Sabtu, 01 Juli 2023

Bambang Sukma Lembara

 

Hai semua pembaca dan penikmat cerita pewayangan Di kisah kali ini, penulis akan menceritakan Petruk menagih janji kepada Prabu Kresna untuk menikahkannya dengan putrinya dari Dewi Radha. Demi mengingatkan janji itu, Petruk sampai harus menyamar dan membuat kegaduhan penuh melodi dan cinta. Kisah ini mengambil sumber dari blog albumkisahwayang.blogspot.com dengan penggubahan dan penyesuaian seperlunya.

Alkisahnya, Prabu Kresna dihadap kekasih (isteri ruhani) nya, Dewi Radha dan putri buah hati mereka yakni Dewi Prantawati. Mereka menerima kedatangan Raden Lesmana Mandrakumara beserta Prabu Baladewa, Patih Sengkuni, dan Begawan Dorna. Mereka berniat melamar Dewi Prantawati. Namun datang juga punakawan Petruk menghaturkan hasil bumi Karangtumaritis dan berkata "ndoro Prabu Kresna, terimalah hasil bumi desa kami yang sederhana ini. Kedatanganku kemari hendak melamar Dinda dewi Prantawati sesuai janji ndoro dulu saat melawan Prabu Pandu Bergola." Prabu Kresna bimbang. Ketika sang raja Dwarawati hendak menyampaikan pendapatnya, sang kakak, Prabu Baladewa telah termakan hasutan Sengkuni menolak keras lamaran Petruk." Rakyat jelata gak tau diri....posisimu cuma punakawan berani melamar anak raja. Minggat kowe!" Petruk kaget karena janjinya dimungkiri. Terlebih lagi gestur prabu Kresna seakan tak mampu berkutik kalau kakaknya sudah berkata begitu. Petruk merasa kalau Prabu Kresna sudah mungkir janji maka minggat Petruk kembali ke desa Karangtumaritis. Sebelum benar-benar pergi para Kurawa berniat membunuh Petruk. Diseranglah Petruk dari berbagai sudut lalu datang bantuan yakni Arya Antareja, Arya Gatotkaca, Arya Antasena, dan Arya Srenggini yang telah ditugasi kakek Semar untuk membantu Petruk. Mereka pun berhasil lari dan menuju ke Amarta.

Singkat cerita, Petruk datang mengadu kepada Arjuna. Ia menceritakan segalanya. Namun bukannya simpati didapat, malah Arjuna murka mendengar kisah Petruk. Malah Arjuna mengancam akan dibunuh kalau tidak menghilangkan niat menikahi Dewi Prantawati. "Petruk, baik kau pergi dari sini kalau belum bisa menghilangkan Prantawati dari pikiranmu!" Petruk kecewa dengan sikap dua ndoronya itu. Ia minggat lagi ke hutan Wanapringga. Susah hatinya karena ia tak bisa menikahi pujaan hatinya. " Duh dinda, ealah kudu apa aku iki...hmmm dahlah lungguh ae timbang sepaneng." Demikianlah, Petruk pun duduk di atas sebongkah batu besar di bawah pohon yang rimbun berhari-hari. Berbagai macam hantu datang mengganggunya. Dasar sifat Petruk yang jenaka, bukannya takut tetapi justru mengajak mereka bercanda. Lalu tak lama datanglah Dewi Radha. Kali ini Radha tidak datang sebagai Radha Rani melainkan sebagai gopi (penggembala perempuan). Ia bicara empat mata dengan Petruk " Petruk....jangan susah hati! Ketahuilah, kakanda Kresna bukan tipe orang yang gampang mungkir janji. Keadaan yang membuatnya harus menerima lamaran Lesmana Mandrakumara. Ia sebenarnya setuju cuman dia ingin kamu lebih berjuang lagi. Kamu pasti bisa mendapatkan putriku." Petruk kaget sekaligus gembira Dewi Radha sebagai ibu Prantawati berkata demikian. Tapi ia bingung harus berbuat apa. Dewi Radha lalu berkata kalau solusi muncul saat ada bertanya dengan orang tuanya. Tak lama, Dewi Radha pun pergi kembali ke Desa Warsana. Petruk bertanya-tanya apa maksud Dewi Radha.

Tidak lama kemudian, muncul sosok tinggi besar yang tidak lain adalah ayah kandung Petruk sendiri, yaitu Maharesi Swala. Di masa lalu, Maharêsi Swala yang merupakan resi agung diantara para Gandarwa risau dengan kenakalan dua putranya yakni Bambang Sukadadi dan Bambang Pecruk Panyulikan.

Maharesi Swala mengubah Petruk menjadi tampan
Ia meminta kepada Batara Semar untuk menjadikan dua putranya sebagai anak asuh sang Batara. Sekarang Maharêsi Swala bertanya " hei nak...apa yang membuatmu susah hati? Apa ndoromu sudah menyiksamu?" Petruk pun berksta " bukan itu, pak....jadi gini..." Petruk bercerita dari awal hingga akhir. Maharesi Swala paham maksud sang putra. Ia pun bertanya " apa kamu benar-benar mencintai sepenuh hati Prantawati.?" " Yo tentu....pak...mosok gak...." Sang maharesi senang mendengarnya. Ia pun mengubah wujud Petruk sebagai kesatria tampan berkharisma. Tidak hanya itu, Maharesi Swala juga memberikan tambahan ilmu kesaktian kepada Petruk. Petruk berterima kasih atas bantuan ayahnya. Ia pun mohon restu dan mohon pamit. " Suwun pak....aku njaluk restune ben gagal si Lesmana cundhuk kui." Ia pun pergi berlalu lalu kembali lagi " ealah...sandalku kari.....aku pergi dulu pak." Meski sudah jadi ksatria tampan tetap saja sifat jenakanya sudah mendarah daging.

Sementara itu, Prabu Kresna menyambut kembali kedatangan Lesmana Mandrakumara. Sang pangeran manja itu bertanya " mana calon istriku....kalau dia jelek, emoh nikah." Di dalam hatinya, Raden Samba kesal hati dengan sifat jelek si pangeran Hastinapura ini. " Dih.... gagal nikah bolak-balik sek sombong gak ketulungan....sabar-sabar.....kok emak Radha mau aja nerima lamaran dia...."ujar Raden Samba. Sepertinya ia sudah berdamai dengan ibu Radha. Prabu Kresna tidak mau memperpanjang urusan. Ia pun memerintahkan Raden Samba untuk mengantar Lesmana menemui Dewi Prantawati agar dapat melihat langsung calon istrinya cantik atau tidak. Kedua pemuda itu pun bergegas masuk menuju keputren.

Sementara itu di taman keputren Banoncinawi, Dewi Prantawati sedang duduk-duduk memandangi langit sambil membayangkan pujaan hatinya. Dalam lamunannya, ia merasakan seorang lelaki bernyanyi merdu sambil memainkan suling. Tanpa terasa, Dewi Prantawati merasakan suara nyanyian itu terdengar dekat sekali. Ia berusaha buyarkan lamunannya namun suara indah itu tak hilang pertanda suara itu memang nyata. Tanpa sadar, putri Dewi Radha itu menari-nari mengikuti alunan merdu suara nyanyian dan tiupan seruling itu.

Bambang Sukma Lembara memainkan seruling untuk Prantawati
Lalu datanglah dari balik pepohonan, seorang kesatria sedang memainkan seruling dengan indahnya. Kagetlah sang putri Radha melihat ada seorang lelaki tampan muncul di hadapannya. Dewi Prantawati bertanya asal-usul sang kesatria " hei ki sanak...kau berani sekali masuk kemari.....siapa kau dan dari mana asalmu? mengapa kau bisa masuk ke dalam keputren?" Bambang Sukma Lembara berkata "aku Sukma Lembara. Aku kesatria dari Hutan Wanapringga. Aku tertarik mendengar kabar kecantikanmu. Kau putri Radha Rani sang kepala desa Warsana yang terkenal cantik jelita." Dewi Prantawati membenarkan perkataan Bambang Sukma Lembara. Lalu ia berkata "kau benar, Sukma Lembara tapi aku sussh dijodohkan dengan Raden Lesmana, aku tak habis pikir bagaimana bisa ibu dan ayahku mau setuju begitu saja tanpa tanya aku dulu?" Bambang Sukma Lembara pun mendengarkan keluh kesah Prantawati.

Sukma Lembara pun menjelaskan " Pean jangan takut menolaknya. Lesmana bukanlah laki-laki yang baik, melainkan hanya seorang anak manja yang suka mengandalkan kekayaan orang tua. Lebih baik jika kamu jadi isteriku saja, aku akan bernyanyi setiap hari untukmu, sayangku." Dewi Prantawati pada dasarnya sudah mendengar penuturan Raden Samba tentang keadaan Raden Lesmana. Sebenarnya ia ingin menolak perjodohan ini tetapi takut kepada sang ayah. Kali ini muncul Bambang Sukma Lembara yang menawan hati, membuatnya semakin yakin untuk menolak Lesmana Mandrakumara. Maka, Dewi Prantawati pun berkata kepada Sukma Lembara " kakang, bawa aku pergi saja, aku biar aku tidak menikah dengan Raden Lesmana." Bambang Sukma Lembara setuju. Namun, tiba-tiba Raden Lesmana datang bersama Raden Samba. Bambang Sukma Lembara pun mengejek Raden Lesmana dan mempermainkannya. Raden Samba ikut bersorak di belakang, menertawakan tingkah konyol Raden Lesmana. Namun kemudian, ia sadar ternyata ada penyusup masuk ke dalam kaputren. Ia pun buru-buru pergi melapor kepada Prabu Kresna. Bambang Sukma Lembara tidak mau membuang-buang waktu. Ia segera memasukkan Prantawati secara ajaib ke dalam cincin, menendang Lesmana Mandrakumara hingga jatuh terjengkang, kemudian kabur meninggalkan keputren.

Samba pun datang malaporkan jika di Keputren ada penyusup. Prabu Baladewa marah-marah dan segera mengejar bersama para Kurawa. Ketika sudah di dekat gerbang kota Dwarawati, mereka melihat Bambang Sukma Lembara. Para Kurawa menghajarnya beramai-ramai. Namun dengan kesaktiannya, ia mampu membaut mereka tak berkutik.Prabu Baladewa maju sambil memaki-maki sesuai ciri khasnya. Bambang Sukma Lembara menghadapinya dengan ikut memaki pula. Prabu Baladewa merasa risih ada yang mengembari cara bertarungnya. Karena pikirannya kesal dan tidak dapat bertarung dengan baik, lama-lama ia pun terdesak mundur. Kebetulan, ia bertemu Arjuna yang sedang dalam perjalanan menuju Kerajaan Dwarawati bersama Gareng dan Bagong. Tujuannya ialah ingin menyaksikan pernikahan Lesmana dan Dewi Prantawati. Prabu Baladewa memberi tahu Arjuna "Arjuna, pengantin wanita hilang diculik pemuda bernama Bambang Sukma Lembara. Cepat, bantu aku meringkusnya." Arjuna pun bergegas mengejar penculik tersebut. Bambang Sukma Lembara bersiaga menghadapi Arjuna. Karena masih kesal terus dikejar, ia pun bertarung tanpa segan-segan lagi. Berkat kesaktiannya, Bambang Sukma Lembara dapat meringkus Arjuna. Prabu Baladewa dan Patih Sengkuni maju untuk menolong, tapi mereka ikut tertangkap pula.

Prabu Kresna dan Dewi Radha melihat di kejauhan dan dapat menebak jati diri Bambang Sukma Lembara. Maka ia dan sang istri ruhani segera naik kereta Jaladara menuju ke Desa Karangtumaritis meminta izin kepada Kakek Semar untuk menangkap Bambang Sukma Lembara " hmmmmmmm....lah dalah..... belegadag-gedug...hmmm....ndoro prabu dan ndoro Radha.....kalian pasti sudah tau siapa Sukma Lembara yang telah menculik putri kalian. Baiklah aku akan ikut ke Dwarawati, tapi setelah dia tertangkap nanti, tanyakan juga pada putri kalian dengan siapa dia akan menikah." Kakek Semar pun ikut ke Dwarawati. Meski hanya beberapa langkah saja, kecepatan jalan kaki sang punakawan itu dapat menandingi kereta Jaladara. Kini, Semar sudah sampai di Dwarawati di tempat Bambang Sukma Lembara berhasil mengalahkan para Kurawa, Arjuna, Prabu Baladewa, dan Patih Sengkuni. Kakek Semar meminta agar Bambang Sukma Lembara mengembalikan Dewi Prantawati, namun sng kesatria tidak berkenan malah ia meminta kakek Semar agar ikut bersamanya. Mau tidak mau, Semar terpaksa meladeni Bambang Sukma Lembara. Kesaktian mereka berdua sama dan setara, tidak ada yang menang maupun kalah. Sehingga di satu kesempatan, Semar mengusapkan tangannya ke rambut kuncungnya dan dengan lembut ia mengelus wajah sang kesatria. Akhirnya, Sukma Lembara kalah dan badar ke wujud aslinya yakni Petruk. Dewi Prantawati pun juga turut keluar dari dalam cincin Petruk.

Kakek Semar marah kepada Petruk karena sudah berani menringkus tuan-tuannya. Petruk berkata " lah pak....aku berbuat begini demi dinda Prantawati bisa menikahi orang yang dicintainya. Lagian juga biar ia tidak kena dosa ayahnya. Ayahnya sudah mungkir janji mungkin karena malu punya mantu punakawan." Prabu Kresna justru balik meminta maaf kepada Petruk " Truk....maafkan aku. Jujur saja aku memang malu punya mantu punakawan. Tapi berkat Radha dan kakek Semar, aku sadar kalau dulu juga aku pernah hidup sebagai rakyat biasa yang kadang tidak didengar. Aku benar-benar minta maaf sudah mungkir ianji. Aku telah mengedepankan gengsi dibanding cinta." Petruk pun paham kini sang ndoro sudah terhidarkan dari dosa. Nama baik titisan Batara Wisnu telah dibersihkan. Gantian ia juga minta maaf sudah bikin susah dengan membuat kekacauan di Dwarawati. Namun, Kresna bimbang. Ia pun bertanya kepada putrinya "nak, kamu sudah terlanjur jatuh cinta kepada Bambang Sukma Lembara, apakah mau menikah dengan Petruk?" Petruk pun bertanya kepada Dewi Prantawati "Dinda, apa kau tetap bersedia menikah denganku yang sederhana ini? Kalau tidak mau, aku tak akan mengganggu lagi."

Dewi Prantawati tidak menjawab, tetapi meminta "kakanda Petruk coba mainkan sulingmu dan nyanyikan sebuah lagu untukku." Petruk pun menembangkan lagu seperti yang ia nyanyikan di keputren dan memainkan sulingnya. Prabu Kresna dan Dewi Radha membantu Petruk dengan memainkan iramanya. Dewi Prantawati terhanyut mendengar suaranya. Ia lalu berkata kepada sang ayah "Ayah, aku jatuh cinta kepada Bambang Sukma Lembara adalah karena mendengar suara dan permainan sulingnya yang merdu. Suara kakanda seperti suara nyanyian ayah dan irama sulingnya seperti suara merdu suling ibu, penuh cinta dan kasih sayang. Meskipun Bambang Sukma Lembara sudah kembali jadi kakanda Petruk, tapi suaranya tidak berubah, tetap merdu dan penuh cinta. Asalkan bisa mendengar nada cinta kakanda Petruk setiap saat, aku sudah sangat bahagia. Tolong restui pernikahan kami, ayahanda." Prabu Kresna dan Dewi Radha gembira. Petruk juga ikut gembira mendengar ucapan itu, pertanda sang pujaan hati bersedia menjadi istrinya. Ia pun memanggil Prabu Kresna sebagai ayah mertua, dan membebaskan Prabu Baladewa, Arjuna, juga Patih Sangkuni. Prabu Baladewa dan Arjuna sudah melihat sendiri betapa tulus perasaan Dewi Prantawati. Maka, mereka pun ikut merestui Petruk menjadi menantu Kerajaan Dwarawati dan meminta maaf tadi telah berusaha menggagalkan usahanya menagih janji.

Sementara itu, Patih Sengkuni dan para Kurawa kembali ke tempat Prabu Duryudhana dan Lesmana Mandrakumara. Sungguh besar rasa malu yang diderita Prabu Duryudhana karena anaknya lagi-lagi kalah bersaing, dan yang lebih parah, kali ini kalah bersaing melawan panakawan. Mereka pun bergegas pulang ke Hastinapura. Prabu Kresna kini telah mantap menyerahkan Dewi Prantawati kepada Petruk. Singkat cerita, keduanya lalu dinikahkan di istana Kerajaan Dwarawati dengan perayaan yang meriah. Para Pandawa, dan penduduk desa Karangtumaritis diundang ke acara resepsi pernikahan yang megah dan sangat langka itu. Pernikahan antara punakawan dan putri raja. Rupanya, Lesmana Mandrakumara masih tidak terima. Ia menolak pulang dan bersama para pamannya mereka berusaha mengacaukan pesta namun datang Arya Wrekodara dan empat putranya berhasil mengusir mereka dan mengkondisikan acara. Setelah pengacau pergi, acara kembali dilanjutkan dengan meriah dan mewah. Setelah pesta selesai, Petruk dan Prantawati memutuskan untuk tinggal di Karangtumaritis. Mereka hidup bahagia di sana sebagai orang biasa dan sama seperti ayah mertuanya dulu, Petruk dan Prantawati bertekad mengembangkan peternakan lembu dan sapi. Mereka menggembala bersama dan memerah susu lalu hasilnya dijadikan sebagai bentuk komoditas dan hasil bumi baru desa Karangtumaritis.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar