Jumat, 17 November 2023

Gendreh Kemasan (Kalabendana Gugur)

 Hai semua pembaca dan penikmat kisah pewayangan, kisah kali ini mengisahkan pernikahan Abimanyu yang kedua kali dengan Dewi Utari. Di kisah ini juga diceritakan gugurnya Arya Kalabendana karena tidak sengaja ditampar oleh Gatotkaca dan Irawan yang diserang pasukan dari negeri Pagaralun. Kisah ini mengambil sumber dari https://wayang.wordpress.com/2006/10/24/gendreh- kemasan/ dan  https://wayang.wordpress.com/2010/03/11/kala-bendana-gugur/

Setelah Pandawa mendirikan Kadipaten Upalawaya dan Prabu Yudhistira dilantik oleh Prabu Matswapati sendiri, sang raja sekeluarga masih merasa prihatin dan merasa bersalah. Maka demi memperbaiki hubungan, Dewi Utari akan dinikahkan dengan Arjuna. Namun Dewi Utari sudah kadung menganggap guru sekaligus cucunya itu sebagai ayah sendiri. Arjuna lau menceritakan tentang salah satu putranya yakni Bambang Gendreh Kemasan, bahkan menunjukkan lukisan wajah Gendreh Kemasan yang tampan. Seketika Dewi Utari kepincut dan jatuh hati minta dinikahkan oleh Gendreh Kemasan. Arjuna mengiyakan saja. Ia lalu segera membawa kabar ke Dwarawati.

Di Dwarawati, Abimanyu baru saja pulang dari Upalawaya setelah peresmian istana baru para pandawa. lalu Prabu Sri Kresna mendatangi Abimanyu. Dia berkata “Abimanyu, baik kau bersiap ke Wirata.” “memangnya kenapa aku harus ke Wirata? Aku baru saja ingin ke kamar dinda Siti Sundari.” Prabu Sri Kresna berkata lagi “Saat ini ayah dan para pamanmu ada di Wirata untuk membahas sesuatu yang penting. Mereka membahas tentang pernikahan Dewi Utari, putri bungsu eyang Matswapati.”Abimanyu lalu bertanya “lalu apa hubungannya itu denganku, paman?” Prabu Sri Kresna menjelaskan  “Menurut kabar yang telah sampai ke telingaku, bahwa yang akan menikahi Dewi Utari adalah Gendreh Kemasan” Abimanyu pun bertanya siapakah Gendreh Kemasan itu. Prabu Sri Kresna menjelaskan bahwa Gendreh Kemasan ialah orang yang beraura seperti pande emas (kemasan). Dia yang bisa mengeluarkan emas dari bongkahan batu, kiasan untuk orang yang memanggul amanat dari  wahyu Cakraningrat. Abimanyu seketika paham maksud sang paman. Orang yang dimaksud sebagai Gendreh Kemasan adalah Abimanyu sendiri. Abimanyu pun segera bersiap. Di saat menunggu Abimanyu bersiap, Prabu Sri Kresna juga sebenarnya  paham jika kabar ini adalah undangan untuk menentukan tanggal pernikahan Dewi Utari dan Abimanyu yang artinya pernikahan mereka akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Maka agar Siti Sundari selaku isteri pertama Abimanyu tidak sakit hati, ia menyarankan agar keponakannya itu berangkat sendiri ke Wirata. Anakku, kau ke Wirata duluan saja. Aku akan menyusul.” “lholho paman, aku kan juga harus minta izin dulu pada Siti Sundari untuk menikah lagi.” Prabu Sri Kresna menyarankan Abimanyu untuk segera menuju ke Wirata “sudah, Abimanyu, kau berangkat saja dulu. Urusan izin dari Siti Sundari, biarlah aku sebagai ayahnya yang menyelesaikan." Abimanyu tidak bisa berkata-kata lagi. Maka ia berangkat dengan hati yang kepikiran.

Singkat saja, Abimanyu berangkat. Di tengah jalan, ia bertemu sepupunya yakni Prabu Gatotkaca dan ibunya, Dewi Arimbi. Tujuan mereka sama yakni ke Wirata untuk acara lamaran Abimanyu. Tanpa banyak waktu, mereka segera pergi bersama-sama.

Abimanyu bersumpah palsu di hadapan Utari
Sesampainya disana, para kakak, adik, dan sepupu yang lain juga datang. Raden Walmuka, Jaya Sanga sanga, Arya Yodeya, Bambang Partajumena, Bambang Setyaka, Pangeran Arya Antareja, Haryapati Antasena, Bambang Wisanggeni, Prabuanom Srenggini, Wasi Sri Pancasena, Arya Pancawala, Bambang Brantalaras, dan Bambang Sumitra ikut ke sana. Yang tidak datang yakni adik Abimanyu, Bambang Irawan dan para sepupu, putra-putri Nakula dan Sadewa. Mereka tak bisa datang karena kadipaten mereka sedang dalam tahap pembangunan masif.

Di istana Dwarawati, Dewi Siti Sundari sedang memikirkan suaminya, Abimanyu yang akan menikah lagi. " Hah.....kakanda. Kau tega sekali. Aku tidak akan marah karena kau menikah lagi, yang aku sesali kenapa kau malah pergi diam-diam tidak minta izin padaku?" gumam putri Prabu Sri Kresna itu. Datang paman Prabu Gatotkaca, yakni Arya Kalabendana. Ia mendengar keluh kesah isteri dari sepupu keponakannya itu. Dengan gaya bicaranya yang lugu ia berkata " anakku, ayo paman antar ke Wirata. Mau bagaimanapun kamu istri pertama Abimanyu. Mari kita pergi." Siti Sundari pun digendong oleh Kalabendana dan terbang menuju negeri Wirata. Agar tidak ketahuan, Arya Kalabendana membuat Dewi Sitisundari tidak kelihatan dengan aji Panglimunan.

Singkat cerita, Abimanyu bertemu dengan Utari. Di mata sang putri bungsu Prabu Matswapati, Abimanyu terlihat seperti seorang Kemasan (pandai emas) yang membawa sebongkah emas murni. Begitu juga Abimanyu, di matanya Dewi Utari seperti bidadari memakai segala perhaiasan emas, perak dan permata yang indah-indah. Keduanya langsung saling jatuh hati dan setelah ditanyai para Pandawa dan Prabu Matswapati, Abimanyu dan Utari sepakat bersedia menikah bahkan sudah menetapkan akad nikah harus secepatnya. Setelah kedatangan Abimanyu ke Wirata, tiga hari kemudian, akad pernikahan antara Abimanyu dan Utari pun digelar....Abimanyu mengalungkan kalung Bunga ke leher Utari, begitu juga Utari mengalungkan juga kalung bunganya di leher Abimanyu. Setelah prosesi akad nikah selesai, Abimanyu dan Dewi Utari berjalan di taman istana. Di sana Dewi Utari bertanya kepada Abimanyu tentang ketulusan cintanya. Abimanyu yang juga jatuh cinta pada Utari mengutarakan ketulusannya. Dewi Utari masih ragu apakah calon suaminya orang jujur atau tidak. Apa dia sudah meminta izin kepada Siti Sundari selaku isteri pertamanya karena ia pernah dengar dari calon mertuanya itu bila Abimanyu si Gendreh Kemasan sudah menikah dengan sang putri Prabu Sri Kresna itu. Maka ia bertanya untuk memastikan "kakanda, aku mau bertanya." Abimanyu berkata " Tanyakan apapun yang nini ingin tanyakan." Dewi Utari lalu bertanya " kakanda, apa kau masih perjaka atau udah menikah?" Jika sudah menikah, sudahkah kakanda minta izin istri pertama?" Abimanyu tercekat dengan jawaban itu. Lalu datang Arya Kalabendana, paman Gatotkaca menceritakan bahwa Abimanyu sudah beristri. Gatotkaca yang kebetulan ada disitu  marah sekali dan menyeret pamannya ke tempat lain. Setelah kepergian Gatotkaca dan pamannya, Abimanyu jadi serbasalah. Utari dapat membaca gelagat jika calon suaminya hendak berbohong. Ia meminta Abimanyu untuk jujur. Abimanyu yang didesak malah melakukan sumpah palsu "Nini, apa yang dikatakan paman Kalabendana tidak benar. Aku masih perjaka. Jika aku bohong, biarlah Yang Maha Kuasa menghukumku. Aku bersedia tubuhku diranjap, ditembaki, dan dihantam banyak senjata jika aku berdusta!" jedar jedar....sumpah palsu penuh tipu daya itu di dengar para dewa. Pertanda hal itu akan jadi kenyataan nanti. Dewi Utari menangis karena calon suaminya itu tidak jujur malah bersumpah palsu. Lalu Dewi Siti sundari muncul di hadapan Abimanyu dan Utari. Ia menampar suaminya "kakang tega! Kakang sudah tidak jujur! " Dewi Utari lalu bersujud di hadapan Dewi Siti Sundari. " Ampun kakang mbok....aku yang bersalah....aku yang sudah meminta kakanda Abimanyu untuk jujur. Tolong maafkan aku." Dewi Siti Sundari segera mengangkat calon madunya untuk berdiri dan berkata " Ni Utari....jangan begitu.... kau tidak perlu minta maaf ... Ini bukan salahmu....mungkin takdir kita yang seperti ini. Pernikahan kita ini telah ditetapkan para dewa dengan noda tipu daya." Abimanyu hanya menunduk malu.

Di sisi lain taman istana, Prabu Gatotkaca bertengkar dengan Kalabendana. Ia memarahi pamannya kerena memberitahu kan hal yang seharusnya rahasia adik sepupunya itu. Kalabendana berkata bahwa rahasia itu menyangkut harga diri Siti Sundari. Prabu Gatotkaca makin marah lalu menampar pamannya itu. Dia lupa bahwa ia masih mematrapkan Aji Brajamusthi. Pukulannya sangat keras sehingga Kalabendana terlempar dan kepalanya membentur batu. Pamannya itu tergelatak sekarat tak berdaya. Prabu Gatotkaca segera mendatangi sang paman dan memeluknya "paman maafkan aku.....tolong ampuni aku. Aku khilaf, aku sudah berbuat dosa. Paman bertahanlah...pelayan...cepat pangil tabib! Cepat!" Kalabendana memegang pipi keponakan tersayangnya. " Anakku.. sudahlah...jangan sedih. Jangan kau sesali...Mungkin begini caraku...untuk menghadap Hyang Widhi.....tapi aku tidak ingin mati begini tanpa keponakanku tercinta.....Ahhh Hyang Widhi mengabulkan doaku....aku akan menunggumu." Tak lama, badan Kalabendana dingin. Hela nafasnya sudah berhenti begitu juga detak jantungnya.  Kalabendana pun meninggal. Prabu Gatotkaca hanya bisa menangisi kepergian pamannya itu. Ia hanya bermaksud menutup mulut pamannya tapi malah ia menutup usia pamannya dengan cara yang tidak ksatria. " Paman....bangun paman! ...Ampuni aku paman....tolong bangun paman!!!...." Tangisan Gatotkaca menyayat hati terdengar ke segala penjuru istana. Para Pandawa, Prabu Matswapati sekeluarga, dan semua orang berkumpul. Abimanyu, Dewi Siti Sundari, dan Dewi Utari yang baru datang langsung memalingkan muka tak mampu menahan pemandangan yang terjadi.

Kalabendana Gugur
Dewi Siti Sundari terjatuh lemas, menangis di hadapan jasad Arya Kalabendana. Dewi Arimbi dengan dipeluk sang suami, Arya Wrekodara hanya mampu terduduk lemas dengan duka di hati. Adik kesayangannya meninggal di tangan anaknya sendiri dengan cara nista dan tidak kesatria. Seisi Wirata berduka di hari akad nikah Abimanyu dan Utari. Upacara ngaben diadakan sesegera mungkin. Keluarga Pandawa dan Wirata hanyut dalam haru biru dan tangis nan pilu. Acara resepsi pernikahan pun ditunda.

Kabar kematian Kalabendana pun terdengar ke telinga Irawan. Ia akan pergi ke acara berkabung. Di tengah jalan ia dicegat oleh Ditya Lembusana, panglima kepercayaan Jatagimbal, raja Pageralun yang pernah dibunuh Arjuna. Ia diserang dan terkena senjata namun ia sempat mengalahkan Ditya Lembusana. Setelah mengalahkan Lembusana, Irawan menjadi lemas karena senjata Lembusana beracun. Irawan segera berlari menuju istana Wirata. Di tengah suasana yang masih berkabung, Irawan datang dengan tubuh sudah berlumuran darah. Arjuna dan Dewi Ulupi segera menggendong putranya itu. Setelah diperiksa oleh Nakula dan Sadewa, Irawan didiagnosis keracunan darah namun untungnya dapat disembuhkan. Ia harus istirahat total selama dua sasih (dua bulan) dan itu artinya Irawan tidak boleh ikut perang Bharatayudha. Irawan kadung kecewa " tunggu ayah! Ibu! Jangan seperti ini. Aku datang juga ingin menunjukkan darmabakti ku. Ayah, jangan anaktirikan aku. Ayah tolong pikirkan lagi." Arjuna mendekati putranya itu " Irawan tolong mengertilah. Ayah senang Irawan mau melakukan darmabakti sebesar ini. Tapi yang paling penting bagi ayah adalah kesehatanmu. " Dewi Ulupi lalu berkatap pada putranya itu "Irawan, dengarkan kata ayahmu. Ini demi kebaikanmu. Lagipula untuk berperang harus sehat jasmani rohani." Irawan pun diam. Ia bisa ditenangkan untuk saat ini. Dewi Titisari datang lalu menyampaikan sebuah pesan dari Nakula dan Sadewa untuk menemuinya. Arjuna dan Ulupi masih risau dengan Irawan. Dewi Titisari menenangkan mertuanya itu. " ayah! Ibu! Jangan khawatir... Penuhi pesan dari paman Nakula dan Sadewa. Biar aku yang jaga kakanda Irawan." Di ruang tengah, Nakula dan Sadewa bertemu dengan Arjuna dan Ulupi. Mereka mewanti-wanti agar Irawan dijaga dan jangan sampai lengah. Sadewa sadar sifat Irawan mirip sekali dengan ayahnya yang tidak suka dikekang atau dibatasi. Makanya ia berani berkata demikian kepada isteri dan orang tua Irawan.

Setelah tujuh hari berkabung,  Prabu Sri Kresna datang ke Wirata menanyakan kapan resepsi pernikahan Abimanyu dan Utari, sebab Siti Sundari sudah menerima izin dari Utari tempo hari. Arjuna berkata segera bahkan kalau bisa dua hari lagi akan digelar. Prabu Sri Kresna setuju. Dua hari kemudian, resepsi pernikahan Abimanyu dan Utari digelar meriah. Abimanyu duduk bersanding dengan dua isterinya yang cantik-cantik itu. Saudara-mara, kakak-adik, sepupu, semua datang tanpa kecuali. Putera-puteri Nakula dan Sadewa yang telah lama terpisah yakni adipati Pramusinta-Dewi Rayungwulan dan adipati Sabekti-Pramuwati datang juga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar