Hai-hai, pembaca dan penikmat kisah wayang sekalian. Dalam tulisan kali ini, penulis akan mengisahkan kisah kelahiran Antasena, putra ketiga Arya Wrekodara dengan Dewi Urangayu sdan perjalanannya dalam mencari bapaknya. Dikisahkan pula pernikahan pertama diantara para putra Pandawa yakni pernikahan Antareja dengan Dewi Ganggi. Sumber kisah ini berasal dari blog albumkisahwayang.blogspot.com, https://id.wikipedia.org/wiki/Antasena, dan beberapa blog pewayangan yang ada di internet.
Pada suatu ketika, Batara
Baruna mendatangi kediaman saudaranya, Batara Mintuna. Kedatangannya disambut
sang saudara kembar. Batara Mintuna bertanya “kakang, kenapa datang dalam
keadaan tergopoh-gopoh?” “adhiku, Mintuna. Kahyanganku sedang gawat. kahyangan
Dasarsamodra diserang raja monster. Namanya Dewakintaka.” Belum sempat Batara
Baruna menyelasaikan cerita, Prabu Dewakintaka datang mengumumkan perang dan
akan menguasai seluruh perairan di seluruh Jawadwipa. Ia menyerang Kahyangan
Parangnarmada, kediaman Batara Mintuna. Pasukan monster ikan memberikan
serangan telak kepada para dewa air itu. Batara Baruna, Batara Mintuna, beserta
putri Mintuna yakni Urangayu mengungsi ke kahyangan atas. Ketika itu, Dewi
Urangayu masih merawat Antasena, buah pernikahannya dengan Arya Wrekodara.
Putra Bhimasena yang satu ini di luar kewajaran. Antasena baru saja menginjak usia
tujuh tahun tapi anehnya ia masih terjebak dalam tubuh bayi baru lahir.
Setelah menaklukan
kahyangan dasar laut dan sungai, Prabu Dewakintaka berniat menyerang kahyangan
atas. Diumumkan lah perang. Para dewa dan pasukan bidadara-bidadari dipimpin
batara Indra, batara Kumara (Kartikeya) Batara Sambu, batara Bayu, dan para
putra Semar segera turun ke tangan. Perang di atas samudera terjadi. Ombak
bersabung, badai berputar. Namun bagaimanapun mereka menyerang, Prabu
Dewakintaka tak terkalahkan dikarenakan kulitnya yang terlindung sisik udang
yang kebal. Sang raja monster itu malah jemawa “ahahaha...para dewa tak akan
mampu menyerang ku. Kulitku ini keras macam berlian.” Prabu Dewakintaka menyerang
balik para dewa. Air dan ombak raksasa pun muntab menyapu para
bidadara-bidadari. Para dewa juga ikut terdesak. Pasukan dari kahyangan segera
mundur. Lawang Kori Selamatangkep ditutup rapat-rapat. Meskipun demikian
Para dewa dan pasukan kahyangan segera melapor kepada Batara Guru. “ampun Gusti batara, kami para bidadara-bidadari kewalahan dengan raja monster itu. Kulitnya sangat keras tidak bisa ditembus senjata apapun.” Batara Guru segera bersemedi dan membuka prediksinya dari mata ketiganya. Batara Guru lalu bangun dan berkata “ Aku sudah melihat dari Trinetra milikku, yang bisa mengalahkan Dewakintaka hanyalah putra Wrekodara dengan Urangayu.” Batraa Mintuna dan Baruna kaget mendengarnya begitu juga dengan Dewi Urangayu. Tapi kemudian, Dewi Urangayu berkata “Aku tidak sangka kalau ini harus terjadi, tapi kalau sudah begitu takdirnya, aku bisa apa. Mungkin putraku ini akan mendapatkan jalannya. Gusti Narada, bawa Antasena ke medan perang.” Maka dengan berat hati, Dewi Urangayu memberikan bayinya untuk jadi jago dewata. Batara Narada lalu keluar membawa seorang bayi “hei Dewakintaka, orang ini yang akan mengalahkanmu.” Prabu Dewakintaka kaget dan tertawa-tawa “Batara Narada, kau datang bawa bayi sebagai jago dewata? Jagat tambah edan saja. Para dewa sedang buat guyonan......hahahahahahahaha.” Batara narada lalu berkata “jangan jemawa, Dewakintaka. Dulu pernah ada yang bilang begitu dan endingnya, dia habis juga oleh jago dewata seperti ini.” Sang raja monster ikan itu menyerang batara Narada. Antasena lepas dari gendongan dan mendarat di tangan Dewakintaka. Sang raja monster bersisik udang itu memukulnya anak bayi itu namun bukannya mati, kulit bayi Antasena benar-benar kebal dipukul berkali-kali namun yang terjadi Antasena malah semakin kuat dan bertukar wujud jadi anak kecil yang sudah bisa berjalan dan berlari. Tak cukup dipukul, Antasena dibanting-banting dan disepak. Tapi keajaiban kembali terjadi, bocah Antasena semakin tangguh saja bahkan ia menjadi pria dewasa berusia 20 tahunan dalam sekejap. “Hei Dewakintaka, sudah habis masamu untuk menyerangku. Sekarang rasakan seranganku” gantian Antasena yang menyerang. Pukulan dan serangan Antasena membuat Prabu Dewakintaka lari terbirit-birit. Tapi kemanapun ia lari, Antasena selalu bisa menemukannya. Lari ke bawah tanah, Antasena bisa ambles bumi. Lari ke angkasa, ia tersusul dengan terbang dan perhentian terakhirnya, Prabu Dewakintaka lari ke dasar palung laut paling dalam.
Antasena mengalahkan Dewakintaka |
Setelah peristiwa itu,
Batara Baruna dan Mintuna bisa kembali ke kediaman masing-masing. Raden
Antasena kini tumbuh dewasa dalam sekejap namun ia tidak pernah bisa berbahasa
halus kepada siapapun termasuk kepada para dewa, mirip seperti ayahnya. Oleh
karena itu, para dewa menjulukinya cah ndugal kewarisan. Suatu ketika, Antasena
penasaran dengan ayahnya. Sebagai seorang anak, tentunya ia ingin bertemu
dengan ayah kandungnya. “Ibu, selama ini aku berwujud bayi, tapi aku selalu
mendengar percakapan ibu dan simbah. Yang ta’ dengar dari ibu dan simbah
bapakku ialah Arya Wrekodara dari kadipaten Jodipati di Kerajaan Amarta. Apa
benar begitu?” Dewi Urangayu membenarkan hal itu “benar ngger...bapakmu namanya
Wrekodara atau Bhima, salah satu kesatria Pandawa.” Antasena pun mohon pamit
ingin bertemu dengan kesatria Pandawa nomor dua tersebut “ibu, izinkan aku
ketemu bapak. Aku kepengen ngabdi padanya.”Dewi Urangayu mengizinkan putranya
untuk pergi.
Sementara itu, Kerajaan
Amarta gempar. Para Pandawa dalam masalah. Prabu Yudhistira, Arya Wrekodara,
Arjuna, Nakula dan Sadewa tiba-tiba lenyap. Lima Pandawa ini bagaikan menghilang
begitu saja, tak ada jejak apapun yang ditinggalkan. Isteri Prabu Yudhistira,
Dewi Drupadi jadi khawatir akan keselamtan suami dan empat iparnya. Hal yang
sama pun dirasakan Dewi Arimbi, Dewi Sumbadra dan para madunya, begitu juga
Dewi Suyati dan Dewi Rasawulan, istri Nakula dan Sadewa. Prabu Kresna segera
menuju ke Amarta dan mengumpulkan putra Pandawa yang masih ada di sana.
Dipanggil juga Antareja yang masih di Yasarata. “kanda Gowinda...ku harap kau
tahu apa yang sedang terjadi sekarang ini.” “benar sahabatku, Drupadi. Aku
sudah melihatnya dari Kaca Lopian. Pandawa disekap dalam Konggedah milik raja
Ganggatrimuka, sekutu Kurawa dari Tirtakadasar untuk ditumbalkan. ” Gatotkaca
dan Antareja kaget mendengarnya. “lalu apa langkah kita selanjutnya, pamanda
Madhawa?” Benar Paman, kita tidak bisa diam saja saat ayah dan para paman dalam
bahaya begini.” sahut Antareja dan Gatotkaca. Prabu Kresna hanya tersenyum
tipis saja lalu ia bilang “sebentar lagi orang yang menyelamatkan para Pandawa
akan datang. Dia akan membuat kalian berdua tak berkutik. kalian berdua hanya
tunggu saja.” Antareja, Gatotkaca dan yang lainnya tidak mengerti maksud sang
raja titisan Wisnu itu.
Antasena dengan kekuatan
airnya menyelam di dalam ombak menyusuri hilir bengawan Yamuna menuju ke daerah
hulu. Air dari Bengawan Yamuna seakan berbalik keatas lalu membanjiri tepi
sungai sekitarnya. Pada akhirnya Antasena sampai juga di kerajaan Amarta. Ketika
hendak memasuki istana Indraprastha, Antasena justru dicegat dan dikeroyok Raden
Antareja dan Raden Gatotkaca. Ia dikira penyusup yang menculik para Pandawa. “hei
siapa kalian? Ngeroyok aku padahal aku gak salah apa-apa?” “Diam! kau pasti
yang menculik ayahanda dan paman! Gatot, cepat bantu aku.” “baik kakang
Antareja!” Terjadilah pertarungan sengit. Kadang Antasena dibawa terbang dan di
hajar di angkasa oleh Gatotkaca, kadang dibenamkan ke tanah oleh Antareja. Tapi
dengan mudah, Antasena mudah melumpuhkan mereka dengan sungutnya. Lalu ketika
hendak menghabisi dua ksatria itu datanglah Prabu Kresna, Dewi Drupadi dan Dewi
Arimbi melerai Antasena. Antareja dan Gatotkaca dibebaskan. Prabu Kresna lalu
mengamat-amati penampilan Antasena dan ia pun menebak “hmmm setelah
kulihat-lihat....kamu itu putranya adhiku, Wrekodara.” Raden Antareja, Raden
Gatotkaca, dan yang lain terkejut tidak percaya pada keterangan tersebut. Prabu
Kresna pun menjelaskan kalau sepengetahuannya Arya Wrekodara memiliki tiga
orang istri. Yang pertama adalah Dewi Nagagini, yaitu ibu Raden Antareja; yang
kedua adalah Dewi Arimbi, yaitu ibu Raden Gatotkaca. Adapun istri yang ketiga
bernama Dewi Urangayu, dan tentunya wanita itulah yang melahirkan Raden
Antasena. Antasena membenarkan, “benar uwaku Prabu Kresna. aku memang putranya bapak
Wrekodara dengan ibu Urangayu.” Dewi
Arimbi memeluk putra tirinya itu lalu memperkenalkan dirinya bahwa ia ibu dari
Gatotkaca. Antasena bertanya pada ibu tirinya “ibuku, dimana bapak?” Dewi
Arimbi hanya bisa bersedih hati. Dewi Drupadi menjelaskan “Antasena, bapak dan paman-pamanmu
menghilang diculik orang. menurut kabar dari kakang Gowinda kalau yang menculik
para Pandawa adalah sekutu Kurawa, raja Tirtakadasar yakni Prabu Ganggatrimuka.
Raja itu mau menumbalkan para Pandawa.” Para putra Wrekodara saling berunding siasat
penyelamatan Pandawa“baik...kakang Antareja dan Kakang Gatot...kalian buat
keributan di halaman istana...aku yang akan melepaskan bapak dan paman-paman
kita. Bagaimana?” dipimpin Raden Antasena bersatu dan mohon izin untuk
berangkat ke Tirtakadasar.
Di kerajaan Tirtakadasar, Prabu Ganggatrimuka menerima kedatangan saudaranya, Prabu Ganggapranawa dari Tawingnarmada dan putrinya, Dewi Ganggi. “adhiku tolong hentikan tumbal gila ini. Ini tidak benar!” “benar paman, menumbalkan sesama kita tidak dibenarkan dalam kitab-kitab dan lontar-lontar keagamaan kita. Kita bisa dilaknat para dewa” Prabu Ganggatrimuka tidak mau “tidak kakang! aku sudah dijanjikan oleh Patih Sengkuni kalau bisa menumbalkan Pandawa, maka aku akan mendapat kekayaan sama seperti Prabu Duryudhana, sang raja Hastinapura.” Di tengah perdebatan antar kakak dan adik itu, tiba-tiba tejadi kekacauan di kerajaan. Ada keonaran yang dilakukan Antareja dan Gatotkaca di halaman istana. Prabu Ganggatrimuka segera memerintahkan pasukannya untuk menyerang para pengacau itu. Sementara itu tanpa sepengetahuan raja Tirtakadasar itu, di penjara dasar laut tempat Ganggatrimuka menyekap para Pandawa, Antasena berhasil membawa kurungan yang dinamai Konggedah itu berisi Para Pandawa yang sudah lemas kehabisan nafas ke daratan.
Antasena menyelamatkan para Pandawa |
Di pelataran istana,
Prabu Ganggatrimuka dan pasukannya terus menyerang Antareja dan Gatotkaca. Prabu
Ganggatrimuka sendiri sangat kuat dan sulit dikalahkan. Singkat cerita,
Antasena segera membantu kedua kakaknya mengalahkan Prabu Ganggatrimuka. Dengan
sekali pukulan, Prabu Tirtakadasar itu tewas seketika dengan kepala pecah dan
wajah remuk. Prabu Ganggapranawa menyerah baik-baik namun ia diserang Antareja
dikira hendak membalas kematian saudaranya. Prabu Ganggapranawa tentu saja
membela diri. Terjadilah pertarungan yang sengit lagi. Ketika, Prabu
Ganggapranawa sudah terdesak, Dewi Ganggi melerai dan menjelaskan segalanya “ampun
Antareja...ayahanda Prabu sudah menyerah baik-baik...tolong ampuni beliau. Beliau
tidak terlibat. Ayahanda juga hanya mengigatkan pamanda prabu yang sudah salah
langkah.” Antareja luluh dan melepaskan Prabu Ganggapranawa. Namun ada hal lain
yang juga membuat Antareja melepaskan raja Tawingnarmada. Ia merasakan ada
getaran aneh ketika saling bertatapan dengan Dewi Ganggi. Arjuna paham jika
keponakannya itu jatuh cinta pada pandangan pertama. Maka ia menyarankan untuk
Antareja segera menikah. Arya Wrekodara setuju mengingat Antareja adalah putra
sulungnya. Mendengar itu, Prabu Ganggapranawa sangat bahagia, bisa berbesan
dengan para Pandawa. Ia menanyai putrinya bersediakah ia menjadi istri
Antareja. Dewi Ganggi hanya tersipu malu. Mereka semua pun tertawa gembira.
Permusuhan kini berubah menjadi persaudaraan. Arya Wrekodara adalah yang paling
merasa gembira, karena para Pandawa termasuk dirinya telah lolos dari maut,
sekaligus mendapat seorang menantu pula. Dan yang lebih penting, ia dapat
bertemu dengan putra ketiganya, Antasena. Prabu Yudhistira sekali lagi
berterima kasih atas pertolongan Antasena yang telah memimpin upaya
penyelamatannya dan para Pandawa lainnya dengan sangat baik. Mereka semua lalu
kembali ke Kerajaan Amarta untuk mengadakan syukuran, sekaligus merayakan pernikahan
Raden Antareja dengan Dewi Ganggi.
Pernikahan Antareja dan
Dewi Ganggi berlangsung khidmat dan sederhana....sungguh sakral pernikahan putra
Pandawa ini karena ini adalah pernikahan pertama diantara para putra Pandawa. Setelah
pesta pernikahan selesai, Antareja memboyong Dewi Ganggi ikut dengannya menyelesaikan
pendidikan di Yasarata. Antareja menceritakan kepada gurunya tentang kedatangan
adiknya dari Parangnarmada, Antasena. Di Yasarata, Antareja bersama-sama Dewi Ganggi
menimba ilmu dari Begawan Jayawilapa dan tak lupa pula, Antareja mengenalkan
Dewi Ganggi kepada Dewi Ulupi juga Bambang Irawan yang masih remaja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar