Senin, 23 Oktober 2023

Anirudha Krama

Hai penikmat dan pembaca kisah pewayangan. Kisah Kali ini mengisahkan pernikahan cucu Sri Kresna yakni Bambang Anirudha dengan Dewi Usha. Kedekatan Anirudha dan Usha hampir membuat perang besar antara Sri Kresna dengan Batara Guru. Kisha ini mengambil sumber kitab Mahabharata karya Mpu Vyasa dan Serial kolosal India Radha Krishan Starbharat.

Beberapa hari setelah pernikahan Prabakusuma dengan Mustakaweni, keraton Dwarawati geger. Kerabat keraton yakni Bambang Anirudha, putra Prabu Danuasmara atau lebih sering dipanggil Bambang Partajumena yang tak lain cucu pertama dari Sri Kresna menghilang dari keraton. Dewi Rukmawati dan Dewi Rukmini susah hati karenanya. Bambang Partajumena memerintahkan prajuritnya dari Dadapaksi untuk mencari keberadaan putranya itu. Berbagai usaha dikerahkan namun sia-sia. Dari Dadapaksi hingga pulau Dwaraka, keberadaan Bambang Anirudha tidak ditemukan. Anirudha bak menghilang di telan bumi “aku tidak peduli apapun kondisinya! Cari Anirudha putraku sampai ketemu!” perintah Partajumena. Akhirnya pasukan Dadapaksi memperluas pencarian hingga keluar negara.
Sementara itu di kerajaan Sonitapuri, prabu Banasura sedang bersusah hati juga karena putrinya, Dewi Usha menghilang juga. “pasukan...cepat persiapkan pasukan kita....aku ingin pencarian Usha putriku segera diperluas. Dari Cedhi, Paranggelung, Wanamarta, sampai Mandaraka! kalau bisa ke Mandura, Hastinapura dan Dwarawati kita suruk juga. Aku rasa putriku ada di salah satu dari tiga negeri keturunan Yayati itu!” perintah Prabu Banasura. Singkat cerita, dengan cepat negeri Sonitapuri menyiapkan pasukan pencarian Dewi Usha. Prabu Banasura menganggap kalau Usha diculik oleh para keturunan Yayati karena bersamaan dengan hilangnya Usha, Anirudha cucu Sri Kresna juga ikut menghilang. Begitu juga para Pandawa ikut menghilang di pengasingan 12 tahun.

Emban Citralekha membantu pernikahan Anirudha dan Usha
Untuk berjaga-jaga sang Banasura meminta Batara Guru untuk mendukungnya. Penghulu para dewa menjadi dilema karena ia tahu yang ia lawan adalah Kresna, titisan sahabatnya yakni Sri Batara Wisnu. namun sang Batara tidak kuasa menolak pemujanya. Maka mau tak mau Batara Guru harus menyokong Banasura.


Di tempat lain, yang sebenarnya terjadi ialah Nyai Citralekha lah yang telah menculik Dewi Usha. Tujuannya agar ia bisa menikahkan sang kembang mekarnya Sonitapuri dengan junjungannya, Prabu Kalasrenggi dari Pageralun. " Ayo ikut aku, Usha. Kita harus ke Pageralun! Akan ku nikahkan kau dengan yang mulia Kalasrenggi." Di tengah perjalanannya, Nyai Citralekha bertemu dengan Bambang Anirudha yang sedang pergi mengembara. Dewi Usha meminta tolong " tolong, lepaskan aku! Siapapun lepaskan aku!" Bambang Anirudha melihat hal itu tidak tega dan menyuruh melepaskan Usha. " Hei Nyai....lepaskan putri Usha! " Nyai Citralekha tertawa dan berkata " hahahahaha....anak kemarin sore mau sok jago. Kalau kau ingin ia lepas...langkahi mayatku dulu!" Terjadilah pertarungan seru antara Anirudha dengan Nyai Citralekha. Pertarungan itu cukup sengit sehingga di suatu kesempatan, Bambang Anirudha berhasil membuat Nyai Citralekha terpojok dan menyerah. Dewi Usha pun dibebaskan. Menimbang-nimbang, Bambang Anirudha lebih tampan dan jauh lebih baik dari Kalasrenggi maka ia menyatakan untuk bergabung dengannya. Bahkan sebagai bentuk permintaan maaf, Anirudha dan Usha dijodohkan olehnya. Usha memandang Anirudha dengan penuh cinta begitupun Anirudha, tampaknya ia juga jatuh hati pada Dewi Usha. Anirudha pun setuju. Maka di desanya, Nyai Citralekha menyelenggarakan pernikahan Anirudha dengan Usha.
Di hari bahagia itu, tiba-tiba datang prajurit dari Sonitapuri menemukan jejak Usha. Prabu Banasura murka menyadari sang putri menikah dengan Anirudha. "Kau Bedebah, Anirudha...kau berani menculik putriku!" Anirudha membela diri " aku tidak menculiknya Gusti prabu! Dinda Usha sendiri dengan kerelaan hati menikah denganku... bibi Citralekha sendiri yang menjadi saksi atas semua ini." Makin murka Prabu Banasura. Ia lalu menyeret putrinya "Usha...kau berani menikahi orang Yadawa licik itu!" Batalkan pernikahanmu! Kita kembali ke Sonitapuri!" Dewi Usha berontak melepaskan diri " lepaskan ayahanda prabu...aku dan kanda Anirudha saling mencintai. Kalau ingin kami berpisah, habisi saja kami!". Sejenak Anirudha marah melihat isterinya diseret oleh ayahnya sendiri. Ia tidak ingin hal yang terjadi pada nenek Drupadi terulang lagi. Maka ia menepis tangan Prabu Banasura dan berkara " lepaskna dia, ayah mertua! Seorang ayah yang berlaku semena-mena pada putrinya tidak pantas disebut ayah!" Banasura tambah murka. Ia menganggap pembelaan Anirudha terhadap Usha sebagai usaha penculikan dan pencucian otak. Sejak awal ia pasti memantik peperangan. Maka tanpa pikir panjang, Banasura memerintahkan untuk menangkap Anirudha. Namun seperti makna dari namanya, yakni sulit ditangkap atau sulit diatasi, kelihaian Anirudha memang sukar dibandingkan. Ia sulit untuk ditangkap dan diatasi para prajurit Sonitapuri. Sebaliknya, cucu Sri Kresna itu malah mempercundangi dan mengalahkan pasukan Prabu Banasura. Akhirnya sang raja Sonitapuri itu turun tangan untuk meringkus Anirudha. Awalnya, Prabu Banasura kesulitan menangkap Anirudha. Ia licin seperti belut, ditambah kekuatannya yang memang besar, sama seperti kakeknya. Beberapa lama kemudian, Aniruda berhasil ditangkap. Anirudha lalu dijebloskan ke penjara. Di dalam tahanan, Dewi Usha secara diam-diam terap berusaha membebaskan sang suami. “tenang suamiku, aku dan bibi Citralekha akan membebaskanmu.” Maka dengan sembunyi-sembunyi,, Anirudha berhasil dibebaskan dan mereka bertiga berusaha lari ke Dwarawati. Namun di tengah perjalanan, mereka terhenti dengan pasukan besar yang menyuju arah Tegal Tirtaprabhasa, sebuah tanah kosong di dekat pantai timur Jawadwipa diantara Mandura dan Dwarawati.
Bagaikan hembusan angin, berita penangkapan dan pemenjaraan Anirudha di Sonitapuri sampai di Dwarawati. Hal itu membuat keluarga Yadawa marah. Lalu mereka memutuskan untuk menyerang Sonitapuri. Batara Guru yang melindungi kerajaan Sonitapuri turut membantu Banasura. Arya Setyaki mengerahkan pasukan Narayani secara besar-besaran.”Pasukan...Serang Sonitapuri dan bebaskan Pangeran Anirudha!!Serbu!!!”  Perang terjadi berhari-hari tiada henti. Kekuatan besar pun membuat alam bergoncang. Di tempat para Pandawa sedang melakukan pengasingan sangat terasa dampaknya “Dewa perang, Rare Kumara juga datang untuk membantu ayahnya. Pertempuran berlangsung sengit. Akhirnya dewa yang berjuluk Kartikeya dikalahkan oleh Partajumena meskipun Partajumena terluka parah dengan tubuh pucat pasi seperti keracunan hingga hampir mati. Sri Kresna segera memberi pertolongan dengan menyapukan Cangkok Wijakusuma namun anehnya, Partajumena masih sakit dan proses penyembuhan berjalan lambat.  Karena perang masih terus berlanjut. Prabu Sri Kresna bertindak cepat. Ia menitipkan perang itu kepada sang patih yang juga kakaknya Udawa. Sri Kresna segera memapah putranya itu ke istana Dwarawati.

Di Istana, Para permaisuri Kresna terutama Dewi Radha dan Dewi Rukmini hara-harap cemas dengan perang yang bekecamuk hingga tibalah Sri Kresna memapah Partajumena yang luka dan sakit keras. Dewi Rukmini dan Dewi Radha berduka. Isteri Partajumena, Dewi Rukmawati sampai menolak untuk meninggalkan kamar suaminya. Sri Kresna menjelaskan bahwa sakit dan luka yang diderita Partajumena itu disebabkan Trisula Batara Guru yang meluncur ke arahnya. meskipun bisa ditangkis, racun Trisula itu kadung menyebar ke segala urat darah dan membuat Partajumena keracunan darah yang sangat parah seperti sakit pes. Kini nasib dan hidup Parajumena di ujung tanduk. Prabu Sri Kresna segera mengheningkan cipta lalu bersemadi. Lalu sukmanya keluar. Di angkasa sukma Sri Kresna bertemu dengan Batara Wisnu “Yang Mulia Wisnu, Partajumena sakit keras kerana Trisula Batara Guru. Cangkok Wijayakusuma milikku juga kurang bekerja dengan baik. Apa ada solusi untuk mengakhiri ini semua.” “Kresna, tidak ada sakit tanpa obat kecuali tua. Tentu sakit putramu ada obatnya. Sekarang cepat cari daun Sandilata. Daun itu ditanam Hanoman di bukitnya di Kandhalisadha. Lalu cepat rebus daun itu lalu percikkan ke Cangkok Wijayakusuma.”. Segera saja, sukma Sri Kresna melayang ke Kandhalisadha. Hanoman menemui Sri Kresna dan bertanya “ampun Gusti, apa keperluan Gusti Sri Kresna kemari?” “Aku perlu bantuanmu.” Hanoman bertanya lagi “apakah itu, Gusti?” Sri Kresna menjelaskan bahwa putrnya memerlukan Daun Sandilata . tanpa banyak bicara, Hanoman segera memetik daun Sandilata yang ia punya. Lalu di rebus dan segala macam obat-obatan. Setelah rebusan obat dan Daun Sandilata jadi, Hanoman berkata “Gusti, aku akan segera mengirim obat ini. Gusti tunggu saja di Dwarawati.” “baiklah, aku menunggu kedatanganmu, Hanoman”Sukma Sri Kresna pun berpamitan lalu kembali ke raganya.

Singkat cerita, atas bantuan dari Batara Wisnu dan Resi Hanoman, obat daun Sandilata sampai di Dwarawati. Prabu Sri kresna segera memasukkan Cangkok Wijayakusuma ke rebusan obat mujarab itu. Lalu dipercikilah obat itu dengan bunga penyembuh itu. Tak lupa, Prabu Sri Kresna membantu Partajumena minum rebusan Daun Sandilata. Mendadak Partajumena sembuh dan bisa bangun dari pembaringan. Berkat bantuan rebusan daun Sandilata dan cangkok Wijayakusuma, Partajumena berhasil disembuhkan. Seisi istana bersuka cita dengan kesembuhan Partajumena. Partajumena meminta agar bisa ikut lagi berperang , namu Prabu Sri Kresna lalu berkata “anakku, kau pulihkan dirimu saja dahulu. Sebentar lagi, yang kita cari-cari untuk mendamaikan perang ini akan datang.” Tak lama kemudian datanghlah tiga orang pengembara, dua perempuan dan seorang pria muda. Sang pria memperkenalkan dirinya “ampun gusti prabu, maaf saya lancang untuk datang kesini tapi saya adalah utusan dari Desa Cangkringbayu. Nama hamba Danucitra dan ini istri saya, Citrasukma dan emban saya, Rekatantri. Saya telah diutus seseorang bernama Anirudha untuk mendamaikan perang ini. Menurut pesan Anirudha, gusti harus membawa kami ke medan perang” Mendengar nama Anirudha, keluarga Yadawa pun senang dengan nasib orang yang mereka cari-cari yang baik-baik saja. Tanpa pikir panjang, Prabu Sri Kresna beserta tiga orang itu segera kembali ke medan lagi. Namun nampaknya, jalannya perang itu nampaknya jomplang tidak seimbang. Pasukan Sonitapuri yang dibantu Batara Guru membuat pasukan Narayani bagaikan pecundang. Prabu Sri Kresna marah dan berkata “Batara Guru! Lawanmu bukan mereka! Tapi Aku!” mendadak Prabu Sri Kresna bertukar ke bentuk aslinya yakni Batara Wisnu dan menantang Batara Guru beradu kekuatan. Kekuatan batara Wisnu membuat pasukan Sonitapuri yang sekarang jadi kalang kabut. Serangan Batara Wisnu pun hampir mengenai Prabu Banasura. Namun serangan itu berhasil dihalangi Batara Guru. Sang penghulu para dewa itu murka “Hei Wisnu! Pemujaku harus aku Lindungi! Siapapun yang hendak membuatnya celaka, harus ku hentikan!” batara Guru bertukar sebagai bentuk Bhairawa. Kedua dewa itu saling berperang satu sama lain. Kehancuran terjadi dimana-mana.

Sri Kresna melawan Batara Guru
Di saat yang tepat, Danucitra sang duta dari Anirudha maju membawa isterinya Citrasukma. Seketika itu Danucitra dan Citrasukma membuka kedok mereka yakni Anirudha dan Usha. Seketika Banasura kaget dan menjadi lengah melihat purtinya dad di medan laga. Hal ini diambil kesempatan oleh Sri Kresna. Batara Guru segera mengarahan Trisulanya. Sri Kresna segera membuat ilusi. Trisula Batara Guru dibuat terserap Cakra Widaksana. Akhirnya, Batara Guru dan Banasura dapat dikalahkan oleh Kresna. Saat Kresna hendak membunuh Prabu Banasura, Batara Guru segera memohon pada Prabu Sri Kresna agar nyawa Banasura diampuni. Banasura juga meminta maaf karena sudah membuat kekacauan dan bersedia menerima Anirudha sebagai menantunya.

Kresna pun mengabulkan permohonan sang penghulu para dewa sehingga Banasura dibebaskan. Bahkan diajaklah Prabu Banasura untuk berdamai dan mengikat persaudaraan yang rekat. Akhirnya, Anirudha beserta keluarga Yadawa kembali ke Dwarawati dengan mengajak Usha. Di Dwarawati, upacara pernikahan Anirudha dan Dewi Usha digelar lagi bahkan lebih meriah. Untuk mempererat hubungan kekeluargaan, Arya Rukmana dari Kumbinapuri datang ke pernikahan cucunya itu. Pada pesta pernikahannya, keluarga Yadawa datang beramai-ramai bermain berbagai macam permainan dan makan minum dengan sedap hati. Di sana, para raja undangan Sri Kresna membujuk Arya Rukmana untuk mengajak Baladewa bermain dadu, karena Baladewa menyukai permainan tersebut meski tidak bisa memainkannya dengan baik. Rukmana menyetujui hal tersebut. Ada maksud lain dibalik permainan itu " hahaha...akan ku buat Baladewa malu di depan umum." gumam Rukmana. Sementara itu Prabu Sri Kresna berkat pada kakaknya itu " kakang Balarama, hati-hati! Jangan terpancing oleh Rukmana. Aku mewanti-wanti jangan sampai kau lepas kendali. Ingatlah apa yang terjadi pada para Pandawa setalah pemainan dadu sebelas belas tahun lalu." Baladewa berjanji akan berhati-hati.

Permainan dadu pun dimulai. Dalam permainan tersebut, Prabu Baladewa selalu beruntung dan menang terus. Arya Rukmana bingung bagaimana mengalahkan raja Mandura itu. Lalu datang Dewi Sunggatawati, putri Arjuna yang menjadi isteri Raden Samba. Dewi Sunggatawati memberikan sesuatu "paman Rukmana, anda pasti membutuhkan benda ini." Ketika benda itu dibuka rupanya itu dua buah dadu. Arya Rukmana kaget bagaimana bisa seorang putri Arjuna bisa memiliki dadu ini kareana setahu dia dari ini milik Patih Sengkuni. Dewi Sunggatawati berkata " ini dadu yang aku dapat saat paman dan ayah kalah bermain dadu di Hastinapura. Aku mengambilnya diam-diam saat kunjungan kerjaku ke Hastinapura tempo hari. Gunakan barang ini dengan baik, paman." Arya Rukmana tak habis pikir. Dewi Sunggatawati berkata kalau diantara para putra putri Arjuna, hanya dia yang punya kemahiran bermain dadu. Singkat cerita, dilanjutkan lah permainan dadu. Namun meskipun telah menggunakan dadu Sengkuni, Baladéwa tetap bisa menang. Untuk menyangkal kemenangan lawannya, Rukmana berkata, “Kau sudah memasang taruhan, tetapi aku belum menerimanya. Jadi kau belum menang.” Meskipun demikian, Baladewa bersikukuh " Hei jaga bicaramu, Adhi...aku menang sebab kau sudah melempar dadunya setelah taruhan itu diserahkan." Karena Rukmana terus mengelak hingga kesabaran Baladewa habis, maka terjadilah pertarungan.

pertarungan Baladewa dan Arya Rukmana
Rukmana dan Baladewa saling berperang sesama sendiri di tengah pesta. Prabu Sri Kresna berusaha melerai namun terlambat. Prabu Baladewa membunuh Arya Rukmana dengan menghantam Nenggala ke kepalanya hingga pecah. Terbunuhnya Rukmana membuat acara pernikahan Anirudha menjadi kacau balau. Karena tindakan gegabahnya, Prabu Sri Kresna menghukum sang kakak tidak boleh datang ke Dwarawati dan harus mengasingkan diri selama tiga tahun.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar