Hai semua pembaca da penikmat wayang yang budiman. Mumpung ada ide bertebaran, kali ini penulis mulai menceritakan kisah petualangan dan dewasanya para putra Pandawa, Kurawa, dan keluarga besar Yadawa. Kisah ini dimulai dengan kemunculan dua puteri Arjuna yakni Pergiwa dan Pergiwati. kehadiran dua putri Arjuna ini akan membantu pernikahan Abimanyu, adik sedarah mereka dengan Dewi Siti Sundari, putri Sri Kresna. Suber kisah ini berasal dari blog albumkisahwayang.blogspot.com, caritawayang.blogspot.com dan beberapa sumber dari grup wayang di Facebook.
17 belas tahun berlalu
bagaikan kilat. Kini para putra Pandawa, Kurawa, dan keluarga Yadawa sudah pada
besar. Suatu ketika, di pagi yang cerah Kresna dihadap Dewi Radha, Dewi
Rukmini, Dewi Setyaboma, Dewi Jembawati, Patih Udawa dan Arya Setyaki. Mereka
menyambut kedatangan Prabu Boma Sitija dan Dewi Pertiwi. Kedatangan mereke membawa
Dewi Siti Sundari yang sudah berusia 17 tahun. Prabu Boma Sitija berkata "
ayahanda, sudah saatnya adhiku yang cantik ini menikah." Bersamaan dengan
itu, Patih Madukara yakni Patih Surata dan Patih Sucitra mengabarkan untuk
mengingatkan perjodohan Abimanyu dengan Siti Sundari 17 tahun lalu. Prabu
Kresna menyambut baik permintaan dari putri dan istrinya juga Patih Madukara
itu. Perjodohan dengan Abimanyu 17 tahun lalu harus ditetapkan namun tiba-tiba
datang Prabu Baladewa bersama Patih Arya Sengkuni. Mereka ingin agar Dewi Siti
Sundari dinikahkan saja dengan Raden Lesmana Mandrakumara, putra mahkota
Hastinapura. Prabu Kresna agak bimbang hatinya. Dalam hati ia ingin menepati
janjinya dahulu tapi di sisi lain ia tidak ingin kakaknya kecewa. Maka ia
berdiskusi dengan sang putri, Siti Sundari. Dewi Siti Sundari lalu berkata
"aku hanya akan menikah dengan orang yang bisa membawakan aku dua saudara
yang bukan kembar untuk jadi patah manten sakembaranku." Prabu Kresna
tidak bisa menolak itu maka ia mengatakan itu kepada rombongan Hastinapura.
Raden Samba dan Bambang Partajumena diutus menemani Patih Sucitra dan Surata
memberitahukan hal ini kepada Arjuna dan Abimanyu. Di tengah jalan, para Kurawa
berusaha menghalangi. Patih Surata dan Sucitra dibantu Raden Samba dan
Partajumena berhasil membuat Kurawa kalang kabut.
Di tempat lain, di Desa
Andongsumawi Begawan Sidiwacana bersama putrinya, Dewi Manuhara membahas
tentang keinginan cucunya, Dewi Pergiwa dan Pergiwati untuk mencari ayahnya,
yakni Arjuna. “Manuhara, Pergiwa dan Pergiwati akan memulai perjalanan hidup
mereka mulai dari sini. Mereka sudah menanyakan siapa ayah mereka. Beritahulah
mereka.” Dewi Manuhara lalu berkata pada putrinya “anak-anakku,sudah saatnya kalian
mengetahui dan mengabdi kepada ayah kalian. Ayah kalian yakni Permadi atau
lebih sering dipanggil Arjuna. Dia salah satu dari pangeran Pandawa Lima.
Sekarang tinggal di Madukara.”. Dewi Pergiwa dan Dewi Pergiwati paham dan berkata
“ibunda, aku dan dinda Pergiwati mau pergi mengabdi kepada ayahanda. Restuilah
kami, ibunda! Eyang begawan!.”Dewi
Manuhara merestui mereka. Tapi sebelum pergi, Begawan Sidiwacana meminta muridnya, Janaloka
untuk menghantarkan cucunya ke Amarta menemui ayah mereka.
Di Amarta, Raden Abimanyu
dihadap ayah dan ibunya, Raden Arjuna dan Dewi Sumbadra. Mereka menerima
kedatangan Patih Sucitra, Patih Surata, Raden Samba, dan Raden Partajumena.
Mereka mengabarkan bahwa perjodohan Abimanyu telah berubah jadi sayembara. Dewi
Siti Sundari yang meminta dibawakan patah manten sakembaran,berupa dua gadis
bersaudara bukan kembar tapi berwajah mirip. Arjuna merasa Prabu Kresna
berusaha mempermainkannya namun hal itu disabarkan sang permaisuri. Dulu ketika
mereka akan menikah diuji begitu sekarang gantian putra mereka yang akan diuji.
"Kak Kresna selalu seperti itu, kakanda kulup. Kayak gak tau tabiat kak
Kresna saja. Ini adalah bentuk ujian yang harus di hadapi putra kita."
" Benar juga, Dinda. Ngger anakku Abimanyu. Kali ini kau harus
menyelesaikan ini. Ini pernikahanmu, ayah tidak bisa membantu banyak buatmu."
Abimanyu merasa tugas ini akan berat. Maka ia meminta bantuan kakak sepupunya,
Gatotkaca. Singkat cerita, Gatotkaca langsung menyatakan sanggup membantu dan
berangkatlah mereka berdua mencari sarana sayembara itu.
Pergiwa dan Pergiwati
telah pergi jauh meninggalkan desa Andongsumawi. Timbul niat jahat di hati
Janaloka. Ia lalu memaksa cucu gurunya itu untuk melayaninya. “anak manis, sini
layani pamanmu ini. Sudah lama paman ingin merasakan kehangatan ini” Pergiwa
dan Pergiwati berontak. Seakan pertolongan dari dewa datang, tiba-tiba sebuah
pohon tumbang menghalangi mereka berdua. Pergiwa segera menggandeng adiknya,
Pergiwati dan segera lari menjauh dari kejaran murid kakeknya yang telah cabul
itu. Tapi secepat apapun mereka berlari, Cantrik Janaloka dapat menyusul.
Karena sudah kepepet, Pergiwa dan Pergiwati segera meninju dan memukul kepala
si cantrik mesum itu dengan kendi yang ada di dekat sebuah pohon. Janaloka
jatuh tersungkur namun ia lalu menarik selendang dua cucu gurunya itu. Lalu
datang para Kurawa menghajar Janaloka habis-habisan sampai tewas. Pergiwa dan
Pergiwati susah hati karena meski sudah berbuat kasar namun Janaloka ibarat
paman sendiri. Kedua puteri Arjuna itu meminta para Kurawa memberikan
pengebumian yang layak kepada Cantrik Janaloka. Para Kurawa menurutinya.
Setelah prosesi pengebumian selesai, Pergiwa dan Pergiwati berterimakasih
dengan bantuan para Kurawa. Patih Sangkuni lalu bertanya kepada dua gadis itu,
apakah mereka saudara kembar. Pergiwa menjawab “tidak, ki sanak sekalian.” Lalu
Dewi Pergiwati menjelaskan “aku dan yunda Pergiwa adalah kakak beradik beda
usia satu tahun, namun sejak kecil diberi pakaian yang sama oleh ibu kami,
sehingga kami terlihat seperti anak kembar.” Sengkuni menawarkan untuk ikut
mereka ke Hastinapura demi menuntaskan sayembara yang harus dipenuhi Raden
Lesmana Mandrakumara. Pergiwa bersikeras menolak karena mereka ingin ke Amarta
menemui ayah mereka, Arjuna. Patih Sengkuni berkata nanti saja diantarkan yang
penting ikut ke Hastinapura dulu. Pergiwa dan Pergiwati tidak mau maka para
Kurawa memaksa mereka. Arya Dursasana bahkan menyeret mereka.
Pada saat itulah muncul Abimanyu dan Gatotkaca bersama para punakawan. Melihat dua perempuan diseret-seret oleh para Kurawa, Raden Gatotkaca segera maju membantu. Raden Gatotkaca pun mengamuk sambil terbang menendang dan menerjang dari udara. Para Kurawa kelabakan menghadapinya. Begitu Pergiwa dan Pergiwati berhasil diselamatkan, Gatotkaca, Abimanyu, dan para Punakawan segera pergi menjauh. Setelah menemukan tempat yang aman, Abimanyu bertanya "siapa ni sanak berdua? Berbahaya kalau kalian berjalan sendiri saja tanpa pengawal. Mau kemana kalian hendak pergi?" " Ampun Raden, saya Pergiwa dan ini adik saya, Pergiwati mau mencari ayah kami. Ayah kami namanya Arjuna, pangeran dari Amarta. Dulu namanya Permadi. Ibu kami bernama Dewi Manuhara." Abimanyu kaget karena ayah kedua gadis itu ternyata sama dengan ayahnya. Abimanyu bertanya pada Gatotkaca apakah itu benar, tapi malah Gatotkaca malah sibuk melamun memandangi kecantikan Pergiwa. Karena Gatotkaca tidak merespon, Abimanyu bertanya kepada kakek Semar kebenarannya. Kakek Semar menjelaskan “duh ndoro Abimanyu.....ceritanya begini.....sebelum menikahi ibumu, ndoro Sumbadra, ayahmu pernah menikahi Dewi Manuhara. Jadi kedua gadis ini ialah mbakyumu, ndoro.” Abimanyu seketika menyembah hormat kepada dua kakaknya. Abimanyu sangat gembira dan menjelaskan jati dirinya.
Pertemuan Pergiwa dan Pergiwati dengan rombongan Abimanyu |
Arjuna dan para isteri
dihadap Prabu Yudhistira, patih Tambakganggeng, Arya Wrekodara, dan arya Nakula
dan Sadewa menerima kedatangan Abimanyu dan rombongan. Arjuna bertanya “Abimanyu,
siapa dua gadis ini? Abimanyu menjelaskan semua.”ayahanda, ini mbakyu Pergiwa
dan mbakyu Pergiwati, putri ayah dari ibu Dewi Manuhara.” Arjuna terharu dengan kedatangan dua putrinya.
Arjuna lalu segera memeluk kedua putrinya itu. Disuruhlah mereka istirahat dulu
ditemankan Abimanyu untuk ke kaputren. Arjuna segera mengirimkan surat kepada
Manuhara dan Begawan Sidiwacana untuk datang ke pernikahan Abimanyu. Selang
tiga hari, Dewi Manuhara dan Begawan Sidiwacana datang. Mereka kini diboyong ke
Madukara. Atas pertimbangan dari para Pandawa dan dewan istana, Begawan
Sidiwacana diangkat sebagai kepala pujangga dan kasusastraan Negara Amarta.
Semula Begawan Sidiwacana menolak namun karena permintaan Arjuna dan memang
sejak berdiri Amarta belum punya guru pendeta bidang kasusastraan, maka ia
bersedia mengemban amanat itu dengan syarat ia akan tetap tinggal di
Andongsumawi. Setelah dirunding kembali, para Pnadawa setuju. Desa Andongsumawi
juga diangkat derajatnya jadi tanah perdikan Andongsumawi dengan Dewi Pergiwa
sebagai pemimpinnya. Penobatan Pergiwa ini disaksikan semua orang di keluarga
Pandawa. Baru kali ini di jaman yang serba lelaki itu ada kadipaten yang
dipimpin oleh seorang wanita.
Beberapa hari kemudian,
rombongan dari Amarta datang ke Dwarawati. Terlihat Abimanyu berpakaian
pengantin lengkap datang ke Dwarawati diapit dua kakak perempuannya, Pergiwa
dan Pergiwati yang sudah dirias sebagai patah manten sakembaran. Di belakang
mereka yakni ayah dan para ibunya, yakni Raden Arjuna, Dewi Sumbadra, Dewi
Manuhara, Dewi Srikandhi, Niken Larasati, Endang Sulatri, dan Dewi Ratri. Lalu di
belakangnya lagi keluarga Pandawa lainnya berpakaian serba bagus hendak
menjemput menantu baru mereka. Sedangkan di pihak mempelai perempuan, Prabu
Kresna bersama Dewi Radha, Dewi Rukmini, Dewi Setyaboma, Dewi Jembawati, dan
Dewi Pertiwi berikut 16.005 istri sang prabu lainnya bepakaian serba indah gemerlapan.
Dewi Siti Sundari juga sangat cantik penuh kemilau ditemani kakak adiknya yakni
Prabu Boma Sitija, Bambang Partajumena, Raden Samba, Dewi Titisari, dan Dewi
Prantawati. Semua putra-putri Prabu Kresna datang minus Bambang Gunadewa yang
memang lebih suka menyepi lalu Arya Setyaka dan Arya Saranadewa juga tak bisa
hadir karena masih pergi menyelesaikan pendidikan. Setelah serah terima seserahan
nikah antar rombongan mempelai lelaki dan perempuan, di hadapan Prabu Kresna
selaku wali nikah Siti Sundari, Abimanyu menyatakan siap menikahi Siti Sundari.
Di tempat yang sama, datang Prabu Duryudhana, Dewi Banowati, Raden Lesmana
Mandrakumara, Para Kuawa dan Prabu Baladewa. Raja Mandura yang juga bernama
Balarama itu marah-marah kepada Abimanyu karena mendapat laporan dari para
Kurawa kalau patah manten sakembaran untuk Lesmana Mandrakumara telah direbut
paksa olehnya. Bahkan sekarang Raden Lesmana Mandrakumara ikut bersamanaya. Ia merengek-rengek
minta dikembalikan patah manten sakembarannya. “paman Balarama, tolong rebutkan
kembali patah manten sakembaranku itu.” Prabu Kresna bertanya pada Pergiwa dan
Pergiwati selaku patah manten sakembaran “anakku, apa benar mereka asalnya
milik Kurawa?” Pergiwa dan Pergiwati menjawab “tidak, paman prabu. Justru kami
yang dipaksa oleh para Kurawa.” Prabu Baladewa lega mendengarnya malah ia merestui
pernikahan Abimanyu dengan Siti Sundari.
Para Kurawa kecewa namun Lesmana
Mandrakumara yang paling kecewa karena ia yang gagal nikah. Ia pun melarikan Dewi Pergiwa dan
Pergiwati namun dihalangi oleh Gatotkaca. “Gatotkaca, beraninya menghalangi
kesenanaganku. Kalau aku tidak bisa menikahi Siti Sundari, maka Abimanyu tidak
boleh bertemu lagi dengan kakak-kakaknya.” “Jemawa kau, Lesmana. Sini ku hajar
kau!” terjadilah perkelahian antara Lesmana
Mandrakumara dengan Gatotkaca. Dasanya saja sebagai anak cengeng, begitu kena
getok kepalanya oleh Gatotkaca, Lesmana Mandrakumara langsung kabur
terbirit-birit meninggalkan Pergiwa dan Pergiwati. Prabu Duryudhana benar-benar
malu begitu juga dewi Banowati. Maka mereka menyusul putra mereka yang kabur
itu. Keributan berhasil diredam, Arya Wrekodara dan Arya Setyaki berhasil mengkondisikan
suasana. Singkat cerita, pernikahan Abimanyu dan Siti Sundari akhirnya dapat dilanjutkan.
Pestanya pun dilangsungkan dengan sangat meriah lengkap dengan tari-tarian dan
musik indah mengalun merdu. Seruling pun ditiup Prabu Kresna menambah syahdunya
pernikahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar