Hai semua pembaca dan penikmat kisah pewayangan, kisah kali ini menceritakan pernikahan putra ketiga, Arya Wrekodara, Arya Antasena dengan Janakawati, salah seorang putri Arjuna. Kisah ini mengambil sumber dari blog https://caritawayang.blogspot.com/2013/03/antasena-rabi.html dan jurnal karya Krystiadi berjudul "Perjodohan Antasena dengan Manuwati dalam Lakon Antasena Rabi Ki Anom Suroto, Kajian Mitologi Ritual" dengan tambahan, perubahan, penggubahan, dan penyelarasan seperlunya.
Diceritakan, Arya
Wrekodara sedang memikirkan anak-anaknya. Diantara anak-anaknya, yang belum
menikah tinggal Arya Antasena, Prabuanom Srenggini, dan Dewi Bimandari.
Sementara itu salah satu putri Arjuna yakni Dewi Janakawati sudah siap menikah.
Karena Srenggini belum cukup umur dan pengalaman untuk menikah, maka diputuskan
kalau Antasena saja yang akan menikah dengan Janakawati. Ia memanggil anaknya
itu "Antasena! Ayo melu bapak.....ke Madukara" Antasena bertanya
hendak mau apa. Arya Wrekodara berkata " melu ae, Antasena....awakmu arep
ta' nikahkan sama Janakawati. Ta' lihat-lihat, kecuali adhimu Srenggini karo
Bimandari, tinggal kamu yang belum berumah tangga." Antasena kaget kok
tiba-tiba ia mau dijodohkan "sek-sek pak.....dudu aku gak menghargai, ya.
Tapi aku sek rung gelem berumahtangga. Isin aku, pak. Antasena sek rung siap
apa-apa, rung siap bandha, rupa ku yo ngene, seneng mblakrak. Pokoke gak
husband-able" Arya Wrekodara memberikan nasehat "ojo khawatir, aku yo
pas nikah sama ibumu ya ibu kakangmu Antareja ya rupa ngene, bandha ra ndue.
Pas nikahan yo dikreceki. Masa pengantin gak mau duduk" Antasena meledek
bapaknya " yo pantes pak..." " Pantes apane?" Antasena
berseloroh "pantes dikrecek" Wrekodara diledek anak sendiri langsung
reflek memukul Antasena. Merekapun berangkat ke Madukara sambil guyon.
Sementara itu, di
balairung keraton Hastinapura, Prabu Duryudhana dihadap oleh putranya, Raden
Lesmana Mandrakumara, Patih Sengkuni, Begawan Dorna, dan Adipati Karna. Mereka
membahas tentang perjodohan antara Antasena dengan Janakawati. Sang pangeran
mahkota cengeng itu merajuk " Yah...ayah....Adhi Antasena mau ngrebut
Janakawati. Kalo gini terus, aku kapan nikahé yah.....masa' aku harus dadi jaka
tuwa? Tolong lah yah....nikahkan aku sama Dinda Janakawati." rengek
Lesmana. Prabu Duryudhana lalu berkata " anakku ngger....awakmu sudah
dewasa. Sudah saatnya cari jodoh sendiri. Kau datang ke Madukara, ke pamanmu
Arjuna. Coba nego-nego siapa tau bisa diajak main halus pamanmu itu."
Raden Lesmana Mandrakumara menurut dan berangkat ke Madukara ditemani Begawan
Dorna, Patih Sengkuni, dan Arya Dursasana beserta 50 adik-adiknya beserta
prajurit mereka sambil membawa uang dan harta karun yang banyak. Di tengah
perjalanan mereka berjumpa dengan rombongan Prabu Dewakuramba dari Nusamudha
yang juga ingin mempersunting Dewi Janakawati. Mereka pun berperang. Pihak
Hastinapura kelabakan memilih ke Madukara lewat jalan berlainan.
Sesampainya di Madukara,
Arjuna dihadap kakek Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong bersama sang putri,
Janakawati menyambut kedatangan Arya Wrekodara, Arya Antasena, dan Patih
Gagakbaka Antasena lalu memanggil sepupu cantiknya itu " Janakawati, sini
dindaku" Dewi Janakawati lalu turun " baik kakangku." Mereka pun
saling bertatap pandang. Janakawati perlahan melihat ada sesuatu yang beda dan
membuatnya jatuh hati pada Antasena. Dibalik muka masa bodoh dan keluguannya,
Antasena menyimpan kecerdasan dan kebaikan hati. Dewi Janakawati mencoba dekat
dan mengakrabkan diri. Menyadari ia didekati seorang gadis, entah kenapa Antasena
pun seketika dag dig dug serr di jantungnya " waduuhh, perasaan apa iki?
Kok rasane campur aduk ngene. Dilihat-lihat, dinda Janakawati kayak menaruh
rasa. Apa aku terima ae?" Tak lama kemudian, datang rombongan dari
Hastinapura. Mereka segera memberi salam. Setelah berbasa-basi, Patih Sengkuni
mewakili mereka mengutarakan niat untuk mempersunting Dewi Janakawati untuk Raden
Lesmana Mandrakumara. Sang pangeran Hastinapura itu lalu mendekat kepada
Antasena dan berkata " Adhi Antasena....wes ya.... urungkan niat Adhi
nikah sama Dinda Janakawati. Adhi minta uang berapa ta kasih, bahkan istana
Sarojawinangun ta berikan." Arya Wrekodara marah karena putranya mau
disogok namun ditahan oleh Antasena. Antasena berkata
"waduh...waduh....kangmasku Lesmana...terima kasih banget ya...."
Lalu Antasena menjegal kaki si pangeran manja itu hingga membuatnya jatuh ke
kolam air. Terjadilah keributan dan pertengkaran. Belum habis pertengkaran
antara pihak Jodipati dengan Hastinapura, datang Prabu Dewakuramba memiliki
keinginan yang sama. Pihak Hastinapura tidak terima kalau ada satu saingan
lagi. Mereka langsung bertengkar dengan rombongan negara Nusamudha. Sementara
bapak dan para patihnya masih bertengkar tak berfaedah, Antasena memilih diam
saja sampai ngopi santuy bersama Abimanyu dan para putra Arjuna lainnya
"Abimanyu, iki kopine kurang pahit...coba tambahna maneh kopine."
"Oh ya kakangku.." Antasena lalu ngajak ngobrol Brantalaras soal
pernikahannya. “adhi Brantalaras, yaapa pernikahanmu? Yaapa persiapanmu waktu
iku, kok isok seyakin itu karo dinda Karnawati?” Brantalaras hanya berkata
"ya begitulah kakangku....menikah yo bukan sekedar siap bandha, siap rupa,
siap wasis, tapi juga siap komitmen, komunikassi, dan cinta yang tulus."
" Owalah ngunu tha, Brantalaras...ok ok aku paham..."
Sementara itu, keributan
semakin menjadi-jadi. Arjuna berusaha menenangkan namun Dewi Janakawati segera
berdiri di depan hadirin dan berkata "hadirin semuanya, aku disini sebagai
tuan rumah sudah memberikan keputusanku. Untuk menentukan siapa yang pantas
menjadi suamiku, aku akan membuat sayembara tanding. Siapa yang bisa menahan
perbawa dariku, dia yang akan jadi suamiku. Barangsiapa yaang kalah harus
pulang ke negeri asalnya, dan barangsiapa yang berbuat curang, maka ia
dinyatakan kalah. Ini keputusan." Pihak Hastinapura kaget dengan keputusan
ini tapi mau bagaimana lagi, mereka harus melakukan permintaan ini. Pihak
Jodipati tidak keberatan begitupun pihak dari Nusamudha. Arya Wrekodara
mencari-cari putranya yang ternyata lagi asik-asiknya ngopi "
wahhh......cah gemblung ..gak bantu bapaké malah abot ngopine...ancen
setan!" Antasena balik seloroh " ne’ aku setan, bapak dhemite." Seketika
sandal jepit melayang ke arah Antasena.
Singkat cerita,
gelanggang pertandingan digelar di halaman Kadipaten Madukara dan sebagai
wasitnya ialah Petruk dan kakek Semar. Pertandingan pertama yakni antara Arya
Wrekodara melawan Begawan Dorna sebagai wakil antara Jodipati dan Hastinapura.
Baru beberapa jurus saja, Arya Wrekodara sudah menyerah karena ia segan dengan
Begawan Dorna. Lalu pihak Nusamudha naik gelanggang. Entah paka kekuatan apa,
dengan mudahnya Begawan Dorna berhasil dibuat tumbang dan menyerah kalah. Babak
kedua dimulai. Yakni Antasena maju gelanggang melawan patih Nusamudha yakni
Patih Dewapatala. Dengan kekuatan sungut dan airnya, Patih Nusamudha itu
berhasil ditumbangkan, lalu giliran para Kurawa yang diwakili oleh Arya
Dursasana. Dursasana jemawa " whahahaha...anak kemaren sore...aku akan
buat perhitungan atas tewasnya sahabatku, Prabu Ganggatrimuka." Antasena
membalas kata-kata uwanya itu " oh dadi uwa iki dalange seng bikin bapak,
uwa dan paman-pamanku para Pandawa kapene modar di dalam Konggedah. Ok, Ta'
ladeni keinginanmu!" Pertandingan itu berlangsung sengit. Arya Dursasana
menyerang berbagai arah dan berbagai sudut buta Antasena namun dengan mudahnya,
Antasena menghindarinya. Dengan serangan mengejut, Antasena menjulurkan tinju
dan sungutnya ke arah Dursasana. Seketika ia terlempar dan pingsan. Sontak para
Kurawa lainnya ikut masuk gelanggang mengeroyok Antasena namun dengan mudahnya,
Para Kurawa dibuat tak berkutik dan terlempar keluar gelanggang.
Sayembara tanding menjadi kacau. Lalu diadakan sayembara kedua yakni harus duduk sambil menahan perbawa dari Janakawati. Kali ini pihak yang kalah dari sayembara tanding yang dipersilakan maju terlebih dahulu. Pertama, yakni Prabu Dewakuramba sendiri yang maju dan duduk di samping Janakawati. Baru saja ia duduk, tiba-tiba hawanya menjadi sangat berat. Seperti ada gelombang kejut yang membuatnya terhempas. Seketika Prabu Dewakuramba terpental jatuh dari tempatnya dan pingsan. Di giliran kedua, Lesmana Mandrakumara yang maju. Ia langsung duduk sambil memberikan salam. Baru beberapa saat ia mendudukkan pantatnya, tiba-tiba rasanya seperti ada hawa berat dan panas yang akan membuatnya terlompat-lompat. Namun sekuat tenaga, Lesmana Mandrakumara menahannya. Perbawa hawa panas berhasil dilalui, tapi ujian tak sampai disitu. Hawa panas berganti dengan angin yang sangat kencang hendak mengangkatnya. Perbawa dan tenaga dalam milik Dewi Janakawati sangat kuat, sebelas-duabelas dengan sang bapak. Ditahan sekuat apapun, akhirnya Lesmana Mandrakumara tak sanggup lagi menahannya.
Antasena dan Janakawati beradu perbawa |
Meski dengan kesaktiannya
bisa menahan dan menghentikan laju korosi karena siraman bahan kimia berbahaya yang
memakan kulit itu, wajah Antasena terluka cukup parah hampir 40%. Bekas lukanya
meninggalkan koreng seperti luka terbakar. Para tabib istana didatangkan untuk
menyembuhkan wajah Antasena. Karena sudah agak terlambat ditangani, bekas luka
yang terkena air keras susah disembuhkan dengan pengobatan biasa, malah korengnya
semakin melebar. Arjuna segera bertindak. “Paman Semar! Kakang Bhima! izinkan
aku menyembuhkan Antasena.” Setelah
direstui oleh kakek Semar dan Arya Wrekodara, Arjuna menyabetkan Cambuk kyai
Pamuk yang sudah ia lambari aji Kawrastrawam ke tubuh Antasena. Bagaikan majik,
begitu terkena sabetan cambuk itu, bagian wajah Antasena yang terkena air keras
seketika sembuh. Bukan itu saja wajah Antasena jadi lebih tampan dan bercahaya.
Pihak Hastinapura sudah berbuat curang maka didiskualifikasi dan pihak Jodipati
dinyatakan sebagai pemenangnya. Antasena telah memenangkan sayembara tanding. Prabu
Dewakuramba yang baru sadar dari pingsan dipersilakan pulang. Namun ia tidak
terima kalau Antasena jadi pemenangnya maka ia bertemu dengan pihak Hastinapura
mengajak bekerja sama dengan para Kurawa dan membuat rencana untuk mengagalkan
pernikahan Antasena dan Janakawati.
Tiga hari kemudian, acara
pernikahan digelar. Dengan hiasan berbagai bunga dan pelaminan yang indah. Para
Pandawa memakai pakaian terbaiknya. Antasena memakai baju pengantin nampak
gagah berwibawa bersanding dengan Dewi Janakawati. Setelah akad nikah, datang
gangguan, yakni pasukan dari Hastinapura dan Nusamudha merusak sarana pernikahan
untuk merusak hari bahagia itu. Pertarungan terjadi di Madukara. Namun atas
bantuan Arya Wrekodara dan para putra Arjuna, para Kurawa dapat dihalau Bahkan
Arya Wrekodara berhasil mengalahkan Prabu Dewakuramba dan Patih Dewapatala. Para
Kurawa ketar-ketir lalu pergi melarikan diri kembali ke Hastinapura. Singkat
cerita, gangguan pun lenyap. pernikahan Arya Antasena dengan Dewi Janakawati
digelar begitu mewah dan meriah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar