Beberapa hari setelah
pernikahan Prabakusuma dengan Mustakaweni, keraton Dwarawati geger. Kerabat
keraton yakni Bambang Anirudha, putra Prabu Danuasmara atau lebih sering
dipanggil Bambang Partajumena yang tak lain cucu pertama dari Sri Kresna
menghilang dari keraton. Dewi Rukmawati dan Dewi Rukmini susah hati karenanya.
Bambang Partajumena memerintahkan prajuritnya dari Dadapaksi untuk mencari
keberadaan putranya itu. Berbagai usaha dikerahkan namun sia-sia. Dari
Dadapaksi hingga pulau Dwaraka, keberadaan Bambang Anirudha tidak ditemukan. Anirudha
bak menghilang di telan bumi “aku tidak peduli apapun kondisinya! Cari Anirudha
putraku sampai ketemu!” perintah Partajumena. Akhirnya pasukan Dadapaksi
memperluas pencarian hingga keluar negara.
Sementara itu di kerajaan Sonitapuri, prabu Banasura sedang bersusah hati juga karena
putrinya, Dewi Usha menghilang juga. “pasukan...cepat persiapkan pasukan
kita....aku ingin pencarian Usha putriku segera diperluas. Dari Cedhi, Paranggelung,
Wanamarta, sampai Mandaraka! kalau bisa ke Mandura, Hastinapura dan Dwarawati kita
suruk juga. Aku rasa putriku ada di salah satu dari tiga negeri keturunan
Yayati itu!” perintah Prabu Banasura. Singkat cerita, dengan cepat negeri
Sonitapuri menyiapkan pasukan pencarian Dewi Usha. Prabu Banasura menganggap
kalau Usha diculik oleh para keturunan Yayati karena bersamaan dengan hilangnya
Usha, Anirudha cucu Sri Kresna juga ikut menghilang. Begitu juga para Pandawa
ikut menghilang di pengasingan 12 tahun.
Emban Citralekha membantu pernikahan Anirudha dan Usha |
Di tempat lain, yang sebenarnya terjadi ialah Nyai Citralekha lah yang telah
menculik Dewi Usha. Tujuannya agar ia bisa menikahkan sang kembang mekarnya
Sonitapuri dengan junjungannya, Prabu Kalasrenggi dari Pageralun. " Ayo
ikut aku, Usha. Kita harus ke Pageralun! Akan ku nikahkan kau dengan yang mulia
Kalasrenggi." Di tengah perjalanannya, Nyai Citralekha bertemu dengan
Bambang Anirudha yang sedang pergi mengembara. Dewi Usha meminta tolong "
tolong, lepaskan aku! Siapapun lepaskan aku!" Bambang Anirudha melihat hal
itu tidak tega dan menyuruh melepaskan Usha. " Hei Nyai....lepaskan putri
Usha! " Nyai Citralekha tertawa dan berkata " hahahahaha....anak
kemarin sore mau sok jago. Kalau kau ingin ia lepas...langkahi mayatku dulu!"
Terjadilah pertarungan seru antara Anirudha dengan Nyai Citralekha. Pertarungan
itu cukup sengit sehingga di suatu kesempatan, Bambang Anirudha berhasil
membuat Nyai Citralekha terpojok dan menyerah. Dewi Usha pun dibebaskan.
Menimbang-nimbang, Bambang Anirudha lebih tampan dan jauh lebih baik dari
Kalasrenggi maka ia menyatakan untuk bergabung dengannya. Bahkan sebagai bentuk
permintaan maaf, Anirudha dan Usha dijodohkan olehnya. Usha memandang Anirudha
dengan penuh cinta begitupun Anirudha, tampaknya ia juga jatuh hati pada Dewi
Usha. Anirudha pun setuju. Maka di desanya, Nyai Citralekha menyelenggarakan
pernikahan Anirudha dengan Usha.
Di hari bahagia itu, tiba-tiba datang prajurit dari Sonitapuri menemukan jejak
Usha. Prabu Banasura murka menyadari sang putri menikah dengan Anirudha.
"Kau Bedebah, Anirudha...kau berani menculik putriku!" Anirudha
membela diri " aku tidak menculiknya Gusti prabu! Dinda Usha sendiri
dengan kerelaan hati menikah denganku... bibi Citralekha sendiri yang menjadi
saksi atas semua ini." Makin murka Prabu Banasura. Ia lalu menyeret
putrinya "Usha...kau berani menikahi orang Yadawa licik itu!"
Batalkan pernikahanmu! Kita kembali ke Sonitapuri!" Dewi Usha berontak
melepaskan diri " lepaskan ayahanda prabu...aku dan kanda Anirudha saling
mencintai. Kalau ingin kami berpisah, habisi saja kami!". Sejenak Anirudha
marah melihat isterinya diseret oleh ayahnya sendiri. Ia tidak ingin hal yang
terjadi pada nenek Drupadi terulang lagi. Maka ia menepis tangan Prabu Banasura
dan berkara " lepaskna dia, ayah mertua! Seorang ayah yang berlaku
semena-mena pada putrinya tidak pantas disebut ayah!" Banasura tambah
murka. Ia menganggap pembelaan Anirudha terhadap Usha sebagai usaha penculikan
dan pencucian otak. Sejak awal ia pasti memantik peperangan. Maka tanpa pikir
panjang, Banasura memerintahkan untuk menangkap Anirudha. Namun seperti makna
dari namanya, yakni sulit ditangkap atau sulit diatasi, kelihaian Anirudha memang
sukar dibandingkan. Ia sulit untuk ditangkap dan diatasi para prajurit
Sonitapuri. Sebaliknya, cucu Sri Kresna itu malah mempercundangi dan
mengalahkan pasukan Prabu Banasura. Akhirnya sang raja Sonitapuri itu turun
tangan untuk meringkus Anirudha. Awalnya, Prabu Banasura kesulitan menangkap
Anirudha. Ia licin seperti belut, ditambah kekuatannya yang memang besar, sama
seperti kakeknya. Beberapa lama kemudian, Aniruda berhasil ditangkap. Anirudha
lalu dijebloskan ke penjara. Di dalam tahanan, Dewi Usha secara diam-diam terap
berusaha membebaskan sang suami. “tenang suamiku, aku dan bibi Citralekha akan
membebaskanmu.” Maka dengan sembunyi-sembunyi,, Anirudha berhasil dibebaskan
dan mereka bertiga berusaha lari ke Dwarawati. Namun di tengah perjalanan,
mereka terhenti dengan pasukan besar yang menyuju arah Tegal Tirtaprabhasa,
sebuah tanah kosong di dekat pantai timur Jawadwipa diantara Mandura dan
Dwarawati.
Bagaikan hembusan angin, berita penangkapan dan pemenjaraan Anirudha di
Sonitapuri sampai di Dwarawati. Hal itu membuat keluarga Yadawa marah. Lalu
mereka memutuskan untuk menyerang Sonitapuri. Batara Guru yang melindungi
kerajaan Sonitapuri turut membantu Banasura. Arya Setyaki mengerahkan pasukan
Narayani secara besar-besaran.”Pasukan...Serang Sonitapuri dan bebaskan
Pangeran Anirudha!!Serbu!!!” Perang
terjadi berhari-hari tiada henti. Kekuatan besar pun membuat alam bergoncang.
Di tempat para Pandawa sedang melakukan pengasingan sangat terasa dampaknya “Dewa
perang, Rare Kumara juga datang untuk membantu ayahnya. Pertempuran berlangsung
sengit. Akhirnya dewa yang berjuluk Kartikeya dikalahkan oleh Partajumena
meskipun Partajumena terluka parah dengan tubuh pucat pasi seperti keracunan hingga
hampir mati. Sri Kresna segera memberi pertolongan dengan menyapukan Cangkok
Wijakusuma namun anehnya, Partajumena masih sakit dan proses penyembuhan berjalan
lambat. Karena perang masih terus
berlanjut. Prabu Sri Kresna bertindak cepat. Ia menitipkan perang itu kepada
sang patih yang juga kakaknya Udawa. Sri Kresna segera memapah putranya itu ke
istana Dwarawati.
Di Istana, Para
permaisuri Kresna terutama Dewi Radha dan Dewi Rukmini hara-harap cemas dengan
perang yang bekecamuk hingga tibalah Sri Kresna memapah Partajumena yang luka
dan sakit keras. Dewi Rukmini dan Dewi Radha berduka. Isteri Partajumena, Dewi
Rukmawati sampai menolak untuk meninggalkan kamar suaminya. Sri Kresna
menjelaskan bahwa sakit dan luka yang diderita Partajumena itu disebabkan
Trisula Batara Guru yang meluncur ke arahnya. meskipun bisa ditangkis, racun
Trisula itu kadung menyebar ke segala urat darah dan membuat Partajumena
keracunan darah yang sangat parah seperti sakit pes. Kini nasib dan hidup Parajumena
di ujung tanduk. Prabu Sri Kresna segera mengheningkan cipta lalu bersemadi.
Lalu sukmanya keluar. Di angkasa sukma Sri Kresna bertemu dengan Batara Wisnu
“Yang Mulia Wisnu, Partajumena sakit keras kerana Trisula Batara Guru. Cangkok
Wijayakusuma milikku juga kurang bekerja dengan baik. Apa ada solusi untuk
mengakhiri ini semua.” “Kresna, tidak ada sakit tanpa obat kecuali tua. Tentu
sakit putramu ada obatnya. Sekarang cepat cari daun Sandilata. Daun itu ditanam
Hanoman di bukitnya di Kandhalisadha. Lalu cepat rebus daun itu lalu percikkan
ke Cangkok Wijayakusuma.”. Segera saja, sukma Sri Kresna melayang ke
Kandhalisadha. Hanoman menemui Sri Kresna dan bertanya “ampun Gusti, apa
keperluan Gusti Sri Kresna kemari?” “Aku perlu bantuanmu.” Hanoman bertanya
lagi “apakah itu, Gusti?” Sri Kresna menjelaskan bahwa putrnya memerlukan Daun
Sandilata . tanpa banyak bicara, Hanoman segera memetik daun Sandilata yang ia
punya. Lalu di rebus dan segala macam obat-obatan. Setelah rebusan obat dan
Daun Sandilata jadi, Hanoman berkata “Gusti, aku akan segera mengirim obat ini.
Gusti tunggu saja di Dwarawati.” “baiklah, aku menunggu kedatanganmu,
Hanoman”Sukma Sri Kresna pun berpamitan lalu kembali ke raganya.
Singkat cerita, atas bantuan dari Batara Wisnu dan Resi Hanoman, obat daun Sandilata sampai di Dwarawati. Prabu Sri kresna segera memasukkan Cangkok Wijayakusuma ke rebusan obat mujarab itu. Lalu dipercikilah obat itu dengan bunga penyembuh itu. Tak lupa, Prabu Sri Kresna membantu Partajumena minum rebusan Daun Sandilata. Mendadak Partajumena sembuh dan bisa bangun dari pembaringan. Berkat bantuan rebusan daun Sandilata dan cangkok Wijayakusuma, Partajumena berhasil disembuhkan. Seisi istana bersuka cita dengan kesembuhan Partajumena. Partajumena meminta agar bisa ikut lagi berperang , namu Prabu Sri Kresna lalu berkata “anakku, kau pulihkan dirimu saja dahulu. Sebentar lagi, yang kita cari-cari untuk mendamaikan perang ini akan datang.” Tak lama kemudian datanghlah tiga orang pengembara, dua perempuan dan seorang pria muda. Sang pria memperkenalkan dirinya “ampun gusti prabu, maaf saya lancang untuk datang kesini tapi saya adalah utusan dari Desa Cangkringbayu. Nama hamba Danucitra dan ini istri saya, Citrasukma dan emban saya, Rekatantri. Saya telah diutus seseorang bernama Anirudha untuk mendamaikan perang ini. Menurut pesan Anirudha, gusti harus membawa kami ke medan perang” Mendengar nama Anirudha, keluarga Yadawa pun senang dengan nasib orang yang mereka cari-cari yang baik-baik saja. Tanpa pikir panjang, Prabu Sri Kresna beserta tiga orang itu segera kembali ke medan lagi. Namun nampaknya, jalannya perang itu nampaknya jomplang tidak seimbang. Pasukan Sonitapuri yang dibantu Batara Guru membuat pasukan Narayani bagaikan pecundang. Prabu Sri Kresna marah dan berkata “Batara Guru! Lawanmu bukan mereka! Tapi Aku!” mendadak Prabu Sri Kresna bertukar ke bentuk aslinya yakni Batara Wisnu dan menantang Batara Guru beradu kekuatan. Kekuatan batara Wisnu membuat pasukan Sonitapuri yang sekarang jadi kalang kabut. Serangan Batara Wisnu pun hampir mengenai Prabu Banasura. Namun serangan itu berhasil dihalangi Batara Guru. Sang penghulu para dewa itu murka “Hei Wisnu! Pemujaku harus aku Lindungi! Siapapun yang hendak membuatnya celaka, harus ku hentikan!” batara Guru bertukar sebagai bentuk Bhairawa. Kedua dewa itu saling berperang satu sama lain. Kehancuran terjadi dimana-mana.
Sri Kresna melawan Batara Guru |
Kresna pun mengabulkan
permohonan sang penghulu para dewa sehingga Banasura dibebaskan. Bahkan
diajaklah Prabu Banasura untuk berdamai dan mengikat persaudaraan yang rekat.
Akhirnya, Anirudha beserta keluarga Yadawa kembali ke Dwarawati dengan mengajak
Usha. Di Dwarawati, upacara pernikahan Anirudha dan Dewi Usha digelar lagi
bahkan lebih meriah. Untuk mempererat hubungan kekeluargaan, Arya Rukmana dari
Kumbinapuri datang ke pernikahan cucunya itu. Pada pesta pernikahannya,
keluarga Yadawa datang beramai-ramai bermain berbagai macam permainan dan makan
minum dengan sedap hati. Di sana, para raja undangan Sri Kresna membujuk Arya
Rukmana untuk mengajak Baladewa bermain dadu, karena Baladewa menyukai
permainan tersebut meski tidak bisa memainkannya dengan baik. Rukmana
menyetujui hal tersebut. Ada maksud lain dibalik permainan itu "
hahaha...akan ku buat Baladewa malu di depan umum." gumam Rukmana.
Sementara itu Prabu Sri Kresna berkat pada kakaknya itu " kakang Balarama,
hati-hati! Jangan terpancing oleh Rukmana. Aku mewanti-wanti jangan sampai kau
lepas kendali. Ingatlah apa yang terjadi pada para Pandawa setalah pemainan
dadu sebelas belas tahun lalu." Baladewa berjanji akan berhati-hati.
Permainan dadu pun dimulai. Dalam permainan tersebut, Prabu Baladewa selalu
beruntung dan menang terus. Arya Rukmana bingung bagaimana mengalahkan raja
Mandura itu. Lalu datang Dewi Sunggatawati, putri Arjuna yang menjadi isteri
Raden Samba. Dewi Sunggatawati memberikan sesuatu "paman Rukmana, anda
pasti membutuhkan benda ini." Ketika benda itu dibuka rupanya itu dua buah
dadu. Arya Rukmana kaget bagaimana bisa seorang putri Arjuna bisa memiliki dadu
ini kareana setahu dia dari ini milik Patih Sengkuni. Dewi Sunggatawati berkata
" ini dadu yang aku dapat saat paman dan ayah kalah bermain dadu di
Hastinapura. Aku mengambilnya diam-diam saat kunjungan kerjaku ke Hastinapura
tempo hari. Gunakan barang ini dengan baik, paman." Arya Rukmana tak habis
pikir. Dewi Sunggatawati berkata kalau diantara para putra putri Arjuna, hanya
dia yang punya kemahiran bermain dadu. Singkat cerita, dilanjutkan lah
permainan dadu. Namun meskipun telah menggunakan dadu Sengkuni, Baladéwa tetap
bisa menang. Untuk menyangkal kemenangan lawannya, Rukmana berkata, “Kau sudah
memasang taruhan, tetapi aku belum menerimanya. Jadi kau belum menang.”
Meskipun demikian, Baladewa bersikukuh " Hei jaga bicaramu, Adhi...aku
menang sebab kau sudah melempar dadunya setelah taruhan itu diserahkan."
Karena Rukmana terus mengelak hingga kesabaran Baladewa habis, maka terjadilah
pertarungan.
pertarungan Baladewa dan Arya Rukmana |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar