Senin, 13 November 2023

Prabu Pathakal Baworsari

Hai semua pembaca dan penikmat kisah pewayangan! Karena penulis ada waktu luang, maka kali ini penulis akan meceritakan kisah bagaimana punakawan Bagong alias Cepot bisa menjadi raja demi menyadarkan Arjuna dari rencana licik para Kurawa. kisah ini mengabil sumber dari https://hardiwinoto.com/indonesia-dalam-lakon-bagong-dadi-ratu/ dengan pengubahan dan penambahan seperlunya.

Kabar tentang para Pandawa telah menyelesaikan hukuman buang dan penyamaran selama 13 tahun merambah ke Hastinapura. Prabu Duryudhana, Arya Dursasana, dan ke 98 adiknya ketar-ketir. “waduh...para Pandawa sudah kembali dari pengasingan...ya’opo iki...aku gak kepingin Indraprastah balik ke tangan Pandawa.” Patih Sengkuni tak kurang akal “tenang keponakanku. Bukan Sengkuni kalau tidak punya akal licikku. Aku punya sesuatu hal yang bagus.” Maka ia membisiki isi rencana itu kepada Prabu Duryudhana. Prabu Duryudhana pun semringah medengar rencana itu. Tanpa menunggu waktu lama, patih Sengkuni menyusun rencana jahatnya yakni menggunakan kembali perintah sesat guru yakni Begawan Dorna. Selain itu, untuk rencana selanjutnya, Patih Sengkuni punya teman yakni seorang raja dari negeri jauh untuk melakukan suatu hal besar kepada Prabu Yudhistira. Dijalankan rencana itu dengan sangat matang. Patih Sengkuni merasa yakin kalau rencana kali ini pasti berhasil.

Sementara itu, setelah mendirikan désa dan istana baru di Alas Kamyaka, para Pandawa mendapat restu dari Prabu Matswapati untuk menjadikan desa itu sebagai negeri baru mereka bagian dari negeri Amarta baru, pengganti dari istana Indraprastha yang saat ini masih diduduki para Kurawa. Desa itu diberi nama kadipaten Upalawaya dan Prabu Yudhistira menjadi pemimpin disana. Ketika selesai pelantikan, datang kegemparan. Permaisuri Prabu Yudhistira yakni Dewi Drupadi menghilang. Susah hati lah sang raja. Ia berkata " apa artinya negeri ini tanpa permata keadilan seperti Dinda Drupadi, lebih baik aku mati." Arya Wrekodara dan Arjuna menenangkan kakaknya. Mereka berjanji akan mencari Dewi Drupadi. Dalam kesenyapan, Wrekodara dan Arjuna merasa bertanggungjawab untuk mencari dan membawa pulang Drupadi. Kedua ksatriya berkonsultasi kepada sang guru, Begawan Dorna "guru, kami butuh bantuanmu. Saat ini kakang mbok Drupadi menghilang tanpa jejak. Kakang prabu sampai susah hati." Begawan Dorna rupanya sudah dipaksa oleh Prabu Duryudhana untuk tidak jujur memberi pesan " duh ngger ..angel iki ngger....aku gak sanggup ngomonge. " Arya Wrekodara berkata " waaa.....guru, angel kenapa....coba tunjukkan carane." Begawan Dorna berkata "cah ayu Dewi Drupadi hanya bisa ditemukan kalau tumbal." Arjuna bertanya "Tumbal? Tumbal apa? Maksud guru bagaimana ?" Begawan Dorna berkata seraya membaca komat-kamit mantra pelet penunduk " Tumbal yang dimaksud itu matine salah satu Punakawan dan yang ku maksud itu tuan Cepot ya tuan Bagong, ngger." Arjuna seakan seperti tersihir oleh ucapan sang guru. Arjuna juga berpikir paman Bagong dianggapnya tidak banyak berperan sebagai sang Pamomong. Perannya hanya melucu, membanyol, atau membuat tertawa. Malah di beberapa kesempatan, sering bertindak tidak sopan di depan para ndoro bahkan di hadapan bapaknya, kakek Semar. Arjuna mengajak kakak nomor duanya untuk segera pergi memenuhi perintah sang guru. Arya Wrekodara merasa ini tidak benar namun karena ini perintah guru, maka ia menuruti saja.

Wrekodara dan Arjuna langsung ke Karang Tumaritis, tempat tinggal Punakawan. Arjuna menceritakan kepada kakek Semar tentang kondisi Upalawaya yang sedang berkabung kehilangan Drupadi. “Ampun paman Semar, tolong bantulah kami. Sekarang kakang mbok Drupadi menghilang dan untuk mendapatkannya kembali, paman Bagong harus menjadi tumbalnya." Kakek Semar berkata " hhoalah ndg blegedug, ndoro. Ndoro dapat petunjuk ini dari siapa?" tukas kakek Semar dengan tenang. Arjuna berkata " kami dapat petunjuk ini atas nasehat guru Dorna." Semar dengan tenang berkata " tunggu ndoro, biar aku panggil si Bagong dulu." Begitu sampai di dalam kamar, kakek Semar pun memanggil Bagong. " Gong, Bagong...Pot, Cepot mrene." Bagong pun datang dan bertanya " ealah pak, aku kan lagi enak-enak nge game karo kakang Petruk karo kakang Gareng malah ditimbali. Ana apa tho,pak?" Dengan tenang, Semar berkata " ndoro Arjuna kena guna-guna lagi. Dia atas nasehat guru Dorna mau menumbalkanmu demi mencari ndoro Drupadi yang hilang." Bagong berkata " welah dalah...ndoro gak sadar-sadar mari kenek guna-guna. Gemes aku tuh...pengen tak guyang banyu kembang." " Wes gong, mumpung aku isok nahan ndoromu, ndang mlayu." Sang Punakawan yang juga bernama Cepot itu segera bablas mlayu mencari keselamatan. Setelah keluar kamar, kakek Semar berkata " ndoro, sepertinya pamanmu Bagong sudah pergi begitu mendengar hal ini. Baik kau mengejarnya sekarang " Arjuna marah kepada kakek Semar kenapa tidak menghentikannya.

Dewi Drupadi mendandani Bagong dan Besut
Arjuna pun pergi mengejar Bagong. Tak perlu waktu lama, Arjuna dapat menemukan Bagong alias si Cepot. Bagong pun langsung dioyak Arjuna sampai jatuh ke jurang. Wrekodara dan Arjuna sudah yakin bahwa Bagong sudah mati, sehingga bisa menjadi sarana ditemukannya Drupadi.

Di dasar jurang, Bagong ditolong dan ditemui Batara Narada atas permintaan sang bapak, kakek Semar. Narada berpesan kepada Bagong "Hei Bagong alias kang Cepot sang Astajingga, aku tau apa yang kau alami. Untuk itu, demi menyadarkan ndoromu, kamu harus berjalan ke arah barat. Jika ketemu raja yang sedang berkelana, kalahkan dia. Setelah dia dikalahkan, gantikan tahtanya." Bagong diberi ajian Kalung Mustika Srimanik oleh Narada. Dalam perjalanan ke arah barat ketemu raja bernama Kala Sereng dari negeri Simbar Ngelamanyura. Ia lah sekutu para Kurawa yang juga salah satu murid Begawan Dorna yang ditugaskan untuk melakukan salah satu rencana licik Sengkuni yakni menculik Drupadi. Saat ini, ia sedang melakukan laku mandi tujuh telaga di bawah bukit untuk mengguna-guna demi bisa memperistri Drupadi yang sedang disembunyikannya. Bagong menyahut dengan tertawa " hahahaha, sek jaman mandi tujuh telaga, gusti? Saiki jamane mandi pake tujuh skincare. Lagian, ndoro Drupadi ya belum tentu suka sama njenengan, Gusti." Prabu Kala Sereng marah-marah dikatai tidak pantas untuk Drupadi. " Wong edan!! Gak eruh kalau aku iki ganteng kinyis-kinyis. Isteriku bejibun. Kalau mau merebut Drupadi dariku, ta ladeni!" Terjadilah perang sengit antara Bagong dan Kala Sereng. Tak perlu waktu yang terlalu lama, Bagong mampu mengalahkan Kala Sereng. Patihnya juga berhasil dikalahkan dan para prajuritnya dibuat pingsan seakan jadi orang linglung.

Bagong pun membebaskan Dewi Drupadi. " Terima kasih, paman Bagong. Kalau tidak ada kau, entah jadi apa aku. Tapi bagaimana paman bisa tau aku diculik Kala Sereng. Bagong alias Cepot menceritakan seluruh kronologi bagaimana ia bisa tau. Dewi Drupadi marah juga kecewa kepada Arjuna. " Hadeuuh, iparku yang satu itu. Gak habis-habis. Aku akan membantumu. Paman harus sadarkan kembali Dimas Arjuna." Dengan berbekal ilmu merias dari hukuman penyamaran 13 tahun dan dengan kekuatan aji Kalung Mustika Srimanik, Bagong menjadi sangat tampan dan menjadi raja dengan jejuluk Prabu Pathakal Baworsari. Kemudian datang Besut, anak dari Bagong untuk memastikan keadaan ayahnya “walah..pak..bapak..untung slamet, ne’ gak, bapak wes dadi dadar endhog. Bagong pun memukul Besut dengan bercanda “asem koe, sut!”. Dewi Drupadi hanya tertawa kecil melihat tingkah ayah dan anak itu. Sang Panchali bertanya “Besut, gimana caranya kamu bisa tau bapakmu selamat?” Besut berkata “yo jelas tau, eyang Prameswari. sejak tadi aku membuntuti bapak. Eyang Semar yang menyuruhku untuk mengikutinya.” Dewi Drupadi lalu bertanya mau membantunya dalam rencana ini. Besut pun setuju. Dewi Drupadi lalu kembali merias Besut juga menjadi sangat tampan, dan Besut diberi nama baru yakni Patih Katinjasari. Setelah merias Besut, sang Dewi Panchali meminta paman Bagong untuk menghapus ingatannya demi berhasilnya rencana ini. Dengan kesaktiannya, Prabu Pathakal Baworsari membuat Dewi Drupadi lupa ingatan. Seperti orang baru bangun dari pingsan, Dewi Drupadi tidak ingat apapun yang terjadi beberapa saat yang lalu. Prabu Pathakal berkata " sayang, aku mau memperistrimu. Namun sebelum itu, aku mau memperistri pula Dewi Arjuna dan Dewi Wrekodara terlebih dahulu. Aku mohon restu darimu, sayang." Dewi Drupadi yang hilang ingatan lalu menjawab “baik, kakanda Baworsari. Aku merestuimu.” Prabu Pathakal menyuruh patih Katinjasari untuk melamar Dewi Arjuna dan Dewi Wrekudara ke Upalawaya. Prabu Pathakal mengikuti patihnya bersama Drupadi. Supaya Drupadi tidak kelihatan, dimasukkannya ke dalam Akik Cupu Mirahmustika.

Di Upalawaya, Arjuna melapor bahwa ia sudah mencari Dewi Drupadi dengan menumbalkan paman Bagong. Prabu Yudhistira malah makin sedih " duh....adikku, kenapa melakukan hal gegabah begitu. Nasehat mana yang kau pake untuk mencari kakangmbokmu? " Arya Wrekodara berkata "waaa kakakngku.....dinda Jlamprong dan aku datang kepada guru Dorna untuk minta nasehatnya. Jarene guru, untuk mencari kakangmbok Drupadi kudu menumbalkan paman Bagong." Belum selesai sedihnya, datang Patih dari Prabu Pathakal Baworsari. " Salam hormat untuk gusti prabu Yudhistira. Aku Patih Katinjasari dari Simbar Ngelamanyura" Prabu Yudhistira menerima salam sang patih dan bertanya apa keperluannya datang ke Upalawaya. Sang patih berkata" ampun atas kelancangan hamba. Hamba atas perintah gusti Pathakal Baworsari datang melamarkan gusti Dewi Arjuna dan Dewi Wrekodara. Kabarnya, kedua putri itu sangat cantik sampai-sampai membuat gusti prabu tak ingat dunia. Mohon gusti prabu untuk mempertimbangkan lamaran ini."

Arjuna dan Wrekodara marah karena dianggap perempuan. Upalawaya geger karenanya. Tanpa babibu lagi, Arjuna memerintahkan prajurit Upalawaya untuk menahan patih utusan Prabu Pathakal Baworsari dipenjara. Kabar ditahannya patih Katinjasari di penjara Upalawaya membuat Prabu Pathakal mencak-mencak mendengar kabar tersebut " waaa, ancen si anying iku Dewi Arjuna karo Dewi Wrekodara. Aku kurang ganteng opo coba. Tampan rupawan mempesona. Njalok setoran karo Yamadipati wong loro iki " tanpa pikir panjang lagi, pasukan Simbar Ngelamanyura dikerahkan untuk menggempur Upalawaya. Setelah sampai di halaman istana, Prabu Pathakal Baworsari pun maju membebaskan patihnya. Arjuna dan Wrekodara menyerang sang raja berwajah tampan imut-imut itu. Namun saking saktinya, Arjuna dan Wrekodara tak mampu mengalahkannya. Tanpa pikir panjang, Arjuna dan Wrekodara ditemani paman Gareng dan Petruk segera lari ke Dwarawati namu mereka tercerai berai karena paman Gareng jatuh ke sebuah lubang besar. Akibat perbuatan Arjuna, kadipaten Upalawaya yang baru saja berdiri diduduki prabu Pathakal Baworsari. Namun tak seperti negeri yang diduduki, prabu Yudhistira dan Arya Nakula-Sadewa justru tidak diperlakukan seperti tahanan malah oleh Prabu Pathakal Baworsari dijadikan teman slengekan dan berjenaka bersama.

Arjuna, Wrekodara, dan Petruk pun sampai di istana Dwarawati. Di sana ia wadul (lapor) minta cara untuk bisa mengalahkan Prabu Pathakal kepada Prabu Basudewa Sri Kresna. Prabu Sri Kresna lalu pergi pergi bersemai untuk mendapat jawabannya. Di tengah semadi, kakek Semar datang dalam alam awang-uwung. Kakek Semar berkata " lah dalah ndoro Wisnu. Kau pasti sedang mencari jawaban untuk mengalahkan Baworsari. Ini adalah skenarioku dan adhiku Narada untuk menyadarkan Arjuna. Semar laku membisikan sesuatu kepada Sri Kresna. Bangunlah sang raja bermahkota bulu merak itu dan berkata pada Arjuna “Parta, yang bisa mengalahkan Prabu Pathakal Baworsari adalah paman seorang pemuda berwajah tampan.” Saat mereka berpikir siapa orang yang dimaksud, datanglah seorang berwajah tampan kepada Prabu Sri Kresna. Ia menanyai pemuda itu hendak ada keperluan apa. Sang pemuda berkata " ampun Gusti prabu, aku mendengar gusti Bagong baru saja meninggal karena jatuh dari jurang, juga mendengar kalau gusti Gareng juga jatuh ke sebuah lobang perangkap hingga tak bisa menyelamatkan diri maka aku ingin mengabdi kepada ndoro Arjuna jadi pengganti Gusti Bagong." Arjuna merasa tertampar karena baru saja ia menghabisi paman Bagong dan meninggalkan paman Gareng. Prabu Sri Kresna berkata "kalau ingin mengabdi kepada Arjuna , kau harus membantu ndoromu itu melawan Prabu Pathakal Baworsari. Raja itu sedang menduduki Upalawaya, tempat tinggal ndoromu." Sang pemuda bernama Manik Jawara itu bersedia " baik ndoro, aku siap melawan Prabu Pathakal Baworsari."

Di halaman kadipaten Upalawaya, datang Prabu Sri Kresna, Arjuna, dan Wrekodara beserta Bambang Manik Jawara menantang prabu Pathakal Baworsari " hoi....raja kok suka slengekan, mau dadi pemimpin atau pelawak negeri ini?" Prabu Pathakal Baworsari berkata dengan mencak-mencak " ohh iki tha seng ngelindungi Dewi Arjuna karo Dewi Wrekodara. Hmmm ayu pisan, cocok dadi bojoku sisan." Tak terima disangka perempuan, Bambang Manik Jawara menyerang Prabu Pathakal Baworsari. Terjadilah pertarungan antara Bambang Manik Jawara dan Prabu Pathakal Baworsari.

Pathakal Baworsari melawan Manik Jawara
Pertarungan keduanya begitu sengit, keris beradu keris, panah beradu panah, pedang beradu pedang. Hingga akhirnya, keduanya mengerahkan panah mantra dan jampi. Keduanya sama-sama terkena. Akhirnya Prabu Pathakal Baworsari dapat dikalahkan, sehingga dapat kembali kepada wujud aslinya yaitu paman Bagong. Bambang Manik Jawara yang terkena itu badar kembali menjadi paman Gareng. Disitulah Dewi Drupadi dikeluarkan dari Cupu Mirahmustika. Arjuna dan Wrekodara kaget. Mereka tambah terkejut lagi melihat yang ada di sebelah Prabu Yudhistira itu bukan patih Katinjasari, melainkan Besut putra Bagong.. Mereka berdua meminta maaf kepada Gareng, Bagong dan Besut. Bagong pun berkata " lha ndoro, makane lain kali, ne' denger nasehat tha omongan ojo langsung di-lêg ae. Iku udu panganan. Dipikir sek ben gak nyesel. Saiki pean nyesel tha?" Dewi Drupadi yang masih lupa ingatan ditolong lalu oleh kesaktiannya, Gareng membantu memulihkan ingatannya. Bagong pun mendekat dan segera mengembalikan Dewi Drupadi kepada Prabu Yudhistira. Dewi Drupadi juga memberi tahukan yang sebenarnya " kakanda dan Dimas, aku memang dibuat paman Bagong lupa ingatan demi menyadarkan Dimas Arjuna. Kejadian hilangnya diriku, semua rencana para Kurawa untuk mengacaukan keadaan dan membuat kita kembali mengasingkan diri." Prabu Yudhistira menyabarkan isterinya itu. Hari itu mereka membuat syukuran atas kembalinya Drupadi dan perayaan berdirinya istana Upalawaya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar