Selasa, 24 Oktober 2023

Dawala dadi Ratu

Hai semua pembaca dan penikmat kisah pewayangan, kisah kali ini mengisahkan Petruk alias Dawala menjadi seorang raja bergelar Prabu Belgeduwerbeh. Dikisahkan pula Kurawa dan Pandawa dibuat susah saat Prabu Belgeduwerbeh bertakhta. Hal ini membuat Semar kelimpungan dan akhirnya, bisa disadarkan olehnya dengan bantuan Abimanyu dan Wisanggeni. Kisah ini mengambil sumber dari tulisan saya di Facebook dan https://www.dekikunanjar.my.id/2014/08/petruk-dadi-ratu-kawulo-dadi-semarnya.html dengan pengubahan seperlunya.

Di tahun ke sebelas pengasingan, Para Pandawa dihalangi keluar hutan Kamyaka oleh pasukan kerajaan Lojitengara. Prabu Yudhistira bertanya "prajurit, kenapa kami dihalang? Kami amau pergi mencari makan di desa sekitar sini." Para prajurit berkata "ampuni kami tuan, ini demi kebaikan kalian. Kami harus melindungi kalain atas perintah raja kami, Prabu Belgeduwerbeh." Para prajurit bercerita kalau sang raja bukan cuma telah menguasai hutan Kamyaka bahkan telah meluruk ke Hastinapura dan kerajaan sekitarnya. Prabu Duryudhana dan para Kurawa dijadikan budaknya. Arya Wrekodara berkata " bagus kalau begitu. Iku balasan bagi para Kurawa karena sudah menganiaya dan menjadikan kita hamba budak dalam arena dadu." Prabu Yudhistira mengingatkan adiknya Adhiku, jangan mendoakan yang buruk. Mau bagaimana pun, Kurawa adalah saudara kita. Bayangkan kalau doa itu malah berbalik ke kita sendiri.” Arya Wrekodara berkata tidak semua punya kesabaran sepertinya. Arjuna mengingatkan kakak nomor duanya “kakang, memang tidak semua punya kesabaran besar, tapi kita harus bisa tetap sabar.” Arya Wrekodara akhirnya bisa mempertahankan kesabarannya. Pandawa pun tetap berada di hutan dan gubuk mereka dijaga para prajurit Lojitengara. Keesokan paginya sebelum matahari terbit ketika mereka lengah, para Pandawa dan Dewi Drupadi segera meninggalkan gubuk. Di tengah jalan, mereka bertemu Kakek Semar dan anak-anaknya minus Petruk. Arjuna berkata " syukurlah, paman baik-baik saja. Situasi sekitar gubuk tegang. Kami dihadang prajurit Lojitengara. Untung kami bisa melarikan diri." Kakek Semar bahagia mendengarnya namun ia jadi kepikiran " hmmm...helahdalah....sejak mengantarkan ndoro Prabakusuma sampai berdiri kerajaan baru Lojitengara, Petruk belum juga pulang kemari." Para Pandawa khawatir namun mereka mendengar suara langkah kaki kuda berlari. "ndoro ayo kemari!. Kita sembunyi di gua ini." Semar segera menuntun para bendoronya ke dalam semak-semak. Mereka segera bersembunyi di sebuah goa yang terlindung. Untuk sementara, mereka akan sembunyi di situ.

Sementara itu di istana Lojitengara, Prabu Belgeduwerbeh sedang duduk di takhtanya dilayani Prabu Duryudhana, Arya Dursasana, dan ke 99 adik-adiknya. Prabu Duryudhana diperlakukan bagaikan hamba dan budak. Tak cuma itu, Prabu Jayadrata, ipar Duryudhana juga dijadikan pelatih kudanya. Sejenak kemudian, datang lima orang brahmana budiman. Para brahmana datang sengaja untuk mendoakan Prabu Belgeduwerbeh semoga panjang umur dan sehat selalu.

Prabu Belgeduwerbeh didatangi lima brahmana
Sang raja terkesan dan mengajukan kepada para resi itu semua permintaan yang mereka inginkan "aku terkesan dengan doa dan restu dari kalian...hahahaha......katakan apa keinginan kalian? Akan aku penuhi apapun jua. Gadis cantik semlohe? emas, perak, dan permata? hamba budak yang banyak?...." Salah seorang brahmana berkata " kami brahmana tidak pernah minta yang muluk-muluk. Kami hanya ingin agar para Kurawa dibebaskan dari perbudakan." Kagetlah sang raja Lojitengara itu. Prabu Belgeduwerbeh menolak dan malah memberikan wejangan dan berbagai hikmah. Namun seorang brahmana yang berbadan besar tinggi menyanggah sang raja dengan skakmat. Sang prabu tak bisa berkata lagi. Para brahmana itu pun pamit kembali. Sebelum pergi, di akhir pembicaraan Prabu Belgeduwerbeh berkata ia berjanji tidak akan menjadikan Kurawa sebagai budak dalam waktu lama. Para Kurawa harus dihukum dulu selama satu tahun baru mereka akan dibebaskan. Lima brahmana itu lalu kembali ke hutan. Namun bukannya menuruti permintaan lima brahmana itu, Prabu Duryudhana dan adik-adiknya semakin terpuruk dan malah mereka akhirnya mereka diusir dengan tidak hormat. Para Kurawa merasa terhina dan kembali ke Hastinapura dengan berpakain pelayan. Rakyat satu negara menertawai mereka.

Pemerintahan Prabu Belgeduwerbeh mulai mengalami kemunduran mendekati akhir tahun ke sebelas pengasingan Pandhawa. sang prabu terlalu menikmati kedudukannya sebagai raja sehingga rakyat tak diperhatikan. Kebijakan negara semakin carut marut dan aneh-aneh. Negara Lojitengara mulai timpang dan mendekati keruntuhan. Ditambah lagi sekarang Lima Pandhawa, Dewi Drupadi, Kakek Semar juga Gareng dan Bagong kesulitan untuk apa saja karena tidak bisa lagi keluar hutan untuk mencari makanan. Sementara itu di istana kerajaan Lojitengara, datang seorang bapak-bapak tua,  anak kecil dan kakak lelakinya. Anak kecil itu nampak sakit dan nampak semakin memburuk keadaannya. Bapak-bapak dan kakak dari anak kecil itu berkata kalau sang adik itu punya satu permintaan kepada raja “ampun tuanku, aku dan bapakku punya permintaan. Kami mohon tuanku mau mengabulkannya.” “katakan lah kalian berdua. Apa permintaan itu?” sang bapak berkata “Tuanku, anakku yang kecil itu meminta dipangku olehmu, tuanku Prabu Belgeduwerbeh.” Berpikir itu cuma permintaan remeh, sang prabu memangku anak kecil itu. Namun anehnya, ketika diletakkan di pangkuannya, anak kecil itu sangat berat seperti orang dewasa. Prabu Belgeduwerbeh lalu dibuat kaget dengan anak kecil itu berkata “tuanku, aku mau duduk di takhtamu.” Begitu prabu Belgeduwerbeh membawanya ke takhta, makin beratlah bobot si anak kecil. Karena saking beratnya, takhta itu ambruk dan seluruh istana bergoncang hebat dan akhirnya, sang prabu membuka wujud aslinya yakni Petruk alias Dawala. Anak kecil kembali ke wujud aslinya yakni Abimanyu dan kakak lelakinya kembali badar jadi Wisanggeni. Wisanggeni mengingatkan Petruk agar kembali ke jalan yang benar. “Petruk, yang kau sudah jadi raja itu karena mendapat wahyu dari Layang Kalimahusada. Karena kau sudah melenceng dari harapan rakyat maka wahyu itu hilang.” “lho-lho, Wisanggeni..kok bisa begitu? Padahal aku berusah berbuat yang terbaik semampuku sesuai tuntunan wahyu dari Layang Kalimahusada.” Kemudian majulah sosok bapak-bapak lalu badarlah ia ke wujud asal yakni kakek Semar. Kakek Semar pun berkata “Ngger, Petruk anakku “Jangan kau kira aku tidak mengenalimu, ngger! Aku lah bapak-bapak yang bersama ndoro Abimanyu dan Wisanggeni. Apakau ingat lima brahmana yang meminta agar para Kurawa dibebaskan?” Petruk menjawab “tentu aku ingat, mo!” Semar pun melanjutkan “Mereka itu para Pandawa. Aku yang menyuruh para Pandawa ke istanamu dalam wujud lima brahmana waktu itu.”

“Apa yang sudah kau lakukan, thole? Apa yang kau inginkan? Apakah kamu merasa hina menjadi kawulo alit, rakyat kecil? Apakah kamu merasa lebih mulia bila menjadi raja?

“ Sadarlah ngger, jadilah dirimu sendiri. Menjadi punakawan juga tidak buruk. Malah derajatmu bisa saja lebih mulia daripada sebagai penguasa” Petruk pun sadar. Ujarnya.

"owalah mo romo.... benarlah kata-katamu. Seharusnya penguasa itu menghargai kawula. Penguasa itu harus berkorban demi kawula, tidak malah ngrayah uripe kawula. Kuasa itu harus mau berkorban. Kuasa itu bahkan hanyalah sarana buat lelabuhan, kendati ia masih berkuasa, ia tidak akan di-petung (dianggap) oleh rakyat. Raja itu bukan raja lagi , kalau sudah ditinggal kawula. Siapa yang dapat memangkunya, agar ia bisa menduduki tahta, kalau bukan rakyat? Raja yang tidak dipangku rakyat adalah raja yang koncatan (ditinggalkan) wahyu. Aku sadar tentang tindakanku yang tidak memperlakukan para Kurawa sebagai mana mestinya sebagai manusia. Malah memperbudak dan melucuti kehormatan mereka. Apalah bedanya aku dengan para Kurawa?" begitulah sesal Petruk. Lalu Abimanyu meminta agar pusaka yang disimpan Petruk dikembalikan kepada empunya “sudahi sesalmu, paman Petruk. Yang terpenting sekarang, sebaiknya paman kembalikanlah Layang Kalimahusada ke uwa Prabu Yudhistira karea sudah hak bagi uwa prabu mengemban tugas dari Layang Kalimahusada.” “benar kata ndoro, aku akan segera kembali ke alas Kamyaka dan mengembalikan kitab Layang Kalimahusada.” Singkat kata, Petruk membebaskan para Kurawa dan setelah itu, ia kembali ke gubuk pengasingan Pandawa dan mengambilkan Layang Kalimahusada kepada Prabu Yudhistira.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar