Sabtu, 05 Agustus 2023

Sumitra Krama

Hai semua pembaca dan penikmat kisah pewayangan. Kisah kali ini mengisahkan pernikahan putra Arjuna dengan Endang Sulastri yakni Bambang Sumitra dengan Dewi Asmarawati putri Prabu Suryasmara. Demi menikahinya, Bambang Sumitra harus mendapatkan Bale Sasanamulya, Payung Tunggulnaga, dan Kuda Ciptawalaha. Pernikahan Sumitra dan Asmarawati digadang-gadang sebagai pernikahan termewah di jagat wayang mengalahkan pernikahan sang ayah.. Kisah ini mengambil sumber dari blog albumkisahwayang.blogspot.com dan beberapa sumber di internet.

Bertahun-tahun yang lalu, Prabu Suryasmara, raja Parangkancana pernah meminta bantuan Arjuna untuk meminta sedikit darahnya untuk kesembuhan sang istri yang hendak melahirkan. Begitu Arjuna memberikan tetesan darahnya, sang isteri raja berhasil melahirkan seorang putri dengan selamat dan sehat. Bersamaan dengan itu, negeri Parangkancana selamat dari paceklik. Prabu Suryasmara gembira hati. Ia beri nama putrinya itu Dewi Asmarawati dan berkata " semoga, putriku dan putramu bisa berjodoh." Arjuna tak ambil pusing dan meng-iya-kan perkataan sang raja.

Setelah 17 tahun berlalu, Prabu Suryasmara menerima di pasewakannya Bambang Sumitra, putra Arjuna dari Endang Sulastri untuk melamar sang putri " ampun Gusti prabu, hamba Sumitra putra Arjuna berniat melamar dinda Asmarawati. Mohon bisa dipertimbangkan keinginan hamba." Bersamaan pula pihak Hastinapura yang diwakili Patih Sengkuni dan Begawan Dorna juga ingin melamarkan Raden Lesmana Mandrakumara dengan sang putri. Sang raja dilema lalu dipanggilah Dewi Asmarawati untuk menentukan keputusannya. Lalu Dewi Asmarawati mengumumkan keputusannya " aku putri prabu Suryasmara sudah membuat keputusan. Aku bersedia menikah jika masing-masing pelamar bisa membawa Kuda Ciptawalaha, payung Tunggulnaga, dan Bale Sasanamulya lengkap dengan para bidadari kahyangan." Patih Sengkuni dan Bambang Sumitra menyatakan sanggup membawakan semua syarat-syarat itu. Setelah Bambang Sumitra pergi, Sesampainya di luar, Adipati Karna, Begawan Dorna, dan Patih Harya Sengkuni berunding bagaimana caranya memenangkan sayembara, karena pengalaman sebelumnya selalu saja pihak Pandawa yang unggul. Patih Sangkuni memberi usul “aku punya saran... baiknya ananda Adipati Karna berangkat ke Kerajaan Dwarawati untuk meminjam Kuda Ciptawalaha kepada Sri Kresna, sedangkan kakang Begawan Dorna pergi ke Madukara. Kakang pengaruhi Arjuna agar membela kita. biar aku dan para keponakanku yang  akan menghambat perjalanan pulang bambang Sumitra.” Setelah dicapai kata sepakat, ketiga orang itu pun pergi berpencar.

Patih Sengkuni segera memerintahkan para Kurawa, antara lain Arya Dursasana, Raden Kartawarma, Raden Surtayu, Raden Durjaya, Raden Durmuka, Raden Durmagati, Raden Citraksa, Raden Citraksi, ditambah pula dengan Prabu Jayadrata dan Adipati Aswatama “kalian pergi halangi Sumitra...terserah pakai cara apa...kalau bisa sergap Sumitra. biar pemuda itu terlambat menyampaikan berita kepada sang ayah.Dengan begitu, saingan Lesmana bisa berkurang.” Para Kurawa itu segera berangkat melaksanakan tugas. Mereka menyusul bambang Sumitra dan segera mengeroyok pemuda itu. Namun, Sumitra bukanlah pemuda sembarangan. Ia pun melayani serangan para Kurawa dengan mudah. Para Kurawa dibuat babak belur dan berguling-guling di tanah. Namun, Para Kurawa melakukan cara curang. Sumitra disekap dan hendak dibuang ke pinggir jurang. “Ahh...lepaskan aku....!!” perjalanan sang putra Arjuna terhambat. Namun datang bala bantuan dari Gatotkaca dan Antareja yang berhasil memporak-porandakan pasukan Kurawa. Bambang Sumitra pun berhasil diselamatkan.

Bambang Sumitra berhasil sampai ke Madukara. Di sana dengan ditemani Arya Antareja, Arya Gatotkaca, dan Kakek Semar mengabarkan kalau Dewi Asmarawati meminta Kuda Ciptawalaha dan Payung Tunggulnaga. Ia meminta sang ayah untuk membantunya. Arjuna hanya diam bergeming lalu sejenak kemudian justru berkata " sudahlah, nak. Batalkan saja pernikahanmu dengan Asmarawati. Permintaan Asmarawati aneh-aneh." Setelah berkata begitu, Arjuna berlalu pergi. Rupanya, Arjuna sudah ditunggu oleh sang guru, Begawan Dorna di wisma tamu. Begawan Dorna berhasil menjampi-jampi murid kinasihnya itu. Sekarang Arjuna lebih memilih membantu Raden Lesmana Mandrakumara. Bambang Sumitra merasa putus harapan. Sang ayah dirasa sudah pilih kasih. Kakek Semar dan para putra menawarkan diri untuk membantu.  Singkat cerita, kakek Semar memanggil Gatotkaca, Antareja, Antasena dan Wisanggeni untuk membantu Bambang Sumitra.

Antareja mendapatkan Kuda Ciptawalaha
Antareja berangkat ke Dwarawati meminjam kuda Ciptawalaha milik Prabu Sri Kresna. Sementara Gatotkaca akan meminjam Payung Tunggulnaga. Untuk Sumitra, Antasena dan Wisanggeni akan ikut kakek Semar menuju ke kahyangan.

Singkat cerita, Adipati Karna telah datang ke di keraton Dwarawati. Adipati Karna pun menyampaikan maksud kedatangannya, “Salam, kakangku Sri Kresna. Kedatanganku kemari  ingin meminjam Kuda Ciptawalaha sebagai persyaratan Lesmana Mandrakumara menikahi Dewi Asmarawati, putri Prabu Suryasmara. Sudikah kakang meminjamkan kuda itu?”.Prabu Sri Kresna teringat sesuatu “ kalau aku ingat-ingat, gusti Prabu Suryasmara dulu pernah punya keinginan bisa berbesan dengan Parta. Kalau yang menikahi Asmarawati adalah Lesmana, artinya gusti Prabu Suryasmara akan melanggar ucapannya sendiri. Aku harus berbuat sesuatu.” Prabu Sri Kresna pun mendapat firasat bahwa sebentar lagi utusan pihak Arjuna akan datang pula. Maka, ia tidak segera menjawab permohonan Adipati Karna, melainkan berusaha mengalihkan pembicaraan. “ah adhiku, Suryatmaja. Marilah kita berehat dulu... kau pasti lelah..... urusan kuda Ciptawalaha, aku berjanji akan meminjamkannya ke pihak yang pantas.” Karena sejak dulu Adipati Karna segan kepada Prabu Sri Kresna sehingga ia menerima tawaran raja bergelar sang Danardana itu untuk berehat. Akhirnya yang ditunggu-tunggu pun tiba. Antareja pun datang ia lalu berkata kepada uwa-nya tersebut “salam Uwa Prabu. Kedatanganku kemari hanya untuk satu tujuan , yaitu meminjam Kuda Ciptawalaha untuk kendaraan adhiku Sumitra agar ia bisa menikahi Asmarawati.” Adipati Karna tidak terima “tunggu kakangku! aku lebih dulu datang, maka aku yang lebih berhak atas kuda kakang.” Prabu Kresna berkata “Suryatmaja, aku kan belum memberikan jawaban pasti. Aku Cuma berkata hanya akan meminjamkannya kepada yang pantas. Untuk itu, agar kita tahu siapa yang pantas, adhi dan nanda Arya Antareja silakan berlomba. Barangsiapa mampu menangkap Ciptawalaha, maka dia yang berhak meminjam kudaku itu.” Adipati Karna menjawab tidak masalah.”aku tidak keberatan kakangku.... Aku putra Adirata dan ayahku ialah raja dari para kusir kereta. Sejak kecil, aku selalu dididik cara menjinakkan kuda dan mengendalikan kereta kencana. Kalau untuk mengejar dan menangkap Kuda Ciptawalaha bukanlah hal sulit bagiku.” Usai berkata demikian, ia pun keluar istana untuk bersiaga. Arya Antareja juga ikut keluar, disertai Prabu Sri Kresna.

Prabu Sri Kresna lalu memanggil Kuda Ciptawalaha. Kuda berbulu hitam legam itu datang menemui majikannya. Sang raja Dwarawati segera memerintahkan kuda itu untuk berlari sekencang-kencangnya dan baru boleh berhenti apabila salah satu dari Adipati Karna atau arya Antareja bisa menangkapnya. Kuda Ciptawalaha seolah mengerti bahasa manusia. Ia pun segera berlari meninggalkan Prabu Sri Kresna. Melihat Kuda Ciptawalaha sudah berlari, Adipati Karna dan Arya Antareja segera mengejar. Meskipun usianya lebih tua, tetapi tubuh Adipati Karna lebih kecil dan lebih lincah daripada Arya Antareja. Dengan mengerahkan segenap ilmu kesaktianya, ia mampu berlari sangat cepat dan hampir menyentuh ekor Kuda Ciptawalaha. Namun, Kuda Ciptawalaha dapat meningkatkan laju kecepatannya. Adipati Karna tidak kurang akal. Ia pun melepaskan ratusan panah yang mengurung Kuda Ciptawalaha seperti kerangkeng. Namun kuda sakti itu mampu melompati semua kerangkeng panah itu. Kedua orang itu terus berlari mengejar Kuda Ciptawalaha hingga keluar keraton Dwarawati bahkan sampai menyebarangi pulau Dwaraka hingga daratan Jawadwipa. Akan tetapi, sungguh di luar dugaan tiba-tiba Kuda Ciptawalaha amblas masuk ke dalam bumi. Antareja mulai menggunakan ajiannya “Ajian Rengkah Bhumi...menyelam!!” seketika Antareja ikut menyelam ke dasar bumi. Adipati Karna kaget dengan hilangnya kuda Ciptawalaha dan Arya Antareja. Di saat yang tak terduga, tiba-tiba bumi bergetar dan nampaklah Antareja sudah berada di atas punggung sang kuda Ciptawalaha. “Pmana, aku sudah berhasil. Sekarang tidak ada yang bisa menghalangi pernikahan adhiku Sumitra” Adipati Karna marah “tidak akan aku biarkan terjadi!” Adipati karna menembakkan panah-panahnya. Antareja segera memacu kuda Ciptawalaha dan kabur.

Sementara itu, Ketika rombongan Begawan Dorna dan Arjuna hendak menuju istana Indraprastha, datang tiga orang pengamen., dua perempuan dan satu perempuan. Musik yang mengalun sangat merdu, seronok hati yang mendengarnya... tabuhan genderang dan suling sangat memikat sukma, belum lagi dengan suara nyanyian penyanyinya. Saking merdunya,  sampai-sampai Begawan Dorna dan Arjuna tak menyadari kalau cuaca tiba-tiba berubah drastis. Tiba-tiba datang angin puting beliung yang menyapu Begawan Dorna dan Arjuna lalu melemperkan keduanya entah kemana. Rupanya, ini adalah siasat kakek Semar. Ketiga pengamen itu adalah gareng, Petruk dan bagong yang menyamar dan angin puting beliung tadi adalah ajian Bayu Paksi milik Gatotkaca untuk memperlambat kedatangan sang paman. Begitu halangan pergi, Arya Gatotkaca segera menemui uwanya, Prabu Yudhistira. “ampun uwa Prabu...kedatanganku ingin meminjam payung Tunggulnaga demi pernikahan adhi Sumitra.” Tanpa pikir panjang Prabu Yudhistira berkata “itu kabar baik...semoga dinda Arjuna berbahagia dengan hal ini,” Gatotkaca berkata “ampun uwa prabu, sekarang paman Arjuna sedang membantu para Kurawa. Entah apa yang dipikirkan paman...aku harap uwa bisa membantu menyadarkannya.” Prabu Yudhistira mengatakan pada Gatotkaca agar tidak punya syak wasangka dulu, barangkali Arjuna memang sedang mau membantu para Kurawa.” Prabu Yudhistira pun menyerahkan Payung Tunggulnaga kepada Arya Gatotkaca. Sang putra mahkota Pringgondani itu berterimakasih kepada sang uwa dan pamit untuk mengurus pernikahan Sumitra. Beberapa saat setelah Gatotkaca meninggalkan istana, begawan Dorna dan Arjuna datang dengan maksud meminjam payung Tunggulnaga.

Bambang Sumitra meminjam Bale Sasanamulya
Prabu Yudhistira berkata kalau  payung keramat itu sudah dipinjamkan kepada Gatotkaca sebelum kedatangan Arjuna. Arjuna kesal mendengarnya. Para Kurawa yang gagal mendapatkan Payung Tunggulnaga kini tinggal menunggu Bale Sasanamulya.

Di kahyangan, kakek Semar bersama Bambang Sumitra dan Bambang Wisanggeni menemui Batara Indra untuk meminjam Bale Sasanamulya dan para bidadari. Batara Indra mengizinkan "atas permintaan uwa Semar dan mengingat kamu putra dari putra angkatku, aku bersedia meminjamkan Bale Sasanamulya dan para bidadari setuju dengan itu." Batara Indra mengambil sebuah kotak dan berkata kalau Bale Sasanamulya sudah di dalam kotak itu beserta para bidadari di dalamnya. Jika sudah selesai, Sumitra bisa mengembalikannya. Bambang Sumitra berterima kasih dan segera kembali ke Bumi. Di tengah perjalanan kembali ke Amarta, Bambang Sumitra dan rombongan dihalangi para Kurawa yang hendak merebut Bale Sasanamulya. Bambang Sumitra dan kakek Semar kewalahan menghadapi para Kurawa. Bala bantuan pun datang. Bambang Wisanggeni dan Antasena yang sedari tadi mengikuti dari belakang membantu mereka. Para Kurawa pun kakang kabut melarikan diri.

Demikianlah, segala persiapan kini telah terkumpul. Kakek Semar beserta para punakawan lainnya, serta Arya Antareja, Arya Gatotkaca, Arya Antasena, dan Bambang Wisanggeni mengiring keberangkatan Bambang Sumitra menuju Kerajaan Parangkancana. Sesampainya di sana, mereka disambut Prabu Suryasmara sekeluarga. Tampak Bambang Sumitra duduk di atas kuda Ciptawalaha, dengan Payung Tunggulnaga dipegang oleh Gatotkaca di belakangnya. Dibelakang mereka pula, para Pandawa minus Arjuna diiringi para isteri mereka dan putra-putri mereka mengiringi. Tak kurang juga Prabu Sri Kresna diiringi ke sembilan isterinya. Prabu Suryasmara gembira apabila Bambang Sumitra yang berhasil memenangkan sayembara, karena itu berarti keinginannya bisa berbesan dengan Raden Arjuna dapat terwujud. Ia lalu menanyakan tentang persyaratan lain, yaitu Bale Sasanamulya dan bidadari pengiring. Kakek Semar lalu membuka kotak ajaib dari Batara Indra. Sambil menjapa mantra, ia memercikkan air ajaib dalam kotak tersebut ke arah halaman istana Parangkancana.

Pernikahan bambang Sumitra dengan Asmarawati
Seketika muncullah sebuah balai indah dan megah bagaikan turun dari kahyangan. Lalu dari dalamnya pula para bidadari muncul dipimpin Dewi Saraswati dan menjadi pengiring pernikahan. Setelah akad nikah diikrarkan, acara resepsi pun digelar keesokan harinya. Semar pun berganti pakaian sebagai raja dan menjadi koordinator acara pernikahan. Begitupun Gareng, Petruk dan Bagong juga dirias setampan mungkin. Nampak acara pernikahan antara Sumitra dan Asmarawati menjadi pernikahan termegah di muka bumi mengalahkan pernikahan sang ayah dengan Dewi Sumbadra dahulu. Dekorasi bale Sasanamulya ditata sedemikian mewah mirip istana Untarasegara yakni Mahligai Bentukaloka super megah dari Batara Wisnu. Para bidadari yang bermata indah menjadi pengiring dan panitia pernikahannya. Para bidadara yang tampan rupawan menjadi pramusaji dan event organizernya. Para dewa dipimpin Batara Indra dan Kamajaya menjadi penabuh gamelannya. Makanan dan minuman yang tersaji benar-benar berkualitas tiada tara, karena bahan-bahannya dari hutan gunung Kelasa, hutan paling suci di jagat raya milik Batara Guru. Cenderamata pernikahan untuk para tamunya juga tak main-main mahalnya, berupa perhiasan dan selendang emas bertatahkan berlian, intan, permata, dan ratna mutumanikam khas dari kahyangan Rinjamaya.

Namun di tengah pesta, datang Arjuna bersama para Kurawa dan Raden Lesmana Mandrakumara yang sudah memakai pakaian pengantin mengendari kuda hitam yang sangat mirip dengan kuda Ciptawalaha dengan dipayungi payung emas dan diiiringi para wanita cantik. Arjuna datang marah-marah kalau Sumitra sudah curang. Dan menganggap semua syarat sayembara yang dibawa sang putra itu palsu. Prabu Suryasmara lalu menyadarkan besannya itu kalau justru sarana sayembara yang dibawa putranya itu asli dan itu semua hasil usahanya sendiri. Prabu Suryasmara lalu berkata " Arjuna sahabatku, kenapa kau sangat berkeras hati pada putramu yang ini. Kepada Abimanyu, Irawan dan putra-putra lain pun berbeda perlakuan. Abimanyu kau sayangi, Irawan kau kasihi, kepada putra yang lain juga kau cintai tapi kenapa dengan Sumitra malah pilih kasih? Mana keadilan dan kasih sayang kakang sebagai ayah?" Kakek Semar lalu berbisik kepada Prabu Suryasmara sesuatu hal " Gusti prabu, sepertinya ndoro Arjuna kena guna-guna lagi. Makanya dia acuh tak acuh begitu. Gusti harus lakukan sesuatu buat menyadarkan ndoro." Maka Prabu Suryasmara dibantu Arya Wrekodara dan para putranya menyerang para Kurawa. Atas bujukan Dorna, Arjuna maju sebagai wakil para Kurawa. Terjadilah pertempuran antar besan dan saudara sekandung. Keduanya bertarung sengit sehingga di satu kesempatan, Prabu Suryasmara berhasil membuat jari Arjuna terluka dan mengucurkan darah. Seketika, Arjuna jadi linglung sejenak dan bertanya apa yang terjadi. Semar lalu menceritakan semuanya. Arjuna pun tersadar lalu memohon maaf kepada sang putra karena sudah bertindak terlalu jauh dan konyol, lebih mementingkan keinginan orang lain dengan mengorbankan keadilan dan kasih sayang terhadapnya. Bambang Sumitra memaafkan ayahnya dan mengajak sang ayah untuk ikut masuk ke pernikahannya. Karena rencana mereka gagal, para Kurawa lalu berusaha mengacau namun berhasil diusir oleh Arya Wrekodara dan ketiga putranya. Pernikahan Sumitra dan Asmarawati kembali dilanjutkan dengan meriah tanpa satu kendala apapun.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar