Kamis, 12 Oktober 2023

Begawan Sabdawala : Srikandhi-Mustakaweni

 Hai semua pembaca dan penikmat kisah pewayangan, kisah kali ini mengisahkan punakawan Petruk yang menjadi sosok tabib bergelar Begawan Sabdawala (Dawala) demi menyembuhkan para penduduk Amarta yang menjadi sosok guru bagi para putra Pandawa. Dikisahkan pula keluarga Prabu Niwatakawaca yang hendak mebalas dendam kepada Pandawa dengan mencuri Layang Kalimahusada namun berhasil digagalkan oleh Srikandhi dan Prabakusuma. Kisah diakhiri dengan pernikahan Prabakusuma dengan Mustakaweni dan dikembalikannya Layang Kalimahusada kepada Begawan Sabdawala. Kisah ini mengambil sumber dari https://wayanghuntingers.art.blog/2020/05/16/begawan-sabdawala/ dan https://caritawayang.blogspot.com/2013/08/dewi-mustakaweni.html dengan perubahan dan penambahan seperlunya.

Semenjak ditinggal para Pandawa mengasingkan diri selama 12 tahun, negara Amarta kacau balau. Meski istana Indraprastha tidak dapat disentuh para Kurawa, tapi para Kurawa mengklaim telah menguasai Amarta dan berbuat semena-mena kepada rakyat Amarta. Harta mereka dikeruk, makan-minum dan sandang-papan rakyat tidak diperhatikan. Akibatnya kemiskinan merebak, terlebih lagi sejak Prabu Kirmira mengirimkan santet, guna-guna, racun, dan têluh kepada Pandawa. Meskipun têluh dan guna-guna itu gagal mengenai Para Pandawa tapi efek dari ilmu hitam itu membuat rakyat Amarta ikut terkena tulah penyakitnya. Petruk yang baru saja pulang mengantar Prabakusuma ke Dwarawati merasa kasihan. Ia pun duduk bertapa brata. Selama satu tahun ia seperti itu. Batara Guru mengabulkan tapa bratanya. Ia mengirim Batara Aswan dan Aswin untuk membangunkan Petruk" Petruk bukalah matamu, tapa bratamu telah dikabulkan. Kami berdua akan memberikan anugerah padamu pengetahuan tentang obat obatan, kesehatan, dan kebijaksanaan.

Begawan Sabdawala
"Bukan cuma diberi berbagai ilmu dan hikmah, dua tabib para dewa itu memberinya sebuah jubah sakti. Jubah itu akan mengikuti sesuai keinginan si pemakai. Petruk tertawa " hahahaha.... Yang bener Batara? Aku coba dulu.....Jubah! jadilah pakaian tabib! " Seketika jubah itu berubah wujud jadi baju berwarna putih yang biasa dipakai para tabib. Petruk sangat gembira. Ia berterimakasih dan segera menjadi seorang tabib keliling.

Sejak saat itu, Petruk menjalankan tugasnya sebagai tabib pengobatan bernama Begawan Sabdawala. Karena lidah orang sekitar kesulitan menyebut namanya, maka ia dipanggil Begawan Dawala. Berkat ilmu penyembuhannya, rakyat Amarta dapat hidup sehat terjamin.  Kesejahteraan rakyat kembali meningkat dan produktivitas naik profit. Para putra Pandawa seperti Antareja, Gatotkaca, Antasena, Srenggini, Pancasena, Pancawala, Abimanyu, Irawan, Wisanggeni, dan lainnya ikut meguru kepadanya ilmu-ilmu dan hikmah. Dengan pendekatan budaya, Begawan Sabdawala membangun dasar dan pondasi ketahanan mental para putra Pandawa yang sedang kehilangan panutan. Para putra Pandawa juga membuat layanan kesehatan gratis kepada warga tidak mampu bagi penduduk Amarta dan sekitarnya yang ingin berobat. Banyak orang datang kepada Begawan Sabdawala dan para putra Pandawa. Berbagai negara memberikan sokongan dan sponsor demi Begawan Sabdawala namun ditolaknya dengan halus "terima kasih atasbantuan kalian, para raja. Tapi aku hanya bekerja demi kemanusiaan. Jika tuanku sekalian ingin memberikan bantuan saya tak melarang tapi tak perlu embel-embel negara manpun." Para raja seperti Prabu Sri Kresna, Prabu Baladewa, Prabu Salya dan Prabu Matswapati terkesan akan kerendahan hati sang begawan. Sejak ketika itu, makin ramai lah orang berbagai negeri berdatangan ke pertapaan Begawan Sabdawala. Saking banyaknya, Prabu Duryudhana sampai risau dibuatnya . Ia menganggap pesona yang dibawa oleh Begawan Sabdawala akan merangsek kekuasaannya"ini tak bisa dibiarkan! Bisa-bisa wibawaku sebagai raja Hastinapura terancam olehnya. Begawan Sabdawala harus disingkirkan. Paman Patih! Guru Dorna! kerahkan pasukan menggempur Begawan Sabdawala! Cepat!" "baik ananda Prabu!" Singkat cerita, pasukan Hastinapura berangkat ke tempat Begawan Sabdawala. Namun terjadi keanehan. Ketika pasukan itu sampai di tempat Begawan Sabdawala, mereka berkali-kali tersesat dan berputar. Seperti tempat itu ada pagar gaib yang melindungi tempat begawan Sabdawala. Hal itu terjadi berulang kali sampai pasukan dari Hastinapura menyerah. Begawan Sabdawala sadar kalau ia berada disitu terus, masyarakat bisa dapat masalah dengan kedatangan orang-orang yang penuh dengki dan iri hati seperti raja Hastinapura. Maka tanpa diketahui siapapun, Begawan Sabdawala pergi mengembara lagi. Kali ini ia pergi ke desa Widarakandang tepatnya di kampung Warsana.

Di tahun ke sepuluh pengasingan, Kerajaan Manimantaka sedang gundah hati apapalgi sang raja barunya yakni Prabu Bumiloka. FYI, setelah tujuh belas tahun bertapa mendapatkan kekuatan untuk melamar Supraba dulu, Prabu Niwatakawaca sudah memiliki anak bernama yakni Bumiloka dan Dewi Mustakaweni. Prabu Bumiloka telah mendengar jika sang ayah telah dikalahan oleh Arjuna, maka ia ingin balas dendam kepada para Pandawa terutama kepada Arjuna. Ia lalu membuat siasat dengan menipu para Pandawa. Prabu Bumiloka mengutus adiknya, Mustakaweni untuk mencuri apa yang jadi kebanggaan Pandawa yakni Layang Kalimahusada. Kitab ajaib milik Prabu Yudhistira itu ada pada Dewi Drupadi. “Mustakaweni, kau harus curi Layang Kalimahusada. Dengan kitab ajaib itu di tangan kita, para Pandawa dapat kita alahkan. Cepat kau pergi dan curi kitab itu.” “baik kakang prabu Bumiloka, perintahmu akan ku laksanakan.” Dewi Mustakaweni pun berangkat ke tempat para pandawa diasingkan. Lalu ia menyusun siasat “baik aku menyamar agar tak ketahuan Para Pandawa. Baik aku menyamar jadi Gatotkaca....” Dengan menyamar sebagai Gatotkaca, ia berkunjung ke tempat pengasingan Pandawa. Ia berkata pada Drupadi " ampun, Pamanda Prabu dan Bibi prameswari! Maaf jika aku lancang datang saat pengasingan. Kedatanganku kemari untuk mengambil Layang Kalimahusada atas perintah pamanda Prabu Sri Kresna. Beliau ingin meminjam kitab sakti Pamanda untuk diamankan di Dwarawati." Tanpa curiga, Prabu Yudhistira dan Dewi Drupadi meminjamkan Layang Kalimahusada. “ Gatot, ini Layang Kalimahusada...tolong sampaikan salamku juga pada kakanda Prabu.” Setelah mendapatkan kitab ajaib itu. Gatotkaca palsu segera terbang menjauh tapi entah kenapa malah ke nyasar ke desa Warsana, tempat tinggal Dewi Radha, isteri pertama sekaligus isteri ruhani Prabu Sri Kresna. Di sana para Isteri Arjuna sedang menerima wejangan dari Begawan Sabdawala, Dewi Radha, dan Dewi Rukmini. Mereka melihat Gatotkaca membawa Layang Kalimahusada. Dewi Srikandhi merasa ada yang tidak beres dengan Gatotkaca. Dewi Srikandhi menyuruh keponakannya turun dan bertanya mengapa ia terburu-buru. Gatotkaca berkata ia ingin mengantar Layang Kalimahusada kepada paman Prabu Sri Kresna. Dewi Radha lalu menyanggah "tunggu anakku! Setahuku, kakanda Kresna tidak pernah meminta itu." Dewi Rukmini membenarkan ucapan Radha, " benar kata Yunda Radha, aku juga tidak pernah mendengar kakanda Prabu meminta Layang Kalimahusada." Gatotkaca berkilah kalau Prabu Sri Kresna tidak memberitahukan ini pada Dewi Radha maupun Dewi Rukmini mula dari itu, Dewi Radha dan Rukmini curiga. Srikandhi pun berpikiran sama. Ia berbisik pada Radha "Yunda, ini tidak benar. Aku tahu benar kalau kakang Prabu Sri Kresna tidak akan segegabah ini. Aku rasa kakanda Prabu Yudhistira dan Yunda Drupadi sudah ditipu." Tanpa tedeng aling-aling, Srikandhi memanah Gatotkaca. Gatotkaca berusaha menghindar namun pada akhirnya kena juga. Serangan panah panah bertubi-tubi membuat kedoknya terbuka. Samaran Gatotkaca palsu pun badar, kembali ke wujud aslinya yakni Dewi Mustakaweni. " Rupanya kau yang mau mencuri Layang Kalimahusada! Siapa kau ?" Sang putri Niwatakawaca itu memperkenalkan dirinya "Aku Mustakaweni, putri Niwatakawaca. Gara-gara suamimu, aku jadi seperti ini. sekarang rasakan pembelasan dendam dari ayahku!!"

Terjadilah pertarungan dua ksatria wanita. Srikandhi melawan Mustakaweni. keduanya beradu kesaktian dengan sangat indah. Panah beradu panah, meledak di jumantara bagaikan kembang api dengan warna-warni cerah bianglala. Ajian-ajian beradu menciptakan langkisau berpusing, menerbangkan dedaunan dan bunga-bunga. ajang pertarungan bukan menyebarkan bau darah melainkan harum semerbak kembang dan puspa.

Srikandhi Mustakaweni
Tampak di pertarungan itu Srikandhi lebih unggul dari Mustakaweni karena ia sering melatih para pasukan prajurit. melihat ia mendapat peluang kecil, Mustakaweni bermain curang. Dewi Mustakaweni berhasil mengelabuhi dan membuat Dewi Srikandhi terdesak. Di saat itu, Prabakusuma sedang berkunjung ke Warsana. Ia membantu ibunya melawan Mustakaweni. " Hei Gadis Cantik....kembalikan layang Kalimahusada !" Mustakaweni dengan ketus berkata "Tidak akan aku biarkan!" Serangan demi serangan terus terjadi. Keduanya sangat lihai melesatkan anak panah. Namun entah mengapa Mustakaweni tidak fokus ketika melawan Prabakusuma. Hal itu tak disia-siakan sang putra Arjuna. Dengan sedikit sentuhan, usaha pencurian Layang Kalimahusada itu akhirnya dapat digagalkan olehnya. Layang Kalimahusada pun lepas dan terbang kembali kepada Srikandhi. Mustakaweni marah karena usahanya gagal. Maka ia menyerang Prabakusuma dengna membabi-buta. Tapi serangan itu dapat diprediksi oleh Prabakusuma tanpa adanya kesulitan berarti. Kemahiran Prabakusuma dalam membidikkan anak panah digunakannya untuk mempermainkan dan menggoda lawannya yang cantik itu. Satu persatu perhiasan dan selendang yang dikenakan Dewi Mustakaweni terlepas dari tubuhnya karena menjadi sasaran anak panah Prabakusuma. Kerana selendangnya lepas, maka pakaian Mustakaweni melorot. Malu lah Mustakaweni dan ia pun menunduk menutupi bagian tubuhnya yang terbuka. Akhirnya, Mustakaweni menyerah kalah. Ketika Prabakusuma menolong kembali Mustakaweni , tiba-tiba datang hal aneh. Entah kenapa keduanya saling terpaku ketika saling bertatapan. Dewi Mustakaweni jatuh cinta pada Bambang Prabakusuma pada pandangan pertama. Begitupun juga Prabakusuma. Begitu lama mereka saling pandang lalu datang suara “Prabakusuma, jaga pandanganmu....” rupanya itu suara Srikandhi, sang ibu. Dewi Mustakaweni malu karena pakaiannya terbuka karena pertarungan tadi “ahhh.....Prabakusuma!!!...jangan mesum!!!” teriak Mustakaweni. Merah padam muka Prabakusuma lalu ia berpaling sambil menutup mata. Dewi Mustakaweni pun membetulkan pakaiannya. Saat demikian, Prabakusuma berkata "maafkan aku ni sanak...tindakanku keterlaluan tapi apa alasanmu menyerang kami dan mencuri Layang jamus kalimahusada?” Mustakaweni bercerita sambil memerah padam wajahnya “aku...aku diperintahkan kakangku, Prabu Bumiloka. Demi dendam ayahku Niwatakawaca, ia berniat mengambil Layang Kalimahusada untuk mencari kelemahan Arjuna.” Prabakusuma dengan tenang dan tanpa menghakimi menceritakan tentang Niwatakawaca dari sudut pandangnya “menurutku, wajar saja kakangmu begitu. Ayahmu hancur karena ayahku. Tapi Prabu Niwatakawaca melakukan hal demikian karena dia dendam pada ibuku, Supraba dan itu karena kesalahannya sendiri.” Prabakusuma lalu menceritakan kronologi tentang hubungan Niwatakawaca, Arjuna, dan Supraba. Mustakaweni pun sadar akan kebenaran sang ayah. Ia pun menyerah baik-baik dan bersedia dihukum atas perbuatannya.

Singkat cerita, Mustakaweni mendapat hukuman kerna membuat kekacauan dan melakukan percobaan pencurian barang pusaka dengan dimasukkan kerangkeng selama tiga sasih. Selama masa hukuman kerangkeng itu, Prabakusuma dan Mustakaweni sering bertemu. Benih-benih cinta yang telah tumbuh kini mulai berkembang semakin besar. Di saat Prabakusuma masuk ke dalam kerangkeng yang mengurung Mustakaweni, ia melamarnya. “Mustakaweni! Selama dinda disini pasti sangat menderita, tapi sebentarlagi dinda akan bebas dari belenggu ini dan belenggu dendam kakangmu. Sebenarnya aku tidak yakin tapi semakin kutepis rasanya aku semakin yakin...melihat ayunya wajahmu...baiknya budimu...aku yakin kau orang baik, hanya salah tempat.....aku terpikat cinta denganmu. Bersediakah dinda membina mahligai cinta bersamaku, tanpa dendam kesumat dan penuh kasih sayang?" dengan wajah berbinar, Mustakaweni salah tingkah. Tanpa pikir panjang, Dewi Mustakaweni menjawab”Prabakusuma...aku....tentu saja. Aku mau. Mari kita bina rumah tangga bersama dan lepaskan semua dendam orang tua kita.” Tak lama kemudian, sudah genap masa hukuman Mustakaweni. Ia dibebaskan dan Prabakusuma membawanya ke rumah Dewi Radha. Mustakaweni meiminta tolong pada orang-orang desa Warsana dan Widarakandang untuk mengirimkan surat untuk kakaknya, Prabu Bumiloka agar ia bisa menikah dan mendapatkan doanya. Surat pun terkirim. Begitu mendengar Mustakaweni gagal dalam misi dan malah menikah dengan Prabakusuma, anak Arjuna dan Supraba. Prabu Bumiloka murka dan menyiapkan ribuan prajurit untuk menggempur Widarakandang.

Keesokan harinya, di pelataran rumah Dewi Radha, acara pernikahan Prabakusuma dan Mustakaweni digelar. Semua orang datang kecuali para Pandawa dan Dewi Drupadi yang masih menjalani hukuman pengasingan. Hanya keluarga Prabu Sri Kresna yang hadir disana dan para putra Pandawa.

Pernikahan Prabakusama dan Mustakaweni
Meskipun tanpa kehadiran ayahnya, Prabakusuma bahagia karena ditemani kakak-kakaknya terutama Abimanyu, Irawan, Wisanggeni,Sumitra dan Brantalaras. Tak lupa pula para putra Wrekodara yakni Arya Antareja, Prabu Gatotkaca, Arya Antasena, Prabuanom Srenggini, Bambang Sri Pancasena dan Dewi Bimandari turut hadir. Tak dinyana, di tengah acara pernikahan, datang Prabu Bumiloka, kakak Mustakaweni mengacaukan pernikahan dan menganggap adiknya itu pengkhianat. Diseretnya Mustakaweni lalu memakinya “Bajingan kau, Mustakaweni! Kau Mengecewakanku! Berani Sekali Kau Mengkhianatiku Dengan Menikahi anak Arjuna Itu....Aku Bukan Kakangmu Lagi!” Mustakaweni memohon-mohon aga kakaknya sadar “tidak kakang....jangan terbutakan dendam.....ayahanda yang salah karena merusak kahyangan dulu. Tolong maafkan keluarga Pandawa.” “Peduli Setan!!” Bumiloka hendak menampar Mustakaweni namun dicegah oleh Prabakusuma. Terjadilah pertarungan antara Prabakusuma dengan Bumiloka. Kakak sepupu Prabakusuma yakni Bambang Partajumena/Danuasmara membantu. Namun keduanya mentah, mereka kelabakan menyerang raja satu ini. Bahkan gabungan putra Arjuna dan putra Prabu Sri Kresna masih belum cukup. Tak dinyana, Begawan Sabdawala yang memimpin jalannya upacara pernikahan turun dari altar dan menyerang sang raja “Hei raja....jangan buat acara bahagia adikmu menjadi duka!” Persetan resi bodoh! Rasakan kemarahanku!” Prabu Bumiloka menyerang membabibuta Begawan Sabdawala. Namun dengan anggunya, Begawan Sabdawala berhasil mengelak serangan. Lalu dengan jubah sakti pemberian Batara Aswan dan Aswin, prabu Bumiloka berhasil dikalahkan. Mustakaweni lalu duduk bersimpuh meminta sang kakak agar melepaskan dendamnya. Prau Bumiloka pun sadar tapi waktu untuk Prabu Bumiloka tak banyak lagi. Ia pun memberikan doa restu kepada sang adik dan suaminya. Prabu Bumiloka pun segera dibawa kembali para prajurit ke negara Manimantaka. Acara pernikahan kembali dilanjutkan dengan meriah. Setelah resepsi pernikahan selesai, Layang Kalimahusada dititipkan kepada Begawan Sabdawala untuk dikembalikan kepada Yudhistira.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar