Senin, 27 Februari 2023

Dewi Juwitaningrat

 Hai hai.....salam buat para pembaca...Kali ii, penulis akan mengisahkan seorang perempuan yang menjadi penyebab keretakan hubungan antara Arjuna dan Sumbadra. namanya ialah Dewi Juwitaningrat. Karena ulahnya ini, Dewi Sumbadra dan Abimanyu menghilang dari Madukara dan hidup di tengah hutan lebat. Dikisahkan pula kisah pertemuan dari wujud ari-ari Gatotkaca dan diruwatnya Senggoto, anak Arjuna dengan Dewi Juwitaningrat. Tentunya akhir ceritanya agak beda dari versi yang beredar dimana Senggoto justru ditewaskan oleh Abimanyu, seolah Abimanyu ini karakternya kasar dan kurang ajar kepada saudara sendiri. Saya memberikan ending yang lebih halus. Sumber kisah ini berasal dari blog albumkisahwayang.blogspot.com, caritawayang.blogspot.com, dan beberapa sumber lainnya.

Suatu ketika, Arjuna sedang mempersiapkan kelahiran putranya dari Niken Larasati dan Endang Sulastri. Ketika berburu di hutan, Arjuna bertemu seorang wanita cantik. Wajahnya ayu ladak, mirip sekali dengan wajah Banowati. Arjuna menolongnya, mengira kalau itu Banowati yang minggat dari Hastinapura. “Banowati, kau kah itu?” “ya kakandaku Arjuna...aku telah minggat dari Hastinapura. Aku tidak tahan dicerca pamanda Sengkuni yang meragukan kesucian hatiku.” Arjuna merasa kasihan dan membawanya ke Madukara untuk tinggal sementara. Dewi Sumbadra kaget tiba-tiba ada Dewi Banowati. Ada sedikit perasaan yang membuatnya merasa ada sesuatu yang tidak baik dengan Banowati, seperti itu bukan Banowati.

Arjuna dan Dewi Juwitaningrat
Beberapa bulan setelah kedatangan Banowati ke Madukara, Niken Larasati dan Endang Sulastri melahirkan putra yang tampan. Namun bayi dari Endang Sulastri menderita sakit kuning sehingga Niken Larasati yang menyusuinya. Ketika hari pemberkatan nama, Arjuna menamai anaknya dari Larasati itu Bambang Brantalaras dan anak dari Endang Sulastri itu Bambang Sumitra. Keberadaan Banowati di Madukara mulai merusak keharmonisan antara Arjuna dan Sumbadra. Puncaknya, pada malam bulan gelap Dewi Sumbadra dan Raden Abimanyu tiba-tiba menghilang dari Madukara. Tapi anehnya, Arjuna bertindak biasa saja seperti terkena sihir pemikat. Para isteri Arjuna lainnya heran dengan sikap suami mereka. Arjuna tiba-tiba jadi tergila-gila dengan Banowati. Dilangsungkan lah pernikahan antara Arjuna dan Banowati. Atas permintaan Arjuna, Dewi Banowati lalu mengumumkan kalau ia mengganti namanya menjadi Juwitaningrat sebagai bentuk awal yang baru.

Selama pernikahan itu, kebiasaan makan Dewi Juwitaningrat berubah aneh. Ia lebih suka makan danging mentah. Setiap kali waktu makan harus ada semangkung daging mentah yang masih segar. 7 tahun berlalu bagaikan kilat, anak hasil pernikahan Arjuna dan Juwitaningrat sudah cukup besar. Ia dinamai Bambang Senggoto. Bambang Senggoto berparas buruk seperti raksasa. Sifatnya lumayan sombong dan suka menyabung ayam. Jagonya selalulah menang. Namun ada seorang pemuda 12 tahun dan kakaknya yang berusia 23 tahun menantang Bambang Senggoto. Mereka bernama Jaka Pengalasan dan Bambang Aribawa. Bambang Senggoto kemudian melihat Jaka Pengalasan juga membawa seekor ayam jago. “Hei pemuda miskin, kulihat kau bawa ayam jago yang bagus. Bagaimana kalau kita adu jago?”  “aku tidak mau, tuan pangeran. Ayam ini ayam yang akan kujual.”

Senggoto mengadu jago Jaka Pengalasan
Bambang Senggoto memaksa Jaka Penglalasan dan menghina ayam jagonya pasti kalah. Jaka Pengalasan naik darah dan ia pun meladeni remaja tersebut untuk menyabung ayam. Kedua ayam mereka pun diadu, dengan disaksikan orang-orang di pasar yang bersorak-sorak ramai. Maka, terjadilah pertarungan seru antara ayam Jaka Pengalasan melawan ayam Bambang Senggoto. Selang agak lama, ayam milik Bambang Senggoto pun tewas kehabisan darah karena terluka oleh paruh, cakar, dan taji lawan. Bambang Senggoto marah dan menangkap ayam milik Jaka Pengalasan, lalu menggigit lehernya hingga mati. Tidak hanya itu, Bambang Senggoto juga berniat menggigit Jaka Pengalasan untuk melampiaskan kekesalan. Bambang Aribawa segera maju melindungi adik angkatnya. Ia pun menempeleng wajah Bambang Senggoto hingga raksasa muda itu jatuh dan pingsan. Kabar pingsannya Senggoto di pasar membuat Gatotkaca murka. Ia menuju pasar itu dan menantang Aribawa. Bambang Aribawa meladeni tantangan Gatotkaca. Keduanya pun terlibat pertarungan sengit.

Raden Gatotkaca heran melihat sosok Bambang Aribawa yang mirip dengan dirinya. “Hei....kau yang membuat adikku pingsan!. Lawan aku kalau kau memang berjiwa ksatria.” “Pangeran Gatotkaca, adikmu ini telah menghabisi ayam milik adikku dengan semena-mena Jadi dia harus dihukum.” Gatotkaca marah dan terus menyerang Bambang Aribawa dengan membabi-buta. Mereka bertarung sengit, sama-sama gagah, sama-sama kuat dan perkasa. Namun, karena Raden Gatotkaca bisa terbang, lama-lama Bambang Aribawa pun terdesak kalah dan akhirnya roboh tak berdaya. Tenaganya habis dan sepertinya ia tidak dapat hidup lebih lama lagi. Menjelang ajal tiba, Bambang Aribawa bertanya siapa nama pemuda yang berhasil mengalahkannya. Raden Gatotkaca pun memperkenalkan dirinya “aku Gatotkaca, putra pangeran Bhima dan Dewi Arimbi.” Bambang Aribawa terkejut mendengar nama itu dan berkata “Gatotkaca kakakku, sesungguhnya aku saudaramu. Aku tercipta dari ari-ari yang ayah hanyutkan di sungai, lalu ditemukan oleh bapa Resi Mandarasa.” Raden Gatotkaca antara percaya dan tidak percaya mendengarnya. Namun waktu Bambang Aribawa tidak banyak. Bambang Aribawa pun gugur. Gatotkaca duduk bersimpuh memeluk jasad saudaranya itu, tiba-tiba tubuh Bambang Aribawa memudar dan berubah sebagai setitik cahaya yang merasuk ke dalam tubuh Gatotkaca.

Jaka Pengalasan menangisi kepergian saudaranya dan meminta keadilan kepada ayah Senggoto. “pangeran Gatotkaca...kau dan adikmu telah membuat kakakku meninggal, kau harus bertanggungjawab. Pertemukan aku dengan ayah pangeran Senggoto! Aku minta keadilan darinya.”Gatotkaca menawarkan agar ke Madukara. Gatotkaca segera menggendong Jaka Pengalasan dan Senggoto yang masih pingsan lalu terbang pergi. Sesampainya di Madukara, Arjuna kaget dan murka, putranya pingsan “siapa yang telah membuat anakku jadi begini?!” Jaka Pengalasan menjelaskan “kakakku yang melakukan hal itu, tapi sekarang ia sudah gugur di tangan Gatotkaca. Aku meminta agar Gusti pangeran menegakkan keadilan dan menghukum Gatotkaca atas meninggalnya kakakku!”. Arjuna tidak terima malah ia meminta ganti rugi atas pingsannya Senggoto” tidak bisa!! Kau dan kakakmu yang telah membuat keributan dengan ankku. Kau yang harusnya bertanggung jawab! Bayarkan ganti rugi atas ini semua atau kau akan ku penjarakan!!”  Jaka Pengalasan tidak bersedia “enak saja memilih kembali ke rumahnya di tengah hutan. Arjuna terkejut dan marah mendapat jawaban demikian. Ia pun mengeluarkan panah Sarotama dan berniat menghukum Jaka Pengalasan untuk menegakkan keadilan. Gatotkaca tak tega maka ia menyambar panah itu dan berkata kalau ini tanggung jawabnya. “paman, aku bersedia dihukum karena memang ini kesalahanku dan adhi Senggoto. Tapi jangan melawan seseorang yang tak bersenjata.!” Arjuna makin murka. Cinta buta kepada anaknya telah membutakan hati sang Permadi. Gatotkaca merasa akan ada hal tak baik. Maka, ia pun menyambar tubuh Jaka Pengalasan untuk dibawa terbang jauh. Raden Arjuna tidak mau menyerah dan segera mengejar mereka berdua menggunakan Aji Sepi Angin.

Raden Gatotkaca terbang di angkasa sambil meminta petunjuk Jaka Pengalasan, di mana tempat tinggalnya. Jaka Pangalasan heran kenapa ia membelanya. Gatotkaca merasa ia yang harus bertanggung jawab. Hukum harus ditegakkan seadil-adilnya. Jaka Pengalasan terharu dan mengatakan kalau tempat tinggalnya di Gunung Argapudya. Akhirnya, mereka pun sampai di Padepokan Argapudya. Resi Mandarasa dan Endang Cahyaningsih, ibu Jaka Pengalasan terkejut melihat Jaka Pengalasan pulang bersama Raden Gatotkaca. Mereka bertanya dimana Aribawa.”anakku, dimana kakakmu? kenapa kau malah bersama pangeran Gatotkaca?” Jaka Pengalasan menjelaskan segalanya. Mereka terharu tapi juga gembira. Aribawa menemukan alasan kelahirannya yakni menyatu dengan Gatotkaca.”gusti Pangeran Gatotkaca. kau tidak akan dihukum berat atas kesalahannmu karena inilah takdir. Namun aku akan memberikanmu ganjaran yang setimpal .Kau harus kucambuk seratus kali.” Ucap Resi Mandarasa. Dicambukilah tubuh putra Wrekodara itu. Lebam-lebam punggung si otot kawat tulang besi sampai melepuh. Tak lama kemudian muncul pula Raden Arjuna dan mendapati Gatotkaca dihukum cambuk. Arjuna murka hendak menyerang Resi Mandarasa namun di halangi oleh Endang Cahyaningsih. Malah sang putri Begawan itu menasehati Arjuna agar berlaku adil “Pangeran Arjuna, hentikan tindakan membabi buta ini.! Gatotkaca mendapatkan ganjaran atas perbuatannya. Bukan kah itu yang disebut keadilan? Keadilan sudah ditegakkan, pangeran. Cinta pangeran kepada anak telah membuat mata hati pangeran menjadi buta. Pikirkan sekali lagi. Jangan karena cinta buta, keadilan paduka pangeran jadi berat sebelah. Pemimpin sepertimu haruslah teguh dan menetapkan keadilan tanpa pandang bulu. Siapa yang bersalah harus dihukum.”  Arjuna merasa tertampar kenapa ia tidak bisa memberikan keadilan. Arjuna kagum dengan kecerdasan Endang Cahyaningsih. Tanpa sengaja, Endang Cahyaningsih berkata ia mendapatkan ilmu keadilan ini dari "kakanda kulup"

Arjuna heran kenapa ia bisa tahu itu dan memanggilnya kakanda kulup. Resi Mandarasa menjelaskan bahwa Endang Cahyaningsih yang dihadapannya itu adalah Dewi Sumbadra dan Jaka Pengalasan sebenarnya adalah Abimanyu. Arjuna kaget bukan kepalang. Bagaimana bisa isteri kesayangan itu ada di hutan ini. Resi Mandarasara menceritakan lima tahun lalu Dewi Sumbadra dan Abimanyu diculik oleh Nini Juwitaningrat, sahabat Arya Burisrawa dari Cindhe Kembang. Wujud asli Juwitaningrat adalah mirip raksasa. Itulah sebabnya kenapa Dewi Sumbadra dan Abimanyu tiba-tiba menghilang. Semua ini adalah rancangan Arya Burisrawa demi menikahi Sumbadra. Namun Dewi Sumbadra berhasil melarikan diri tapi ia jatuh terbentur batu lalu lupa ingatan. Sang resi yang kebetulan lewat situ menolongnya dan merawatnya seperti anak sendiri. Arjuna terharu dan memeluk kembali isteri dna anaknya yang lama hilang.

Singkat cerita, Raden Arjuna, Dewi Sumbadra, Raden Abimanyu, dan Raden Gatotkaca telah kembali ke Kadipaten Madukara. Kedatangan mereka pun disambut Dewi Srikandhi, Endang Sulastri, Niken Larasati, dan Dewi Ratri. Keempat wanita itu gembira melihat Sumbadra kembali bersama Abimanyu yang sudah besar. Arjuna menjelaskan kalau menghilangnya Abimanyu dan Sumbadra itu akal-akalan Juwitaningrat. Arjuna sangat marah ingin menghukum wanita yang sudah mempermainkan hati dan perasaannya “Beraninya dia menyamar sebagai Banowati dan mempermainkan perasaanku selama ini! Akan ku hukum dia!”  Dewi Srikandhi tanggap “kakanda tenang saja. Biar aku yang menghukumnya.” Srikandhi segera pergi ke dapur untuk menyeret Dewi Juwitaningrat. Tersangka pun terkejut menyadari penyamarannya telah terbongkar. Dewi Juwitaningrat pun kembali ke wujud raksasi dan menyerang Dewi Srikandhi.”hahaha sepertinya samaranku sudah terbongkar....waktunya untukku membalaskan sakit hati temanku, Burisrawa.” Kedua wanita itu lalu bertarung sengit. Dewi Srikandhi yang sudah bersiaga dapat memenangkan pertarungan. Dengan panahnya yang ampuh, ia pun berhasil menewaskan Dewi Juwitaningrat.

Prabu Yudhistira, Arya Wrekodara, si kembar Raden Nakula-Raden Sadewa, dan Prabu Kresna yang kebetulan berkunjung ke Madukara datang berbondong-bondong setelah mendengar keributan di istana. Arjuna menjelaskan semuanya. Mereka kaget namun juga ikut bersyukur dan bersuka cita karena masalah yang dihadapi Raden Arjuna telah teratasi. Tapi seketika wajah Arjuna terlihat lesu seperti memendam kedukaan. Rupanya, sebenci dan semarah apapun Arjuna kepada Dewi Juwitaningrat, ia tetap merasa kasihan dengan Senggoto yang merupakan darah dagingnya sendiri. “kakangku Madhawa, apa yang harus aku jelaskan pada Senggoto nanti? Ia tidak bersalah tapi menanggung dosa ibunya. Sekarang ia sudah tidak punya ibu lagi.”  Prabu Kresna paham dengan sifat Arjuna yang gampang merasa kasihan apalagi dengan penderitaan. Ia memberikan solusi. “Adhiku Parta.....cepat bawa tubuh Senggoto ke ke taman Maduganda. Aku akan mengobatinya di sana.” Dengan sigap, Arjuna dan lainnya membawa tubuh Senggoto yang semakin dingin itu. Setelah dibaringakan di tengah rumput taman istana itu, Bambang Senggoto mulai diobati segala luka-lukanya. Setelah semua obatnya sudah diberikan, Prabu Kresna menyapukan Cangkok Wijayakusuma ke tubuh Senggoto dan ajaib, Senggoto siuman dari pingsannya dan berubah menjadi anak berwajah tampan. Prabu Kresna meruwat keponakannya itu menjadi lebih baik.

Bambang Sumbada menjadi tampan
Setelah Senggoto benar-benar sadar dari pingsannya, Arjuna lalu menjelaskan segalanya. Senggoto seakan lahir kembali. Ia insaf dan mulai meninggalkan sifat sombong “terima kasih, ayahanda. Berkat kebaikan hatimu dan paman Kresna, aku mendapat kesempatan kedua untuk memulai hidup baru.” Seluruh keluarga bahagia lebih-lebih Dewi Sumbadra. Sang Bratajaya gembira karena berasa punya anak lagi. Dewi Sumbadra mempersaudarakan Abimanyu dan Senggoto. Nama Bambang Senggoto pun diubah menjadi Bambang Sumbada, mirip dengan nama ibu sambungnya. Arjuna mengadakan upacara syukuran atas kembalinya Dewi Sumbadra dan Abimanyu juga syukuran karena Bambang Sumbada telah dihidupkan kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar