Sementara itu di taman keputren Banoncinawi, Dewi Prantawati sedang duduk-duduk memandangi langit sambil membayangkan pujaan hatinya. Dalam lamunannya, ia merasakan seorang lelaki bernyanyi merdu sambil memainkan suling. Tanpa terasa, Dewi Prantawati merasakan suara nyanyian itu terdengar dekat sekali. Ia berusaha buyarkan lamunannya namun suara indah itu tak hilang pertanda suara itu memang nyata. Tanpa sadar, putri Dewi Radha itu menari-nari mengikuti alunan merdu suara nyanyian dan tiupan seruling itu.
Bambang Sukma Lembara memainkan seruling untuk Prantawati |
Sukma Lembara pun
menjelaskan " Pean jangan takut menolaknya. Lesmana bukanlah laki-laki
yang baik, melainkan hanya seorang anak manja yang suka mengandalkan kekayaan
orang tua. Lebih baik jika kamu jadi isteriku saja, aku akan bernyanyi setiap
hari untukmu, sayangku." Dewi Prantawati pada dasarnya sudah mendengar
penuturan Raden Samba tentang keadaan Raden Lesmana. Sebenarnya ia ingin
menolak perjodohan ini tetapi takut kepada sang ayah. Kali ini muncul Bambang
Sukma Lembara yang menawan hati, membuatnya semakin yakin untuk menolak Lesmana
Mandrakumara. Maka, Dewi Prantawati pun berkata kepada Sukma Lembara "
kakang, bawa aku pergi saja, aku biar aku tidak menikah dengan Raden
Lesmana." Bambang Sukma Lembara setuju. Namun, tiba-tiba Raden Lesmana
datang bersama Raden Samba. Bambang Sukma Lembara pun mengejek Raden Lesmana
dan mempermainkannya. Raden Samba ikut bersorak di belakang, menertawakan
tingkah konyol Raden Lesmana. Namun kemudian, ia sadar ternyata ada penyusup
masuk ke dalam kaputren. Ia pun buru-buru pergi melapor kepada Prabu Kresna.
Bambang Sukma Lembara tidak mau membuang-buang waktu. Ia segera memasukkan
Prantawati secara ajaib ke dalam cincin, menendang Lesmana Mandrakumara hingga
jatuh terjengkang, kemudian kabur meninggalkan keputren.
Samba pun datang
malaporkan jika di Keputren ada penyusup. Prabu Baladewa marah-marah dan segera
mengejar bersama para Kurawa. Ketika sudah di dekat gerbang kota Dwarawati,
mereka melihat Bambang Sukma Lembara. Para Kurawa menghajarnya beramai-ramai.
Namun dengan kesaktiannya, ia mampu membaut mereka tak berkutik.Prabu Baladewa
maju sambil memaki-maki sesuai ciri khasnya. Bambang Sukma Lembara
menghadapinya dengan ikut memaki pula. Prabu Baladewa merasa risih ada yang
mengembari cara bertarungnya. Karena pikirannya kesal dan tidak dapat bertarung
dengan baik, lama-lama ia pun terdesak mundur. Kebetulan, ia bertemu Arjuna
yang sedang dalam perjalanan menuju Kerajaan Dwarawati bersama Gareng dan
Bagong. Tujuannya ialah ingin menyaksikan pernikahan Lesmana dan Dewi
Prantawati. Prabu Baladewa memberi tahu Arjuna "Arjuna, pengantin wanita
hilang diculik pemuda bernama Bambang Sukma Lembara. Cepat, bantu aku
meringkusnya." Arjuna pun bergegas mengejar penculik tersebut. Bambang
Sukma Lembara bersiaga menghadapi Arjuna. Karena masih kesal terus dikejar, ia
pun bertarung tanpa segan-segan lagi. Berkat kesaktiannya, Bambang Sukma
Lembara dapat meringkus Arjuna. Prabu Baladewa dan Patih Sengkuni maju untuk
menolong, tapi mereka ikut tertangkap pula.
Prabu Kresna dan Dewi
Radha melihat di kejauhan dan dapat menebak jati diri Bambang Sukma Lembara.
Maka ia dan sang istri ruhani segera naik kereta Jaladara menuju ke Desa
Karangtumaritis meminta izin kepada Kakek Semar untuk menangkap Bambang Sukma
Lembara " hmmmmmmm....lah dalah..... belegadag-gedug...hmmm....ndoro prabu
dan ndoro Radha.....kalian pasti sudah tau siapa Sukma Lembara yang telah
menculik putri kalian. Baiklah aku akan ikut ke Dwarawati, tapi setelah dia
tertangkap nanti, tanyakan juga pada putri kalian dengan siapa dia akan
menikah." Kakek Semar pun ikut ke Dwarawati. Meski hanya beberapa langkah
saja, kecepatan jalan kaki sang punakawan itu dapat menandingi kereta Jaladara.
Kini, Semar sudah sampai di Dwarawati di tempat Bambang Sukma Lembara berhasil
mengalahkan para Kurawa, Arjuna, Prabu Baladewa, dan Patih Sengkuni. Kakek
Semar meminta agar Bambang Sukma Lembara mengembalikan Dewi Prantawati, namun
sng kesatria tidak berkenan malah ia meminta kakek Semar agar ikut bersamanya.
Mau tidak mau, Semar terpaksa meladeni Bambang Sukma Lembara. Kesaktian mereka
berdua sama dan setara, tidak ada yang menang maupun kalah. Sehingga di satu
kesempatan, Semar mengusapkan tangannya ke rambut kuncungnya dan dengan lembut
ia mengelus wajah sang kesatria. Akhirnya, Sukma Lembara kalah dan badar ke
wujud aslinya yakni Petruk. Dewi Prantawati pun juga turut keluar dari dalam
cincin Petruk.
Kakek Semar marah kepada
Petruk karena sudah berani menringkus tuan-tuannya. Petruk berkata " lah
pak....aku berbuat begini demi dinda Prantawati bisa menikahi orang yang
dicintainya. Lagian juga biar ia tidak kena dosa ayahnya. Ayahnya sudah mungkir
janji mungkin karena malu punya mantu punakawan." Prabu Kresna justru
balik meminta maaf kepada Petruk " Truk....maafkan aku. Jujur saja aku
memang malu punya mantu punakawan. Tapi berkat Radha dan kakek Semar, aku sadar
kalau dulu juga aku pernah hidup sebagai rakyat biasa yang kadang tidak
didengar. Aku benar-benar minta maaf sudah mungkir ianji. Aku telah
mengedepankan gengsi dibanding cinta." Petruk pun paham kini sang ndoro
sudah terhidarkan dari dosa. Nama baik titisan Batara Wisnu telah dibersihkan.
Gantian ia juga minta maaf sudah bikin susah dengan membuat kekacauan di
Dwarawati. Namun, Kresna bimbang. Ia pun bertanya kepada putrinya "nak,
kamu sudah terlanjur jatuh cinta kepada Bambang Sukma Lembara, apakah mau
menikah dengan Petruk?" Petruk pun bertanya kepada Dewi Prantawati
"Dinda, apa kau tetap bersedia menikah denganku yang sederhana ini? Kalau
tidak mau, aku tak akan mengganggu lagi."
Dewi Prantawati tidak
menjawab, tetapi meminta "kakanda Petruk coba mainkan sulingmu dan nyanyikan
sebuah lagu untukku." Petruk pun menembangkan lagu seperti yang ia
nyanyikan di keputren dan memainkan sulingnya. Prabu Kresna dan Dewi Radha
membantu Petruk dengan memainkan iramanya. Dewi Prantawati terhanyut mendengar
suaranya. Ia lalu berkata kepada sang ayah "Ayah, aku jatuh cinta kepada
Bambang Sukma Lembara adalah karena mendengar suara dan permainan sulingnya
yang merdu. Suara kakanda seperti suara nyanyian ayah dan irama sulingnya
seperti suara merdu suling ibu, penuh cinta dan kasih sayang. Meskipun Bambang
Sukma Lembara sudah kembali jadi kakanda Petruk, tapi suaranya tidak berubah,
tetap merdu dan penuh cinta. Asalkan bisa mendengar nada cinta kakanda Petruk
setiap saat, aku sudah sangat bahagia. Tolong restui pernikahan kami, ayahanda."
Prabu Kresna dan Dewi Radha gembira. Petruk juga ikut gembira mendengar ucapan
itu, pertanda sang pujaan hati bersedia menjadi istrinya. Ia pun memanggil
Prabu Kresna sebagai ayah mertua, dan membebaskan Prabu Baladewa, Arjuna, juga
Patih Sangkuni. Prabu Baladewa dan Arjuna sudah melihat sendiri betapa tulus
perasaan Dewi Prantawati. Maka, mereka pun ikut merestui Petruk menjadi menantu
Kerajaan Dwarawati dan meminta maaf tadi telah berusaha menggagalkan usahanya
menagih janji.
Sementara itu, Patih
Sengkuni dan para Kurawa kembali ke tempat Prabu Duryudhana dan Lesmana
Mandrakumara. Sungguh besar rasa malu yang diderita Prabu Duryudhana karena
anaknya lagi-lagi kalah bersaing, dan yang lebih parah, kali ini kalah bersaing
melawan panakawan. Mereka pun bergegas pulang ke Hastinapura. Prabu Kresna kini
telah mantap menyerahkan Dewi Prantawati kepada Petruk. Singkat cerita,
keduanya lalu dinikahkan di istana Kerajaan Dwarawati dengan perayaan yang
meriah. Para Pandawa, dan penduduk desa Karangtumaritis diundang ke acara
resepsi pernikahan yang megah dan sangat langka itu. Pernikahan antara
punakawan dan putri raja. Rupanya, Lesmana Mandrakumara masih tidak terima. Ia
menolak pulang dan bersama para pamannya mereka berusaha mengacaukan pesta
namun datang Arya Wrekodara dan empat putranya berhasil mengusir mereka dan
mengkondisikan acara. Setelah pengacau pergi, acara kembali dilanjutkan dengan
meriah dan mewah. Setelah pesta selesai, Petruk dan Prantawati memutuskan untuk
tinggal di Karangtumaritis. Mereka hidup bahagia di sana sebagai orang biasa
dan sama seperti ayah mertuanya dulu, Petruk dan Prantawati bertekad
mengembangkan peternakan lembu dan sapi. Mereka menggembala bersama dan memerah
susu lalu hasilnya dijadikan sebagai bentuk komoditas dan hasil bumi baru desa
Karangtumaritis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar