Kamis, 23 Maret 2023

Pergiwa-Pergiwati (Abimanyu Palakrama)

 Hai semua pembaca da penikmat wayang yang budiman. Mumpung ada ide bertebaran, kali ini penulis mulai menceritakan kisah petualangan dan dewasanya para putra Pandawa, Kurawa, dan keluarga besar Yadawa. Kisah ini dimulai dengan kemunculan dua puteri Arjuna yakni Pergiwa dan Pergiwati. kehadiran dua putri Arjuna ini akan membantu pernikahan Abimanyu, adik sedarah mereka dengan Dewi Siti Sundari, putri Sri Kresna. Suber kisah ini berasal dari blog albumkisahwayang.blogspot.com, caritawayang.blogspot.com dan beberapa sumber dari grup wayang di Facebook.

17 belas tahun berlalu bagaikan kilat. Kini para putra Pandawa, Kurawa, dan keluarga Yadawa sudah pada besar. Suatu ketika, di pagi yang cerah Kresna dihadap Dewi Radha, Dewi Rukmini, Dewi Setyaboma, Dewi Jembawati, Patih Udawa dan Arya Setyaki. Mereka menyambut kedatangan Prabu Boma Sitija dan Dewi Pertiwi. Kedatangan mereke membawa Dewi Siti Sundari yang sudah berusia 17 tahun. Prabu Boma Sitija berkata " ayahanda, sudah saatnya adhiku yang cantik ini menikah." Bersamaan dengan itu, Patih Madukara yakni Patih Surata dan Patih Sucitra mengabarkan untuk mengingatkan perjodohan Abimanyu dengan Siti Sundari 17 tahun lalu. Prabu Kresna menyambut baik permintaan dari putri dan istrinya juga Patih Madukara itu. Perjodohan dengan Abimanyu 17 tahun lalu harus ditetapkan namun tiba-tiba datang Prabu Baladewa bersama Patih Arya Sengkuni. Mereka ingin agar Dewi Siti Sundari dinikahkan saja dengan Raden Lesmana Mandrakumara, putra mahkota Hastinapura. Prabu Kresna agak bimbang hatinya. Dalam hati ia ingin menepati janjinya dahulu tapi di sisi lain ia tidak ingin kakaknya kecewa. Maka ia berdiskusi dengan sang putri, Siti Sundari. Dewi Siti Sundari lalu berkata "aku hanya akan menikah dengan orang yang bisa membawakan aku dua saudara yang bukan kembar untuk jadi patah manten sakembaranku." Prabu Kresna tidak bisa menolak itu maka ia mengatakan itu kepada rombongan Hastinapura. Raden Samba dan Bambang Partajumena diutus menemani Patih Sucitra dan Surata memberitahukan hal ini kepada Arjuna dan Abimanyu. Di tengah jalan, para Kurawa berusaha menghalangi. Patih Surata dan Sucitra dibantu Raden Samba dan Partajumena berhasil membuat Kurawa kalang kabut.

Di tempat lain, di Desa Andongsumawi Begawan Sidiwacana bersama putrinya, Dewi Manuhara membahas tentang keinginan cucunya, Dewi Pergiwa dan Pergiwati untuk mencari ayahnya, yakni Arjuna. “Manuhara, Pergiwa dan Pergiwati akan memulai perjalanan hidup mereka mulai dari sini. Mereka sudah menanyakan siapa ayah mereka. Beritahulah mereka.” Dewi Manuhara lalu berkata pada putrinya “anak-anakku,sudah saatnya kalian mengetahui dan mengabdi kepada ayah kalian. Ayah kalian yakni Permadi atau lebih sering dipanggil Arjuna. Dia salah satu dari pangeran Pandawa Lima. Sekarang tinggal di Madukara.”. Dewi Pergiwa dan Dewi Pergiwati paham dan berkata “ibunda, aku dan dinda Pergiwati mau pergi mengabdi kepada ayahanda. Restuilah kami, ibunda!  Eyang begawan!.”Dewi Manuhara merestui mereka. Tapi sebelum pergi,  Begawan Sidiwacana meminta muridnya, Janaloka untuk menghantarkan cucunya ke Amarta menemui ayah mereka.

Di Amarta, Raden Abimanyu dihadap ayah dan ibunya, Raden Arjuna dan Dewi Sumbadra. Mereka menerima kedatangan Patih Sucitra, Patih Surata, Raden Samba, dan Raden Partajumena. Mereka mengabarkan bahwa perjodohan Abimanyu telah berubah jadi sayembara. Dewi Siti Sundari yang meminta dibawakan patah manten sakembaran,berupa dua gadis bersaudara bukan kembar tapi berwajah mirip. Arjuna merasa Prabu Kresna berusaha mempermainkannya namun hal itu disabarkan sang permaisuri. Dulu ketika mereka akan menikah diuji begitu sekarang gantian putra mereka yang akan diuji. "Kak Kresna selalu seperti itu, kakanda kulup. Kayak gak tau tabiat kak Kresna saja. Ini adalah bentuk ujian yang harus di hadapi putra kita." " Benar juga, Dinda. Ngger anakku Abimanyu. Kali ini kau harus menyelesaikan ini. Ini pernikahanmu, ayah tidak bisa membantu banyak buatmu." Abimanyu merasa tugas ini akan berat. Maka ia meminta bantuan kakak sepupunya, Gatotkaca. Singkat cerita, Gatotkaca langsung menyatakan sanggup membantu dan berangkatlah mereka berdua mencari sarana sayembara itu.

Pergiwa dan Pergiwati telah pergi jauh meninggalkan desa Andongsumawi. Timbul niat jahat di hati Janaloka. Ia lalu memaksa cucu gurunya itu untuk melayaninya. “anak manis, sini layani pamanmu ini. Sudah lama paman ingin merasakan kehangatan ini” Pergiwa dan Pergiwati berontak. Seakan pertolongan dari dewa datang, tiba-tiba sebuah pohon tumbang menghalangi mereka berdua. Pergiwa segera menggandeng adiknya, Pergiwati dan segera lari menjauh dari kejaran murid kakeknya yang telah cabul itu. Tapi secepat apapun mereka berlari, Cantrik Janaloka dapat menyusul. Karena sudah kepepet, Pergiwa dan Pergiwati segera meninju dan memukul kepala si cantrik mesum itu dengan kendi yang ada di dekat sebuah pohon. Janaloka jatuh tersungkur namun ia lalu menarik selendang dua cucu gurunya itu. Lalu datang para Kurawa menghajar Janaloka habis-habisan sampai tewas. Pergiwa dan Pergiwati susah hati karena meski sudah berbuat kasar namun Janaloka ibarat paman sendiri. Kedua puteri Arjuna itu meminta para Kurawa memberikan pengebumian yang layak kepada Cantrik Janaloka. Para Kurawa menurutinya. Setelah prosesi pengebumian selesai, Pergiwa dan Pergiwati berterimakasih dengan bantuan para Kurawa. Patih Sangkuni lalu bertanya kepada dua gadis itu, apakah mereka saudara kembar. Pergiwa menjawab “tidak, ki sanak sekalian.” Lalu Dewi Pergiwati menjelaskan “aku dan yunda Pergiwa adalah kakak beradik beda usia satu tahun, namun sejak kecil diberi pakaian yang sama oleh ibu kami, sehingga kami terlihat seperti anak kembar.” Sengkuni menawarkan untuk ikut mereka ke Hastinapura demi menuntaskan sayembara yang harus dipenuhi Raden Lesmana Mandrakumara. Pergiwa bersikeras menolak karena mereka ingin ke Amarta menemui ayah mereka, Arjuna. Patih Sengkuni berkata nanti saja diantarkan yang penting ikut ke Hastinapura dulu. Pergiwa dan Pergiwati tidak mau maka para Kurawa memaksa mereka. Arya Dursasana bahkan menyeret mereka.

Pada saat itulah muncul Abimanyu dan Gatotkaca bersama para punakawan. Melihat dua perempuan diseret-seret oleh para Kurawa, Raden Gatotkaca segera maju membantu. Raden Gatotkaca pun mengamuk sambil terbang menendang dan menerjang dari udara. Para Kurawa kelabakan menghadapinya. Begitu Pergiwa dan Pergiwati berhasil diselamatkan, Gatotkaca, Abimanyu, dan para Punakawan segera pergi menjauh. Setelah menemukan tempat yang aman, Abimanyu bertanya "siapa ni sanak berdua? Berbahaya kalau kalian berjalan sendiri saja tanpa pengawal. Mau kemana kalian hendak pergi?" " Ampun Raden, saya Pergiwa dan ini adik saya, Pergiwati mau mencari ayah kami. Ayah kami namanya Arjuna, pangeran dari Amarta. Dulu namanya Permadi. Ibu kami bernama Dewi Manuhara." Abimanyu kaget karena ayah kedua gadis itu ternyata sama dengan ayahnya. Abimanyu bertanya pada Gatotkaca apakah itu benar, tapi malah Gatotkaca malah sibuk melamun memandangi kecantikan Pergiwa. Karena Gatotkaca tidak merespon, Abimanyu bertanya kepada kakek Semar kebenarannya. Kakek Semar menjelaskan “duh ndoro Abimanyu.....ceritanya begini.....sebelum menikahi ibumu, ndoro Sumbadra, ayahmu pernah menikahi Dewi Manuhara. Jadi kedua gadis ini ialah mbakyumu, ndoro.” Abimanyu seketika menyembah hormat kepada dua kakaknya. Abimanyu sangat gembira dan menjelaskan jati dirinya.

Pertemuan Pergiwa dan Pergiwati dengan rombongan Abimanyu
“ampuni atas ketidaksopananku ini, mbakyu Pergiwa!  mbakyu Pergiwati!... aku adik kalian. Aku Abimanyu, putra Arjuna dari ibu Dewi Sumbadra.” Pergiwa dan Pergiwati kaget namun juga gembira bisa bertemu saudara sedarah mereka. Tanpa basa-basi lagi Abimanyu segera mengajak kakak-kakaknya untuk pulang bersama ke Madukara. Ia juga mengajak Raden Gatotkaca untuk segera pulang, sebelum para Kurawa datang mengejar. Di saat mereka berjalan, Gatotkaca sendiri masih melamun memandang Pergiwa dengan tatapan terkesima sampai-sampai ia bolak-balik tersandung. Pergiwa sendiri tersipu malu. Abimanyu tertawa menyadari bahwa kedua kakaknya itu ternyata saling menyimpan rasa.

Arjuna dan para isteri dihadap Prabu Yudhistira, patih Tambakganggeng, Arya Wrekodara, dan arya Nakula dan Sadewa menerima kedatangan Abimanyu dan rombongan. Arjuna bertanya “Abimanyu, siapa dua gadis ini? Abimanyu menjelaskan semua.”ayahanda, ini mbakyu Pergiwa dan mbakyu Pergiwati, putri ayah dari ibu Dewi Manuhara.”  Arjuna terharu dengan kedatangan dua putrinya. Arjuna lalu segera memeluk kedua putrinya itu. Disuruhlah mereka istirahat dulu ditemankan Abimanyu untuk ke kaputren. Arjuna segera mengirimkan surat kepada Manuhara dan Begawan Sidiwacana untuk datang ke pernikahan Abimanyu. Selang tiga hari, Dewi Manuhara dan Begawan Sidiwacana datang. Mereka kini diboyong ke Madukara. Atas pertimbangan dari para Pandawa dan dewan istana, Begawan Sidiwacana diangkat sebagai kepala pujangga dan kasusastraan Negara Amarta. Semula Begawan Sidiwacana menolak namun karena permintaan Arjuna dan memang sejak berdiri Amarta belum punya guru pendeta bidang kasusastraan, maka ia bersedia mengemban amanat itu dengan syarat ia akan tetap tinggal di Andongsumawi. Setelah dirunding kembali, para Pnadawa setuju. Desa Andongsumawi juga diangkat derajatnya jadi tanah perdikan Andongsumawi dengan Dewi Pergiwa sebagai pemimpinnya. Penobatan Pergiwa ini disaksikan semua orang di keluarga Pandawa. Baru kali ini di jaman yang serba lelaki itu ada kadipaten yang dipimpin oleh seorang wanita.

Beberapa hari kemudian, rombongan dari Amarta datang ke Dwarawati. Terlihat Abimanyu berpakaian pengantin lengkap datang ke Dwarawati diapit dua kakak perempuannya, Pergiwa dan Pergiwati yang sudah dirias sebagai patah manten sakembaran. Di belakang mereka yakni ayah dan para ibunya, yakni Raden Arjuna, Dewi Sumbadra, Dewi Manuhara, Dewi Srikandhi, Niken Larasati, Endang Sulatri, dan Dewi Ratri. Lalu di belakangnya lagi keluarga Pandawa lainnya berpakaian serba bagus hendak menjemput menantu baru mereka. Sedangkan di pihak mempelai perempuan, Prabu Kresna bersama Dewi Radha, Dewi Rukmini, Dewi Setyaboma, Dewi Jembawati, dan Dewi Pertiwi berikut 16.005 istri sang prabu lainnya bepakaian serba indah gemerlapan. Dewi Siti Sundari juga sangat cantik penuh kemilau ditemani kakak adiknya yakni Prabu Boma Sitija, Bambang Partajumena, Raden Samba, Dewi Titisari, dan Dewi Prantawati. Semua putra-putri Prabu Kresna datang minus Bambang Gunadewa yang memang lebih suka menyepi lalu Arya Setyaka dan Arya Saranadewa juga tak bisa hadir karena masih pergi menyelesaikan pendidikan. Setelah serah terima seserahan nikah antar rombongan mempelai lelaki dan perempuan, di hadapan Prabu Kresna selaku wali nikah Siti Sundari, Abimanyu menyatakan siap menikahi Siti Sundari. Di tempat yang sama, datang Prabu Duryudhana, Dewi Banowati, Raden Lesmana Mandrakumara, Para Kuawa dan Prabu Baladewa. Raja Mandura yang juga bernama Balarama itu marah-marah kepada Abimanyu karena mendapat laporan dari para Kurawa kalau patah manten sakembaran untuk Lesmana Mandrakumara telah direbut paksa olehnya. Bahkan sekarang Raden Lesmana Mandrakumara ikut bersamanaya. Ia merengek-rengek minta dikembalikan patah manten sakembarannya. “paman Balarama, tolong rebutkan kembali patah manten sakembaranku itu.” Prabu Kresna bertanya pada Pergiwa dan Pergiwati selaku patah manten sakembaran “anakku, apa benar mereka asalnya milik Kurawa?” Pergiwa dan Pergiwati menjawab “tidak, paman prabu. Justru kami yang dipaksa oleh para Kurawa.” Prabu Baladewa lega mendengarnya malah ia merestui pernikahan Abimanyu dengan Siti Sundari.

Para Kurawa kecewa namun Lesmana Mandrakumara yang paling kecewa karena ia yang  gagal nikah. Ia pun melarikan Dewi Pergiwa dan Pergiwati namun dihalangi oleh Gatotkaca. “Gatotkaca, beraninya menghalangi kesenanaganku. Kalau aku tidak bisa menikahi Siti Sundari, maka Abimanyu tidak boleh bertemu lagi dengan kakak-kakaknya.” “Jemawa kau, Lesmana. Sini ku hajar kau!”  terjadilah perkelahian antara Lesmana Mandrakumara dengan Gatotkaca. Dasanya saja sebagai anak cengeng, begitu kena getok kepalanya oleh Gatotkaca, Lesmana Mandrakumara langsung kabur terbirit-birit meninggalkan Pergiwa dan Pergiwati. Prabu Duryudhana benar-benar malu begitu juga dewi Banowati. Maka mereka menyusul putra mereka yang kabur itu. Keributan berhasil diredam, Arya Wrekodara dan Arya Setyaki berhasil mengkondisikan suasana. Singkat cerita, pernikahan Abimanyu dan Siti Sundari akhirnya dapat dilanjutkan. Pestanya pun dilangsungkan dengan sangat meriah lengkap dengan tari-tarian dan musik indah mengalun merdu. Seruling pun ditiup Prabu Kresna menambah syahdunya pernikahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar