Hai semua pembaca dan penikmat kisah pewayangan, kisah kali ini mengisahkan punakawan Petruk yang menjadi sosok tabib bergelar Begawan Sabdawala (Dawala) demi menyembuhkan para penduduk Amarta yang menjadi sosok guru bagi para putra Pandawa. Dikisahkan pula keluarga Prabu Niwatakawaca yang hendak mebalas dendam kepada Pandawa dengan mencuri Layang Kalimahusada namun berhasil digagalkan oleh Srikandhi dan Prabakusuma. Kisah diakhiri dengan pernikahan Prabakusuma dengan Mustakaweni dan dikembalikannya Layang Kalimahusada kepada Begawan Sabdawala. Kisah ini mengambil sumber dari https://wayanghuntingers.art.blog/2020/05/16/begawan-sabdawala/ dan https://caritawayang.blogspot.com/2013/08/dewi-mustakaweni.html dengan perubahan dan penambahan seperlunya.
Semenjak ditinggal para Pandawa mengasingkan diri selama 12 tahun, negara Amarta kacau balau. Meski istana Indraprastha tidak dapat disentuh para Kurawa, tapi para Kurawa mengklaim telah menguasai Amarta dan berbuat semena-mena kepada rakyat Amarta. Harta mereka dikeruk, makan-minum dan sandang-papan rakyat tidak diperhatikan. Akibatnya kemiskinan merebak, terlebih lagi sejak Prabu Kirmira mengirimkan santet, guna-guna, racun, dan têluh kepada Pandawa. Meskipun têluh dan guna-guna itu gagal mengenai Para Pandawa tapi efek dari ilmu hitam itu membuat rakyat Amarta ikut terkena tulah penyakitnya. Petruk yang baru saja pulang mengantar Prabakusuma ke Dwarawati merasa kasihan. Ia pun duduk bertapa brata. Selama satu tahun ia seperti itu. Batara Guru mengabulkan tapa bratanya. Ia mengirim Batara Aswan dan Aswin untuk membangunkan Petruk" Petruk bukalah matamu, tapa bratamu telah dikabulkan. Kami berdua akan memberikan anugerah padamu pengetahuan tentang obat obatan, kesehatan, dan kebijaksanaan.
Begawan Sabdawala |
Sejak saat itu, Petruk
menjalankan tugasnya sebagai tabib pengobatan bernama Begawan Sabdawala. Karena
lidah orang sekitar kesulitan menyebut namanya, maka ia dipanggil Begawan
Dawala. Berkat ilmu penyembuhannya, rakyat Amarta dapat hidup sehat terjamin. Kesejahteraan rakyat kembali meningkat dan
produktivitas naik profit. Para putra Pandawa seperti Antareja, Gatotkaca,
Antasena, Srenggini, Pancasena, Pancawala, Abimanyu, Irawan, Wisanggeni, dan
lainnya ikut meguru kepadanya ilmu-ilmu dan hikmah. Dengan pendekatan budaya,
Begawan Sabdawala membangun dasar dan pondasi ketahanan mental para putra
Pandawa yang sedang kehilangan panutan. Para putra Pandawa juga membuat layanan kesehatan gratis kepada warga tidak mampu bagi penduduk Amarta dan sekitarnya yang ingin berobat. Banyak orang datang kepada Begawan Sabdawala dan para putra Pandawa. Berbagai negara memberikan sokongan dan sponsor demi Begawan Sabdawala namun ditolaknya dengan halus "terima kasih atasbantuan kalian, para raja. Tapi aku hanya bekerja demi kemanusiaan. Jika tuanku sekalian ingin memberikan bantuan saya tak melarang tapi tak perlu embel-embel negara manpun." Para raja seperti Prabu Sri Kresna, Prabu Baladewa, Prabu Salya dan Prabu Matswapati terkesan akan kerendahan hati sang begawan. Sejak ketika itu, makin ramai lah orang berbagai negeri berdatangan ke pertapaan Begawan Sabdawala. Saking banyaknya, Prabu Duryudhana sampai risau dibuatnya . Ia menganggap pesona yang dibawa oleh Begawan Sabdawala akan merangsek kekuasaannya"ini tak bisa dibiarkan! Bisa-bisa wibawaku sebagai raja Hastinapura terancam olehnya. Begawan Sabdawala harus disingkirkan. Paman Patih! Guru Dorna! kerahkan pasukan menggempur Begawan Sabdawala! Cepat!" "baik ananda Prabu!" Singkat cerita, pasukan Hastinapura berangkat ke tempat Begawan Sabdawala. Namun terjadi keanehan. Ketika pasukan itu sampai di tempat Begawan Sabdawala, mereka berkali-kali tersesat dan berputar. Seperti tempat itu ada pagar gaib yang melindungi tempat begawan Sabdawala. Hal itu terjadi berulang kali sampai pasukan dari Hastinapura menyerah. Begawan Sabdawala sadar kalau ia berada disitu terus, masyarakat bisa dapat masalah dengan kedatangan orang-orang yang penuh dengki dan iri hati seperti raja Hastinapura. Maka tanpa diketahui siapapun, Begawan Sabdawala pergi mengembara lagi. Kali ini ia pergi ke desa Widarakandang tepatnya di kampung Warsana.
Di tahun ke sepuluh
pengasingan, Kerajaan Manimantaka sedang gundah hati apapalgi sang raja barunya
yakni Prabu Bumiloka. FYI, setelah tujuh belas tahun bertapa mendapatkan
kekuatan untuk melamar Supraba dulu, Prabu Niwatakawaca sudah memiliki anak
bernama yakni Bumiloka dan Dewi Mustakaweni. Prabu Bumiloka telah mendengar
jika sang ayah telah dikalahan oleh Arjuna, maka ia ingin balas dendam kepada para
Pandawa terutama kepada Arjuna. Ia lalu membuat siasat dengan menipu para
Pandawa. Prabu Bumiloka mengutus adiknya, Mustakaweni untuk mencuri apa yang
jadi kebanggaan Pandawa yakni Layang Kalimahusada. Kitab ajaib milik Prabu
Yudhistira itu ada pada Dewi Drupadi. “Mustakaweni, kau harus curi Layang
Kalimahusada. Dengan kitab ajaib itu di tangan kita, para Pandawa dapat kita
alahkan. Cepat kau pergi dan curi kitab itu.” “baik kakang prabu Bumiloka,
perintahmu akan ku laksanakan.” Dewi Mustakaweni pun berangkat ke tempat para
pandawa diasingkan. Lalu ia menyusun siasat “baik aku menyamar agar tak
ketahuan Para Pandawa. Baik aku menyamar jadi Gatotkaca....” Dengan menyamar
sebagai Gatotkaca, ia berkunjung ke tempat pengasingan Pandawa. Ia berkata pada
Drupadi " ampun, Pamanda Prabu dan Bibi prameswari! Maaf jika aku lancang
datang saat pengasingan. Kedatanganku kemari untuk mengambil Layang
Kalimahusada atas perintah pamanda Prabu Sri Kresna. Beliau ingin meminjam
kitab sakti Pamanda untuk diamankan di Dwarawati." Tanpa curiga, Prabu
Yudhistira dan Dewi Drupadi meminjamkan Layang Kalimahusada. “ Gatot, ini
Layang Kalimahusada...tolong sampaikan salamku juga pada kakanda Prabu.” Setelah
mendapatkan kitab ajaib itu. Gatotkaca palsu segera terbang menjauh tapi entah
kenapa malah ke nyasar ke desa Warsana, tempat tinggal Dewi Radha, isteri pertama
sekaligus isteri ruhani Prabu Sri Kresna. Di sana para Isteri Arjuna sedang
menerima wejangan dari Begawan Sabdawala, Dewi Radha, dan Dewi Rukmini. Mereka
melihat Gatotkaca membawa Layang Kalimahusada. Dewi Srikandhi merasa ada yang
tidak beres dengan Gatotkaca. Dewi Srikandhi menyuruh keponakannya turun dan
bertanya mengapa ia terburu-buru. Gatotkaca berkata ia ingin mengantar Layang
Kalimahusada kepada paman Prabu Sri Kresna. Dewi Radha lalu menyanggah
"tunggu anakku! Setahuku, kakanda Kresna tidak pernah meminta itu."
Dewi Rukmini membenarkan ucapan Radha, " benar kata Yunda Radha, aku juga
tidak pernah mendengar kakanda Prabu meminta Layang Kalimahusada." Gatotkaca
berkilah kalau Prabu Sri Kresna tidak memberitahukan ini pada Dewi Radha maupun
Dewi Rukmini mula dari itu, Dewi Radha dan Rukmini curiga. Srikandhi pun
berpikiran sama. Ia berbisik pada Radha "Yunda, ini tidak benar. Aku tahu
benar kalau kakang Prabu Sri Kresna tidak akan segegabah ini. Aku rasa kakanda
Prabu Yudhistira dan Yunda Drupadi sudah ditipu." Tanpa tedeng
aling-aling, Srikandhi memanah Gatotkaca. Gatotkaca berusaha menghindar namun
pada akhirnya kena juga. Serangan panah panah bertubi-tubi membuat kedoknya terbuka.
Samaran Gatotkaca palsu pun badar, kembali ke wujud aslinya yakni Dewi
Mustakaweni. " Rupanya kau yang mau mencuri Layang Kalimahusada! Siapa kau
?" Sang putri Niwatakawaca itu memperkenalkan dirinya "Aku
Mustakaweni, putri Niwatakawaca. Gara-gara suamimu, aku jadi seperti ini. sekarang rasakan pembelasan dendam dari ayahku!!"
Terjadilah pertarungan dua ksatria wanita. Srikandhi melawan Mustakaweni. keduanya beradu kesaktian dengan sangat indah. Panah beradu panah, meledak di jumantara bagaikan kembang api dengan warna-warni cerah bianglala. Ajian-ajian beradu menciptakan langkisau berpusing, menerbangkan dedaunan dan bunga-bunga. ajang pertarungan bukan menyebarkan bau darah melainkan harum semerbak kembang dan puspa.
Srikandhi Mustakaweni |
Singkat cerita,
Mustakaweni mendapat hukuman kerna membuat kekacauan dan melakukan percobaan
pencurian barang pusaka dengan dimasukkan kerangkeng selama tiga sasih. Selama
masa hukuman kerangkeng itu, Prabakusuma dan Mustakaweni sering bertemu.
Benih-benih cinta yang telah tumbuh kini mulai berkembang semakin besar. Di
saat Prabakusuma masuk ke dalam kerangkeng yang mengurung Mustakaweni, ia
melamarnya. “Mustakaweni! Selama dinda disini pasti sangat menderita, tapi sebentarlagi
dinda akan bebas dari belenggu ini dan belenggu dendam kakangmu. Sebenarnya aku
tidak yakin tapi semakin kutepis rasanya aku semakin yakin...melihat ayunya
wajahmu...baiknya budimu...aku yakin kau orang baik, hanya salah tempat.....aku
terpikat cinta denganmu. Bersediakah dinda membina mahligai cinta bersamaku,
tanpa dendam kesumat dan penuh kasih sayang?" dengan wajah berbinar,
Mustakaweni salah tingkah. Tanpa pikir panjang, Dewi Mustakaweni menjawab”Prabakusuma...aku....tentu
saja. Aku mau. Mari kita bina rumah tangga bersama dan lepaskan semua dendam
orang tua kita.” Tak lama kemudian, sudah genap masa hukuman Mustakaweni. Ia
dibebaskan dan Prabakusuma membawanya ke rumah Dewi Radha. Mustakaweni meiminta tolong pada orang-orang
desa Warsana dan Widarakandang untuk mengirimkan surat untuk kakaknya, Prabu
Bumiloka agar ia bisa menikah dan mendapatkan doanya. Surat pun terkirim.
Begitu mendengar Mustakaweni gagal dalam misi dan malah menikah dengan
Prabakusuma, anak Arjuna dan Supraba. Prabu Bumiloka murka dan menyiapkan
ribuan prajurit untuk menggempur Widarakandang.
Keesokan harinya, di pelataran rumah Dewi Radha, acara pernikahan Prabakusuma dan Mustakaweni digelar. Semua orang datang kecuali para Pandawa dan Dewi Drupadi yang masih menjalani hukuman pengasingan. Hanya keluarga Prabu Sri Kresna yang hadir disana dan para putra Pandawa.
Pernikahan Prabakusama dan Mustakaweni |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar