Hai semua pembaca dan penikmat kisah pewayangan, kisah kali ini mengisahkan Arjuna pergi bertapa di Gunung Indrakila dan mendapat kan panah sakti Pasopati. Dikisahkan pula Arjuna menjadi raja para bidadari selama tujuh hari bergelar Prabu Karitin setelah mengalahkan Ditya Niwatakawaca yang hendak meminang Dewi Supraba. saat menjadi raja bidadari itu, Dewi Supraba jadi permaisuri sang Arjuna sehingga lahir dari rahim sang bidadari itu seorang kesatria bernama Prabakusuma alias Bambang Priyambada. Pada akhir cerita mengisahkan kedatangan Resi Durwasa ke gubuk para Pandawa dan percobaan perkosaan Drupadi oelh Prabu Jayadrata. Kisah ini mengambil sumber dari Kitab Mahabharata karya Mpu Vyasa, blog Wikipedia tentang Kakawin Arjunawiwaha, dan berbagai sumber lainnya di internet.
Lima tahun pengasingan,
Wrekodara dan Arjuna memutuskan bertapa brata. Prabu Yudhistira, Nakula,
Sadewa, Dewi Drupadi beserta Semar dan para punakawan berpindah semakin jauh ke
dalam hutan Kamyaka. Wrekodara bertapa brata bersama Resi Hanoman, Sang resi
wanara yang telah mengabdi pada Sri Rama itu prihatin. Setelah peristiwa Arca
Resi Bhima Gupala, resi Hanoman mempersilakan pihak Pandawa menggambar dirinya
di panji-panji kerajaan Amarta. ia lalu mengantar kembali Arya Wrekodara ke
alas Kamyaka.
Sementara itu, kabar Arjuna benar-benar tak terdengar lagi...Arjuna seakan menghilangkan diri. Benar-benar tidak ada kabar tentangnya. Di saat yang sama, prabu Niwatakawaca dari Manimantaka (anak Srikandhi sebagai Kandhihawa dengan Durniti) mendendam hati pada Dewi Supraba karena telah membuat matanya picak. Maka ia bersama Patih Mamangmurka dan Tumênggung Mamangdana berikut pasukannya terbang ke kahyangan. Sang raja Manimantaka itu meminta pada Batara Indra untuk menyerahkan Dewi Supraba " gusti Batara, aku meminta padamu serahkan padaku Dewi Supraba." Batara Indra tidak berkenan apalagi waktu itu, Niwatakawaca sudah berbuat lancang mengintip putri-putrinya itu. Sang raja murka karena lamarannya ditolak mentah-mentah "Kau Berani Menolak Pinangan ku! Akan Kuratakan Kahyangan dan Kurebut Putrimu yang Berharga itu. Aku Abadi dan Tak Akan Dikalahkan Olehmu!" Pasukan pun dikerahkan. Para prajurit Manimantaka mengamuk dan melibas kahyangan. Patih Manimantaka, Mamangmurka merusak taman di kahyangan. Batara Indra murka " Mamangmurka, Lancang Kau! Kau Merusak Tamanku Seperti Babi!" Kata-kata Batara Indra menjadi kutukan. Patih Mamangmurka bertukar menjadi babi hutan. Meskipun demikian, ia terus merangsek dan menghancurkan segala tanaman dan pohon di kahyangan. Batara Indra menembakkan petir dan terjengkang jatuhlah sang patih Manimantaka ke gunung Indrakila. Prabu Niwatakawaca dan Tumênggung Mamangdana dibuat kesal karenanya.
Tujuh Bidadari menggoda Ciptaning |
Di keheningan sebuah gua
di Gunung Indrakila, Begawan Ciptaning Mintaraga duduk bersila sedang tapa
brata. Badannya yang ramping berpakaian kulit kayu dan berjubah bulu binatang
lengkap dengan rambut terurai acak-acakan tak lantas membuat aura sang Begawan
menjadi kuyu dan sayu, melainkan semakin menawan. Semua hewan yang melihatnya
seakan ikut bersamanya bertapa brata. Sejenak kemudian, datang suara yang
sangat lembut dan indah. Tujuh bidadari datang berpakaian serba indah dan
dengan rupa cantik molek aduhai menggoda sang begawan. " Tuanku, lihat sini
dong!" rayu Supraba. " Sini bang lihat wajah ayuku " goda
Wilotama. " Ahhh...sayang...sandarkan kepala tuan dan rasakan renjana ini
di pahaku..." goda Surendra dengan nada nakal dan ngalem. " Kakanda
sayang....sekali-kali sini lihat moleknya aku!" ucap manis Tunjungbiru
sembari membelai rambut kusut Ciptaning. " Babang tamvan, rasakan gairah
cintaku." celoteh lembut Warsiki sembari menyandarkan kepalanya di dada
Ciptaning. " Abang Ganteng, rasakan lembutnya tangan kami!" Ucap
Lèng-lèng Mandanu dan Gagarmayang. Godaan yang sangatlah hebat dan benar-benar
sanggup meruntuhkan iman. Bukan cuma digoda secara perkataan semata, para
bidadari ini dengan totalitas menari dan memperlihatkan lekuk tubuh mereka yang
molek dan aduhai. Namun sang Begawan tak tergoda sedikitpun. Sebaliknya para
bidadari lah yang justru jatuh cinta pada aura dan ketampanan yang terpancar
dari sang begawan. " Ahhh kakanda....nikahi aku.....abang ganteng....nodai
aku!" Lalu secara bersamaan, Batara Indra ikut turun lalu menyembunyikan dirinya
di balik awan. Di sana ia melihat para putrinya gagal menggoda orang itu. Malah
sebaliknya mereka yang tergila-gila pada Ciptaning. Batara Indra merasa ia
harus menguji sang Begawan itu sendiri.
Begawan Ciptaning dengan
kekuatannya membuat semua bidadari itu tertidur dan merasakan indahnya cinta
bersama dirinya di alam mimpi. Beberapa saat kemudian, Dari dalam hutan, muncul
resi bernama Padya. Ia datang menguji pengetahuan Begawan Ciptaning. "
Ciptaning, ku dengar dari berbagai orang yang pernah berjumpa denganmu, kau
sangat cerdas dan ahlinya cinta. Makanya kau sampai membantu orang-orang dalam
hal asmara. Aku ingin bertanya satu hal. Begawan Ciptaning mempersilakan
"katakan apa pertanyaanmu, sang resi?" Resi Padya bertanya "
apakah itu cinta dan apa bedanya dengan cinta buta?" Begawan Ciptaning
menjawab pertanyaan Resi Padya. " Sang resi, cinta lahir perasaan yang
tulus dan murni. Cinta yang sejati membebaskan siapa saja yang mendapatkannya
dari segala rasa sakit. Itulah yang membedakannya dengan cinta buta. Cinta buta
berlandaskan nafsu yang mengikat dan menyengsarakan yang mengalaminya. Kita
kadang tidak bisa membedakan mana cinta dan cinta buta karena pembeda mereka
yang tipis bagai rambut dibelah tujuh." Resi Padya terkesan dengan
keheningan hati dan kecerdasan sang resi muda itu. Ia berlalu pergi dan badar
kembali menjadi Batara Indra. Bersamaan dengan perginya Resi Padya, ketujuh
bidadari itu terbangun dan bergegas berpakaian yang benar. Setelah itu mereka
terbang kembali ke kahyangan. Diantara mereka bertujuh, yang paling merasakan
cinta sang Ciptaning ialah Dewi Supraba. Ia tersipu ketika Begawan Ciptaning
tersenyum padanya.
Di kahyangan, Batara Guru mendengar laporan Batara Indra. " Pukulun Mahadewa. Ciptaning memnag hebat. Tanpa menyentuhnya aku merasakan luasnya wawasan dan kehebatannya. Bahkan ketujuh putriku sampai terlena dan tergila-gila padanya. " Batara Guru terkesan dengan apa yang diceritakan Indra. Ia lalu turun ke bumi untuk menyaksikan sendiri. Ketika itu, Begawan Ciptaning pergi berburu. Saat hampir bisa membidik kijang buruannya, babi jelmaan Mamangmurka datang mengusik gerombolan kijang. Begawan Ciptaning melepaskan panah untuk mengusir babi itu. Babi itu terus berlari kemana-mana dan akhirnya babi itu pun tewas terkena satu panah Ciptaning.
Ciptaning berdebat dengan Keratarupa |
Batara Guru menyampaikan
maksud dan tujuannya mendatangi Arjuna, adalah mau meminta Arjuna menjadi jago
dewa di kahyangan. Karena kahyangan sedang diserang Prabu Niwatakawaca dari
negara Manimantaka. Arjuna tidak menyia-nyiakan kesempatan baik ini. Arjuna
menyanggupinya. Setelah sampai di kahyangan, Arjuna bertemu kembali dengan
Batara Indra, sang ayah dewanya. Batara Indra berkata harus berhati-hati karena
Prabu Niwatakawaca tidak bisa dibunuh dengan senjata apapun. Arjuna paham maka
ia berhadap-hadapan dulu dengan Tumênggung Mamangdana. Dengan panah Agneyastra,
Arjuna mampu menghabisi Tumênggung Mamangdana. Mendengar tumênggungnya berhasil
dikalahkan, berang Prabu Niwatakawaca. Akhirnya pertarungan pun tidak dapat
dihindarkan. Benar apa yang dikatakan Batara Indra, Prabu Niwatakawaca sangat
sakti, tidak satupun senjata dapat melukai tubuhnya.Prabu Niwatakawaca tidak
bisa dikalahkan. Arjuna segera menyingkir terlebih dahulu. Arjuna mendekati
Dewi Supraba. Meskipun kali ini berpenampilan berbeda, Dewi Supraba tetap
mengenali Arjuna sebagai Ciptaning. Ia menawarkan bantuannya " Tuanku, aku
bisa membantumu melawan Niwatakawaca." Arjuna meminta Dewi Supraba mencari
rahasia kelemahan Prabu Niwatakawaca.
Niwatakawaca merasa di atas angin mampu membuat jago dewata kabur. Tak lama, Dewi Supraba pun datang dan mendekati Prabu Niwatakawaca. Dewi Supraba pura pura mencintai Prabu Niwatakawaca, dan ia bersedia menjadi istri Prabu Niwatakawaca. Namun sebelumnya, Dewi Supraba ingin banyak belajar dari Prabu Niwatakawaca. Prabu Niwatakawaca senang dengan kesanggupan Dewi Supraba yang ingin menjadi istrinya. Dewi Supraba pun menyiapkan berbagai makanan dan hendak menyuapi sang raksasa itu, namun sang raja Manimantaka itu seakan pelit untuk membuka mulutnya lebar-lebar saat makan. Ia terus menghindar ketika hendka membuka mulutnya. Dewi Supraba bertanya “kakanda ...kenapa kok tidak mau buka mulut? Apa mulut kakanda sakit? Apa sariawan? Panas dalam? Minumnya Adem Seger.” . Prabu Niwatakawaca berkata "owlaha tho...dinda Supraba...malah ngelawak....maaf dinda, aku harus sering menutup mulut karena bau mulutnku. Sumber dari bau mulutnku ada di lubang tekakku. Sering sakit dan sering mengeluarkan bau tak sedap." Dewi Supraba tau kalau Niwatakawaca berdusta. Maka ia minta izin memeriksa apa penyebab bau mulut sang raja. Tanpa curiga, Prabu Niwatakawaca mengizinkan.
Niwatakawaca Lena |
Kemenangan datang kepada
Arjuna dan ia dinobatkan sebagai raja bidadari bergelar Prabu Karitin selama 7
hari waktu kahyangan dengan didampingi oleh 6 bidadari adik Dewi Supraba . Dewi
Supraba sendiri sebagai permaisuri utama. Suatu
ketika di taman kahyangan Kawidodaren, Arjuna pernah bertemu dengan Dewi Urwaci.
Sang dewi rupanya terpana dengan ketampanan sang Arjuna...ia lalu mendekati
sang Permadi “ohh kakanda Arjuna....sini kakanda...dekati aku...lalu nikahilah
aku.” Namun Arjuna merasa sudah cukup dengan Supraba saja sebagai permaisuri ,
maka Arjuna berkata “maaf...tuan puteri Urwaci...aku tidak bisa....karena kamu
terlalu cantik untukku.” Merasa perkataan Arjuna menyinggung, maka ia mengutuk
Arjuna “Berani betul kakanda menolakku! Maka aku mengutukmu semoga kelak hilang
kejantananmu. Semoga nanti kakanda jadi banci kaleng!!!” Batara Indra yang
mendengar kutukan yang menimpa anak angkatnya, segera menolong putranya dan
melunakkan kutuk pasu Urwaci “kutukan seorang bidadari tidak bisa
dielakkan...tapi aku mampu meringankannya. Kau tak akan jadi banci kaleng
selamanya tapi selama setahun saja. Kau bisa menjadi banci kaleng kapanpun ananda
mau.” Arjuna sebenarnya tak ambil pusing malah sangat antusias dan tak
menyia-nyiakan kesempatan itu. Maka Arjuna memilih jadi banci kaleng di masa
pengasingan ketiga belas, saat menyamar sebagai orang biasa.
Tak terasa, waktu tujuh
hari Arjuna menjadi raja Bidadari sudah habis. Sebelum ia pulang melanjutkan
hukuman pengasingan, Arjuna juga memohonkan restu sang dewa " pukulun,
sebelum anakmu ini kembali, restui kami para Pandawa agar kami selalu jaya dan
selamat dari malapetaka Bharatayudha." Batara Indra mengabulkan. Lalu
datang kakek Semar hendak menjemput sang ksatria Madukara itu dan mendengar
permintaan Arjuna. Rupanya Arjuna lupa untuk memohonkan keselamatan para putra
dan keponakannya. Hal ini kemudian diprotes Semar. "Tunggu,
Indra....jangan restui dulu...ndoro Arjuna lupa meminta keselamatan pada para
putra dan keponakannya." Arjuna tersadar dan meminta maaf kepada kakek
Semar " ampun, paman Semar, aku lupa meminta doa agar anak dan keponakanku
selamat. Aku tak sanggup melihat mereka mati muda jika perang terjadi. Pukulun,
tolong batalkan restu yang tadi. Aku akan menambahkan restu itu dulu."
Batara Indra tak mampu menarik permohonannya. Arjuna kecewa dan takut
membayangkan anak dan para keponakannya ditakdirkan mati muda. Restunya telah
berubah menjadi kutukan yang akan menimpa keturunan Pandawa. Batara Indra
menyabarkan putra angkatnya itu dan memberi anugerah " anakku, apa yang
kau pinta tidak dapat ditarik kembali tapi dibalik ini semua ada hikmahnya. Aku
juga memberikan anugerah supaya kelak cucu-cucu kalian akan selamat dari perang
dan hidup aman damai." Sudah saatnya Arjuna turun kembali ke bumi.
Menyelesaikan pengasingan yang sudah berjalan. Ketika turun dari kahyangan,
hitungan 7 hari di kahyangan sudah genap hitungan dua setengah tahun di
permukaan bumi sehingga Arjuna sudah tidak ada di dunia manusia selama dua
setengah tahun. Arjuna membawa serta anaknya dari Dewi Supraba yakni Raden Prabakusuma
atau Bambang Priyambada. Prabakusuma pun dikenalkan kepada para paman dan
bibinya.
Tahun ke delapan pengasingan, Kurawa mendengar Para Pandawa hendak melewati sebuah daerah para pendeta dan petapa. Prabu Duryudhana mendengar hal itu lagi-lagi membuat skenario untuk menjebak Pandawa. Kali ini mereka menjebak dengan mengatakan pada resi Durwasa bahwa ada orang kaya yang bermukim di hutan Kamyaka yang bisa memberikannya sedekah. “ampun Resi Durwasa, aku mendengar di hutan sana ada seorang kaya raya yang sanggup memberikan sedekah yang banyak kepada bapa resi. Baiknya bapa resi ke sana.” Resi Durwasa percaya begitu saja dan masuk jauh ke hutan. Seperti yang diketahui banyak orang, Resi Durwasa adalah guru Dewi Kunthi, ibu dari para Pandawa. Dewi Kunthi saja harus sabar meladeni gurunya yang terkenal brangasan dan mudah marah itu. Sementara itu, para Pandawa, Prabakusuma, dan punakawan baru selesai makan.
Kembalinya Arjuna dan kemunculan Prabakusuma |
Masih di tengah tahun ke
delapan, cobaan tak henti-hentinya datang kepada Pandawa. Kali ini Dewi Drupadi
lagi yang jadi korban. Sang putri Pancala itu dilarikan oleh Prabu Jayadrata
yang kadung cinta mati sejak sayembara dulu. Ketika itu di rumah, tidak ada
orang selain Drupadi. Jayadrata menjebak permaisuri Yudhistira itu lalu
menaikkannya ke kereta perang. Dewi Drupadi berteriak minta tolong “Lepaskan
aku, Jayadrata!!.....tolong...kakanda....adhi-adhiku para Pandawa...Tolong....!!!”
para Pandawa yang sedang berburu segera kembali ke gubuk di sana mereka melihat
Jayadrata sudah menaiki kereta sambil membawa Drupadi. Prabu Yudhistira yang
biasanya tenang hampir hilang kesabaran. “JAYADRATA!!” hampir-hampir Prabu
Yudhistira bertukar wujud ebagai Dewa Amral karenannya namun berhasil
ditenangkan sang adik, Arya Wrekodara. Sang Panegak pandawa itu menenangkan
kakaknya dan berniat mencari kakak iparnya. Tak jauh dari hutan, Prabu
Jayadrata hampir memperkosa Drupadi. Namun hal itu dicegah Wrekodara dan
Arjuna. Jayadrata kalah kuat dan dapat dikalahkan....namun dibiarkan hidup dan
dibotakkan kepalanya. Dari sanalah prabu Jayadrata dendam kepada Pandawa. Ia
melakukan tapa brata keras hingga Batara Guru memberinya anugerah bisa
memporak-porandakan dan mengacaukan pasukan Pandawa. Kelak akan jadi penyebab
kematian Raden Abimanyu, putra Arjuna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar