Di tahun ke sebelas
pengasingan, Para Pandawa dihalangi keluar hutan Kamyaka oleh pasukan kerajaan
Lojitengara. Prabu Yudhistira bertanya "prajurit, kenapa kami dihalang?
Kami amau pergi mencari makan di desa sekitar sini." Para prajurit berkata
"ampuni kami tuan, ini demi kebaikan kalian. Kami harus melindungi kalain
atas perintah raja kami, Prabu Belgeduwerbeh." Para prajurit bercerita
kalau sang raja bukan cuma telah menguasai hutan Kamyaka bahkan telah meluruk
ke Hastinapura dan kerajaan sekitarnya. Prabu Duryudhana dan para Kurawa
dijadikan budaknya. Arya Wrekodara berkata " bagus kalau begitu. Iku
balasan bagi para Kurawa karena sudah menganiaya dan menjadikan kita hamba
budak dalam arena dadu." Prabu Yudhistira mengingatkan adiknya Adhiku, jangan
mendoakan yang buruk. Mau bagaimana pun, Kurawa adalah saudara kita. Bayangkan
kalau doa itu malah berbalik ke kita sendiri.” Arya Wrekodara berkata tidak
semua punya kesabaran sepertinya. Arjuna mengingatkan kakak nomor duanya “kakang,
memang tidak semua punya kesabaran besar, tapi kita harus bisa tetap sabar.”
Arya Wrekodara akhirnya bisa mempertahankan kesabarannya. Pandawa pun tetap
berada di hutan dan gubuk mereka dijaga para prajurit Lojitengara. Keesokan paginya sebelum matahari terbit ketika
mereka lengah, para Pandawa dan Dewi Drupadi segera meninggalkan gubuk. Di
tengah jalan, mereka bertemu Kakek Semar dan anak-anaknya minus Petruk. Arjuna
berkata " syukurlah, paman baik-baik saja. Situasi sekitar gubuk tegang.
Kami dihadang prajurit Lojitengara. Untung kami bisa melarikan diri."
Kakek Semar bahagia mendengarnya namun ia jadi kepikiran "
hmmm...helahdalah....sejak mengantarkan ndoro Prabakusuma sampai berdiri
kerajaan baru Lojitengara, Petruk belum juga pulang kemari." Para Pandawa
khawatir namun mereka mendengar suara langkah kaki kuda berlari. "ndoro ayo kemari!. Kita sembunyi di gua ini." Semar segera menuntun para bendoronya ke dalam semak-semak. Mereka segera
bersembunyi di sebuah goa yang terlindung. Untuk sementara, mereka akan sembunyi
di situ.
Sementara itu di istana Lojitengara, Prabu Belgeduwerbeh sedang duduk di takhtanya dilayani Prabu Duryudhana, Arya Dursasana, dan ke 99 adik-adiknya. Prabu Duryudhana diperlakukan bagaikan hamba dan budak. Tak cuma itu, Prabu Jayadrata, ipar Duryudhana juga dijadikan pelatih kudanya. Sejenak kemudian, datang lima orang brahmana budiman. Para brahmana datang sengaja untuk mendoakan Prabu Belgeduwerbeh semoga panjang umur dan sehat selalu.
Prabu Belgeduwerbeh didatangi lima brahmana |
Pemerintahan Prabu
Belgeduwerbeh mulai mengalami kemunduran mendekati akhir tahun ke sebelas
pengasingan Pandhawa. sang prabu terlalu menikmati kedudukannya sebagai raja
sehingga rakyat tak diperhatikan. Kebijakan negara semakin carut marut dan
aneh-aneh. Negara Lojitengara mulai timpang dan mendekati keruntuhan. Ditambah
lagi sekarang Lima Pandhawa, Dewi Drupadi, Kakek Semar juga Gareng dan Bagong
kesulitan untuk apa saja karena tidak bisa lagi keluar hutan untuk mencari
makanan. Sementara itu di istana kerajaan Lojitengara, datang seorang bapak-bapak tua, anak kecil dan kakak lelakinya. Anak kecil itu
nampak sakit dan nampak semakin memburuk keadaannya. Bapak-bapak dan kakak dari
anak kecil itu berkata kalau sang adik itu punya satu permintaan kepada raja
“ampun tuanku, aku dan bapakku punya permintaan. Kami mohon tuanku mau
mengabulkannya.” “katakan lah kalian berdua. Apa permintaan itu?” sang bapak
berkata “Tuanku, anakku yang kecil itu meminta dipangku olehmu, tuanku Prabu
Belgeduwerbeh.” Berpikir itu cuma permintaan remeh, sang prabu memangku anak
kecil itu. Namun anehnya, ketika diletakkan di pangkuannya, anak kecil itu
sangat berat seperti orang dewasa. Prabu Belgeduwerbeh lalu dibuat kaget dengan
anak kecil itu berkata “tuanku, aku mau duduk di takhtamu.” Begitu prabu
Belgeduwerbeh membawanya ke takhta, makin beratlah bobot si anak kecil. Karena
saking beratnya, takhta itu ambruk dan seluruh istana bergoncang hebat dan akhirnya,
sang prabu membuka wujud aslinya yakni Petruk alias Dawala. Anak kecil kembali
ke wujud aslinya yakni Abimanyu dan kakak lelakinya kembali badar jadi
Wisanggeni. Wisanggeni mengingatkan Petruk agar kembali ke jalan yang benar.
“Petruk, yang kau sudah jadi raja itu karena mendapat wahyu dari Layang
Kalimahusada. Karena kau sudah melenceng dari harapan rakyat maka wahyu itu
hilang.” “lho-lho, Wisanggeni..kok bisa begitu? Padahal aku berusah berbuat yang
terbaik semampuku sesuai tuntunan wahyu dari Layang Kalimahusada.” Kemudian
majulah sosok bapak-bapak lalu badarlah ia ke wujud asal yakni kakek Semar.
Kakek Semar pun berkata “Ngger, Petruk anakku “Jangan kau kira aku tidak
mengenalimu, ngger! Aku lah bapak-bapak yang bersama ndoro Abimanyu dan
Wisanggeni. Apakau ingat lima brahmana yang meminta agar para Kurawa
dibebaskan?” Petruk menjawab “tentu aku ingat, mo!” Semar pun melanjutkan
“Mereka itu para Pandawa. Aku yang menyuruh para Pandawa ke istanamu dalam
wujud lima brahmana waktu itu.”
“Apa yang sudah kau
lakukan, thole? Apa yang kau inginkan? Apakah kamu merasa hina menjadi kawulo
alit, rakyat kecil? Apakah kamu merasa lebih mulia bila menjadi raja?
“ Sadarlah ngger, jadilah
dirimu sendiri. Menjadi punakawan juga tidak buruk. Malah derajatmu bisa saja
lebih mulia daripada sebagai penguasa” Petruk pun sadar. Ujarnya.
"owalah mo romo.... benarlah kata-katamu. Seharusnya penguasa itu menghargai kawula. Penguasa itu harus berkorban demi kawula, tidak malah ngrayah uripe kawula. Kuasa itu harus mau berkorban. Kuasa itu bahkan hanyalah sarana buat lelabuhan, kendati ia masih berkuasa, ia tidak akan di-petung (dianggap) oleh rakyat. Raja itu bukan raja lagi , kalau sudah ditinggal kawula. Siapa yang dapat memangkunya, agar ia bisa menduduki tahta, kalau bukan rakyat? Raja yang tidak dipangku rakyat adalah raja yang koncatan (ditinggalkan) wahyu. Aku sadar tentang tindakanku yang tidak memperlakukan para Kurawa sebagai mana mestinya sebagai manusia. Malah memperbudak dan melucuti kehormatan mereka. Apalah bedanya aku dengan para Kurawa?" begitulah sesal Petruk. Lalu Abimanyu meminta agar pusaka yang disimpan Petruk dikembalikan kepada empunya “sudahi sesalmu, paman Petruk. Yang terpenting sekarang, sebaiknya paman kembalikanlah Layang Kalimahusada ke uwa Prabu Yudhistira karea sudah hak bagi uwa prabu mengemban tugas dari Layang Kalimahusada.” “benar kata ndoro, aku akan segera kembali ke alas Kamyaka dan mengembalikan kitab Layang Kalimahusada.” Singkat kata, Petruk membebaskan para Kurawa dan setelah itu, ia kembali ke gubuk pengasingan Pandawa dan mengambilkan Layang Kalimahusada kepada Prabu Yudhistira.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar