Sabtu, 15 Juli 2023

Antasena Rabi

 Hai semua pembaca dan penikmat kisah pewayangan, kisah kali ini menceritakan pernikahan putra ketiga, Arya Wrekodara, Arya Antasena dengan Janakawati, salah seorang putri Arjuna. Kisah ini mengambil sumber dari blog https://caritawayang.blogspot.com/2013/03/antasena-rabi.html dan jurnal karya Krystiadi berjudul "Perjodohan Antasena dengan Manuwati dalam Lakon Antasena Rabi Ki Anom Suroto, Kajian Mitologi Ritual" dengan tambahan, perubahan, penggubahan, dan penyelarasan seperlunya.

Diceritakan, Arya Wrekodara sedang memikirkan anak-anaknya. Diantara anak-anaknya, yang belum menikah tinggal Arya Antasena, Prabuanom Srenggini, dan Dewi Bimandari. Sementara itu salah satu putri Arjuna yakni Dewi Janakawati sudah siap menikah. Karena Srenggini belum cukup umur dan pengalaman untuk menikah, maka diputuskan kalau Antasena saja yang akan menikah dengan Janakawati. Ia memanggil anaknya itu "Antasena! Ayo melu bapak.....ke Madukara" Antasena bertanya hendak mau apa. Arya Wrekodara berkata " melu ae, Antasena....awakmu arep ta' nikahkan sama Janakawati. Ta' lihat-lihat, kecuali adhimu Srenggini karo Bimandari, tinggal kamu yang belum berumah tangga." Antasena kaget kok tiba-tiba ia mau dijodohkan "sek-sek pak.....dudu aku gak menghargai, ya. Tapi aku sek rung gelem berumahtangga. Isin aku, pak. Antasena sek rung siap apa-apa, rung siap bandha, rupa ku yo ngene, seneng mblakrak. Pokoke gak husband-able" Arya Wrekodara memberikan nasehat "ojo khawatir, aku yo pas nikah sama ibumu ya ibu kakangmu Antareja ya rupa ngene, bandha ra ndue. Pas nikahan yo dikreceki. Masa pengantin gak mau duduk" Antasena meledek bapaknya " yo pantes pak..." " Pantes apane?" Antasena berseloroh "pantes dikrecek" Wrekodara diledek anak sendiri langsung reflek memukul Antasena. Merekapun berangkat ke Madukara sambil guyon.

Sementara itu, di balairung keraton Hastinapura, Prabu Duryudhana dihadap oleh putranya, Raden Lesmana Mandrakumara, Patih Sengkuni, Begawan Dorna, dan Adipati Karna. Mereka membahas tentang perjodohan antara Antasena dengan Janakawati. Sang pangeran mahkota cengeng itu merajuk " Yah...ayah....Adhi Antasena mau ngrebut Janakawati. Kalo gini terus, aku kapan nikahé yah.....masa' aku harus dadi jaka tuwa? Tolong lah yah....nikahkan aku sama Dinda Janakawati." rengek Lesmana. Prabu Duryudhana lalu berkata " anakku ngger....awakmu sudah dewasa. Sudah saatnya cari jodoh sendiri. Kau datang ke Madukara, ke pamanmu Arjuna. Coba nego-nego siapa tau bisa diajak main halus pamanmu itu." Raden Lesmana Mandrakumara menurut dan berangkat ke Madukara ditemani Begawan Dorna, Patih Sengkuni, dan Arya Dursasana beserta 50 adik-adiknya beserta prajurit mereka sambil membawa uang dan harta karun yang banyak. Di tengah perjalanan mereka berjumpa dengan rombongan Prabu Dewakuramba dari Nusamudha yang juga ingin mempersunting Dewi Janakawati. Mereka pun berperang. Pihak Hastinapura kelabakan memilih ke Madukara lewat jalan berlainan.

Sesampainya di Madukara, Arjuna dihadap kakek Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong bersama sang putri, Janakawati menyambut kedatangan Arya Wrekodara, Arya Antasena, dan Patih Gagakbaka Antasena lalu memanggil sepupu cantiknya itu " Janakawati, sini dindaku" Dewi Janakawati lalu turun " baik kakangku." Mereka pun saling bertatap pandang. Janakawati perlahan melihat ada sesuatu yang beda dan membuatnya jatuh hati pada Antasena. Dibalik muka masa bodoh dan keluguannya, Antasena menyimpan kecerdasan dan kebaikan hati. Dewi Janakawati mencoba dekat dan mengakrabkan diri. Menyadari ia didekati seorang gadis, entah kenapa Antasena pun seketika dag dig dug serr di jantungnya " waduuhh, perasaan apa iki? Kok rasane campur aduk ngene. Dilihat-lihat, dinda Janakawati kayak menaruh rasa. Apa aku terima ae?" Tak lama kemudian, datang rombongan dari Hastinapura. Mereka segera memberi salam. Setelah berbasa-basi, Patih Sengkuni mewakili mereka mengutarakan niat untuk mempersunting Dewi Janakawati untuk Raden Lesmana Mandrakumara. Sang pangeran Hastinapura itu lalu mendekat kepada Antasena dan berkata " Adhi Antasena....wes ya.... urungkan niat Adhi nikah sama Dinda Janakawati. Adhi minta uang berapa ta kasih, bahkan istana Sarojawinangun ta berikan." Arya Wrekodara marah karena putranya mau disogok namun ditahan oleh Antasena. Antasena berkata "waduh...waduh....kangmasku Lesmana...terima kasih banget ya...." Lalu Antasena menjegal kaki si pangeran manja itu hingga membuatnya jatuh ke kolam air. Terjadilah keributan dan pertengkaran. Belum habis pertengkaran antara pihak Jodipati dengan Hastinapura, datang Prabu Dewakuramba memiliki keinginan yang sama. Pihak Hastinapura tidak terima kalau ada satu saingan lagi. Mereka langsung bertengkar dengan rombongan negara Nusamudha. Sementara bapak dan para patihnya masih bertengkar tak berfaedah, Antasena memilih diam saja sampai ngopi santuy bersama Abimanyu dan para putra Arjuna lainnya "Abimanyu, iki kopine kurang pahit...coba tambahna maneh kopine." "Oh ya kakangku.." Antasena lalu ngajak ngobrol Brantalaras soal pernikahannya. “adhi Brantalaras, yaapa pernikahanmu? Yaapa persiapanmu waktu iku, kok isok seyakin itu karo dinda Karnawati?” Brantalaras hanya berkata "ya begitulah kakangku....menikah yo bukan sekedar siap bandha, siap rupa, siap wasis, tapi juga siap komitmen, komunikassi, dan cinta yang tulus." " Owalah ngunu tha, Brantalaras...ok ok aku paham..."

Sementara itu, keributan semakin menjadi-jadi. Arjuna berusaha menenangkan namun Dewi Janakawati segera berdiri di depan hadirin dan berkata "hadirin semuanya, aku disini sebagai tuan rumah sudah memberikan keputusanku. Untuk menentukan siapa yang pantas menjadi suamiku, aku akan membuat sayembara tanding. Siapa yang bisa menahan perbawa dariku, dia yang akan jadi suamiku. Barangsiapa yaang kalah harus pulang ke negeri asalnya, dan barangsiapa yang berbuat curang, maka ia dinyatakan kalah. Ini keputusan." Pihak Hastinapura kaget dengan keputusan ini tapi mau bagaimana lagi, mereka harus melakukan permintaan ini. Pihak Jodipati tidak keberatan begitupun pihak dari Nusamudha. Arya Wrekodara mencari-cari putranya yang ternyata lagi asik-asiknya ngopi " wahhh......cah gemblung ..gak bantu bapaké malah abot ngopine...ancen setan!" Antasena balik seloroh " ne’ aku setan, bapak dhemite." Seketika sandal jepit melayang ke arah Antasena.

Singkat cerita, gelanggang pertandingan digelar di halaman Kadipaten Madukara dan sebagai wasitnya ialah Petruk dan kakek Semar. Pertandingan pertama yakni antara Arya Wrekodara melawan Begawan Dorna sebagai wakil antara Jodipati dan Hastinapura. Baru beberapa jurus saja, Arya Wrekodara sudah menyerah karena ia segan dengan Begawan Dorna. Lalu pihak Nusamudha naik gelanggang. Entah paka kekuatan apa, dengan mudahnya Begawan Dorna berhasil dibuat tumbang dan menyerah kalah. Babak kedua dimulai. Yakni Antasena maju gelanggang melawan patih Nusamudha yakni Patih Dewapatala. Dengan kekuatan sungut dan airnya, Patih Nusamudha itu berhasil ditumbangkan, lalu giliran para Kurawa yang diwakili oleh Arya Dursasana. Dursasana jemawa " whahahaha...anak kemaren sore...aku akan buat perhitungan atas tewasnya sahabatku, Prabu Ganggatrimuka." Antasena membalas kata-kata uwanya itu " oh dadi uwa iki dalange seng bikin bapak, uwa dan paman-pamanku para Pandawa kapene modar di dalam Konggedah. Ok, Ta' ladeni keinginanmu!" Pertandingan itu berlangsung sengit. Arya Dursasana menyerang berbagai arah dan berbagai sudut buta Antasena namun dengan mudahnya, Antasena menghindarinya. Dengan serangan mengejut, Antasena menjulurkan tinju dan sungutnya ke arah Dursasana. Seketika ia terlempar dan pingsan. Sontak para Kurawa lainnya ikut masuk gelanggang mengeroyok Antasena namun dengan mudahnya, Para Kurawa dibuat tak berkutik dan terlempar keluar gelanggang.

 Sayembara tanding menjadi kacau. Lalu diadakan sayembara kedua yakni harus duduk sambil menahan perbawa dari Janakawati. Kali ini pihak yang kalah dari sayembara tanding yang dipersilakan maju terlebih dahulu. Pertama, yakni Prabu Dewakuramba sendiri yang maju dan duduk di samping Janakawati. Baru saja ia duduk, tiba-tiba hawanya menjadi sangat berat. Seperti ada gelombang kejut yang membuatnya terhempas. Seketika Prabu Dewakuramba terpental jatuh dari tempatnya dan pingsan. Di giliran kedua, Lesmana Mandrakumara yang maju. Ia langsung duduk sambil memberikan salam. Baru beberapa saat ia mendudukkan pantatnya, tiba-tiba rasanya seperti ada hawa berat dan panas yang akan membuatnya terlompat-lompat. Namun sekuat tenaga, Lesmana Mandrakumara menahannya. Perbawa hawa panas berhasil dilalui, tapi ujian tak sampai disitu. Hawa panas berganti dengan angin yang sangat kencang hendak mengangkatnya. Perbawa dan tenaga dalam milik Dewi Janakawati sangat kuat, sebelas-duabelas dengan sang bapak. Ditahan sekuat apapun, akhirnya Lesmana Mandrakumara tak sanggup lagi menahannya.

Antasena dan Janakawati beradu perbawa
Ia pun terpental dari tempat duduk. Giliran terakhir yakni Arya Antasena. Ia segera duduk dan mulai mengambil sikap semadi. Dewi Janakawati pun ikut duduk. Begitu keduanya duduk, muncul perbawa yang sangat dahsyat, seolah ada tekanan angin dan air yang sanggup menciptakan badai di dalam ruangan. Angin dan air yang keluar dari tenaga dalam mereka saling bersabung lalu saling bertaut dan menyatu seperti naga air membentuk hujan badai. Seisi ruangan menjadi basah dan porak poranda. Meski demikian, Antasena hanya diam bergeming, seperti orang duduk semadi biasa. Di saat tidak terduga, dengan tubuh yang sudah basah kuyup Lesmana Mandrakumara maju ke hadapan Antasena melakukan kecurangan. Ia menyiramkan air keras ke wajah Antasena. Seketika wajah Antasena kepanasan  " waduuuuh ... panas bapa.... raiku ngelupas........kakang Lesmana! awakmu curang...mrene!...tak gibeng ndasmu!!!!!" Dengan mulut meringis menahan rasa perih di wajahnya, ia sanggup menahan perbawa yang dipancarkan oleh Dewi Janakawati. Setelah ia dan Janakawati bangun dari semadi, ia mendatangi Lesmana Mandrakumara. Dasar memang anak sakti, Antasena yang baru saja berdiri masih bisa menghajar Lesmana Mandrakumara hingga ia terpental jauh lalu jatuh pingsan. Para Kurawa kembali mengeroyok Antasena namun bisa diatasi. Para Kurawa pun jempalitan lari membawa keponakan mereka ke luar istana Madukara.

Meski dengan kesaktiannya bisa menahan dan menghentikan laju korosi karena siraman bahan kimia berbahaya yang memakan kulit itu, wajah Antasena terluka cukup parah hampir 40%. Bekas lukanya meninggalkan koreng seperti luka terbakar. Para tabib istana didatangkan untuk menyembuhkan wajah Antasena. Karena sudah agak terlambat ditangani, bekas luka yang terkena air keras susah disembuhkan dengan pengobatan biasa, malah korengnya semakin melebar. Arjuna segera bertindak. “Paman Semar! Kakang Bhima! izinkan aku menyembuhkan Antasena.”  Setelah direstui oleh kakek Semar dan Arya Wrekodara, Arjuna menyabetkan Cambuk kyai Pamuk yang sudah ia lambari aji Kawrastrawam ke tubuh Antasena. Bagaikan majik, begitu terkena sabetan cambuk itu, bagian wajah Antasena yang terkena air keras seketika sembuh. Bukan itu saja wajah Antasena jadi lebih tampan dan bercahaya. Pihak Hastinapura sudah berbuat curang maka didiskualifikasi dan pihak Jodipati dinyatakan sebagai pemenangnya. Antasena telah memenangkan sayembara tanding. Prabu Dewakuramba yang baru sadar dari pingsan dipersilakan pulang. Namun ia tidak terima kalau Antasena jadi pemenangnya maka ia bertemu dengan pihak Hastinapura mengajak bekerja sama dengan para Kurawa dan membuat rencana untuk mengagalkan pernikahan Antasena dan Janakawati.

Tiga hari kemudian, acara pernikahan digelar. Dengan hiasan berbagai bunga dan pelaminan yang indah. Para Pandawa memakai pakaian terbaiknya. Antasena memakai baju pengantin nampak gagah berwibawa bersanding dengan Dewi Janakawati. Setelah akad nikah, datang gangguan, yakni pasukan dari Hastinapura dan Nusamudha merusak sarana pernikahan untuk merusak hari bahagia itu. Pertarungan terjadi di Madukara. Namun atas bantuan Arya Wrekodara dan para putra Arjuna, para Kurawa dapat dihalau Bahkan Arya Wrekodara berhasil mengalahkan Prabu Dewakuramba dan Patih Dewapatala. Para Kurawa ketar-ketir lalu pergi melarikan diri kembali ke Hastinapura. Singkat cerita, gangguan pun lenyap. pernikahan Arya Antasena dengan Dewi Janakawati digelar begitu mewah dan meriah.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar