Selasa, 15 Agustus 2023

Gatotkaca Winisuda (Brajadhenta Mbalela)

 Hai semua pembaca dan penikmat kisah-kisah pewayangan, kisah kali ini menceritakan penobatan Gatotkaca sebagai raja baru Pringgondani. Penobatan ini terganggu dengan memberontaknya Brajadhenta karena hasutan Sengkuni.Kisah ini mengambil sumber dari blog albumkisahwayang.blogspot.com dan blog caritawang.blogspot.com.

Karena sudah cukup umur dan pengalaman, Maharani Arimbi, permaisuri Pringgondani akan turun takhta digantikan oleh putranya, Gatotkaca. Sementara itu, adik nomor dua sang Arimbi yakni Adipati Brajadhenta kedatangan Patih Sengkuni. Sang patih Hastinapura itu berkata " gusti Brajadhenta, kok enak sekali anda menyerahkan takhta kepada orang yang tidak berhak?" " Apa maksudmu, Patih? Siapa yang tidak layak?" Patih Sengkuni berkata kalau pelantikan Gatotkaca sebagai raja Pringgondani adalah tidak tepat karena putra laki-laki Prabu Tremboko masih hidup dan lagi, kakak perempuannya itu bisa menjadi Maharani disebabkan Arimba, kakak tertua mereka terbunuh oleh campur tangan Bratasena yang kini menjadi suami Arimbi. Dan lagi, Gatotkaca dinilai tidak layak karena terlalu muda. " Kau benar juga, Patih. Ini tidak benar." Lalu datang Arya Brajamusthi, sang adik mengundang sang abang agar hadir di pelantikan sang keponakan. Brajadhenta sudah menentukan sikap" aku tidak setuju kalau ananda Gatotkaca jadi raja baru Pringgondani. Seharusnya kita sebagai putra-putra rama prabu Tremboko." Brajamusthi berkata " kakang ngomong apa sih...tempo hari kita semua sepakat tapi kenapa sekarang kakang berubah pikiran?" Adipati Brajadhenta berkata kalau hanya ia atau anak-anak kandung Prabu Tremboko yang pantas jadi raja Pringgondani. Brajamusthi menyarankan agar sang abang mau menjernihkan pikiran dulu, jangan gampang termakan omongan. Brajadhenta marah-marah lalu mengusir Brajamusthi.

Brajamusti merasa tidak ada gunanya berlama-lama lagi. Ia pun mohon pamit kembali ke Kerajaan Pringgondani.

Setelah Arya Brajamusti pergi, Patih Sengkuni memberi saran agar Adipati Brajadhenta tidak membiarkan adiknya itu melapor kepada Arimbi. Maka prajurit kadipaten Glagahtinunu dikerahkan menggempur Arya Brajamusthi dan pasukannya. Singkat cerita, terjadilah perang antara koalisi pasukan Glagahtinunu Brajadhenta dan para Kurawa melawan pasukan Pringgondani dikomandoi Brajamusthi.

Sementara itu, Gatotkaca pergi berziarah ke candi pendharmaan kakeknya, yakni Prabu Tremboko di Pringgondani dan Prabu Pandhu Dewanata di perbatasan negara dekat Hastinapura.

Gatotkaca bertemu sukma dua kakeknya
Semoga dengan ziarah ke pendharmaan, ia bisa jadi raja yang sama bijaknya dengan kedua-dua kakeknya itu. Ketika hendak pergi meninggalkan pendharmaan, ada suara yang memanggil manggil Gatotkaca. Tak lama, muncullah dua sosok, yang satu berwujud laki-laki tinggi besar dan satunya lagi lelaki berbadan ramping. Mereka tak lain adalah sukma Prabu Tremboko dan Pandhu Dewanata. Seumur hidup baru kali ini Gatotkaca melihat wajah kakeknya, meskipun tampak samar-samar antara ada dan tiada. Ia pun segera manembah bakti kepada dua kakeknya itu dengan perasaan haru.

Setelah memberikan restu kepada cucunya itu, roh Prabu Tremboko pun bercerita tentang dirinya "cucuku, dulu pernah aku berguru kepada Pandhu." Pandhu Dewanata pun melanjutkan, "benar kakang Tremboko, Saat itu aku memberikan kakangku ini ilmu kesaktian berupa Aji Brajadhenta dan Aji Brajamusthi. Karena belajar ilmu tersebut, tiba-tiba dari paha kiri dan kanannya keluar dua bayi raksasa. Kakekmu Tremboko pun menjadikan mereka sebagai putra." Prabu Tremboko lalu berkata " aku sedih harus mengatakan ini. Tapi kau harus siap. Sekarang kau sebagai cucuku dan cucu kakang Pandhu akan dilantik menjadi raja Pringgondani. Itu artinya usia Brajadhenta dan Brajamusthi mungkin tidak akan lama lagi. Mereka akan segera musnah, kembali sebagai ilmu kesaktian yang bersatu dalam dirimu, Gatotkaca." Pandhu juga berkata " sekarang ini juga, Patih Sengkuni yang dulu pernah mengobrak-abrik persahabatan kami akan sekali lagi mengobrak-abrik kedamaian dan keutuhan dalam dinasti keluarga Braja... Ada perang anatara Pringgondani dengan Glagahtinunu semua berkat komporan Sengkuni."

Gatotkaca prihatin mendengarnya. Ia lalu berkata "duh eyangku berdua....aku tak sanggup kalau harus membuat pilihan sesulit ini. Ibarat makan simalakama, tak makan mati ayah dimakan mati ibu....semua serba salah. Aku tidak ingin keduanya terluka. Lebih baik aku mengundurkan diri daripada kehilangan kedua pamanku. Dengan begitu, perang akan berhenti." Prabu Tremboko menegur cucunya itu. "Cucuku, meski kau tidak melawan atau mundur jabatan dari calon raja, pamanmu juga past akani tiada, entah besok atau kapanpun. Tak ada yang abadi di dunia fana ini. " "Benar kakang Tremboko, pilihan ini memang sulit, tapi kalau tidak memilih hasilnya juga akan lebih sulit. Justru apabila kamu menolak menjadi raja, yang kasihan adalah rakyat jelata yang tidak mempunyai seorang pemimpin yang cakap. Takdir ini sudah ditentukan begini begitunya. Mau sebagaimana pun kita hendak mengubah jalannya takdir, tetap saja Brajadhenta dan Brajamusthi akan mati karena saling bertarung. Cucuku, sekarang mantapkan lah hatimu. Kami selaku kakekmu akan selalu mendukung jalanmu." Gatotkaca memantapkan hatinya dan bertekad membantu pasukan Pringgondani.

Di tengah-tengah perang, Arya Brajamusthi terdesak oleh kesaktian Adipati Brajadhenta. Pasukan Pringgondani mulai terdesak. Arya Wrekodara, Maharani Arimbi, Arya Brajawikalpa dan Arya Prabakesha juga turut membantu Arya Brajamusthi. Arimbi segera berubah wujud kembali sebagai raksasi dan menyerang Brajadhenta " adhiku.....kenapa kau segitunya dengan anakku, dia juga keponakanmu? Lagipun, Ini sudah kesepakatan kita bersama dulu. Baiknya kau menyerah baik-baik. Aku tidak ingin ada permusuhan diantara keluarga kita." " Persetan Arimbi! Aku tetap tidak setuju kalau Gatotkaca jadi raja di Pringgondani." Mau sekuat apapun Arimbi, tetap dia akan terdesak juga karena kalah pengalaman dengan adiknya. Ia pun kembali ke wujud cantiknya. Arimbi mulai menggunakan sihirnya. Ia menciptakan ilusi sehingga waktu di sekitarnya melambat. Dengan waktu yang melambat, Arimbi berusaha menyembuhkan para prajurit yang terluka dan memberikan waktu pada Arya Brajamusthi untuk memulihkan diri. Lalu datanglah Gatotkaca membantu pasukan Pringgondani. Arya Wrekodara dan Maharani Arimbi menyambut kedatangan putranya itu. Gatotkaca menjelaskan kalau ia mendapat pesan dari dua kakeknya, Prabu Tremboko dan Prabu Pandhu Dewanata kalau akan ada dua orang yang akan tiada dalam perang ini. Namun seketika wajah Gatotkaca menjadi murung dan menyimpan beban. Maharani Arimbi dan Arya Wrekodara bertanya " waaa...anakku, kalau memang ana seng harus tiada dalam perang, iku suatu kewajaran. Tapi lapo’o saiki awakmu malah merengut?" lama Gatotkaca diam, bergeming seribu bahasa. Lalu, Arya Brajamusthi pun bangkit berdiri dan berkata " ini pasti tentang nasib ku dan kakang Brajadhenta. Orang yang dimaksud rama prabu dan rama besan itu kami. Kami lahir dari ajian kesaktian maka kami akan kembali sebagai aji kesaktian. Aku punya keinginan terakhir, izin kan aku kembali bertarung melawan kakang Brajadhenta." Terkejutlah seluruh keluarga Braja. Maharani Arimbi memohon agar sang adik tidak mengorbankan diri, tapi sebelum berhasil, tangannya ditepis oleh putranya. Dengan mata sembap, Gatotkaca berkata "ibu, sudah...ini sudah keputusan paman Brajamusthi. Tolong hargai keinginan terakhir paman sekali ini saja. Aku juga akan turut membantunya. Anggap saja ini ujian pertamaku sebagai raja baru." Arimbi paham meskipun ia sadar akan berduka lagi setelah ini. Sang putri Tremboko itu segera melepas ilusi sihirnya dan waktu pun kembali berjalan normal.

Gatotkaca memantapkan hati, lalu ia dan Brajamusthi maju menerjang Adipati Brajadhenta untuk memberikan kesempatan kepada ayah, ibu dan dua pamannya juga para prajurit untuk mundur. Setelah keluarganya aman, Gatotkaca pun menyembah Adipati Brajadhenta dan meminta maaf atas serangannya tadi. Ia berkata " ampun pamanku, aku ikhlas menyerahkan takhta Pringgondani asalkan paman berhenti merusak negara sendiri dan mau menyerah baik-baik." Brajadhenta justru marah mendengarnya. Peduli setan, Gatotkaca! Aku tidak sudi menerima belas kasihanmu. Yang aku inginkan hanyalah menunjukkan kepada rakyat kalau aku lebih pantas jadi raja daripada yang lain. Sekarang aku tantang kau, Gatotkaca untuk bertanding. Kita tentukan siapa yang lebih unggul dan lebih layak memimpin negara!" Usai berkata demikian, Adipati Brajadhenta pun menyerang Gatotkaca. Pertarungan pun terjadi. Gatotkaca hanya menghindar dan sesekali menangkis serangan pamannya, tanpa membalas sama sekali. Hal itu membuat dirinya lama-lama terdesak. Hingga akhirnya, Adipati Brajadhenta mengerahkan Aji Gelap Sakethi membuat tubuh Gatotkaca terlempar ke udara. Seketika, Arya Brajamusthi menolong keponakannya itu lalu ia maju menerjang sang kakak. Gatotkaca tak kuasa menahan kesedihannya lebih-lebih kali ini sebelum sang paman melawan, ia sempat melambaikan senyumnya.

Tapi sepertinya Arya Brajamusthi semakin terdesak. Kesaktian sang kakak tak main-main. Sebagai pilihan terakhirnya, Ia pun segera bertukar wujud sebagai cahaya dan merasuk ke tubuh Gatotkaca lewat tangan kiri. Seketika Gatotkaca kerasukan dan ia menyerang Adipati Brajadhenta dengan sangat kuat. Adipati Brajadhenta kembali menyerang Gatotkaca dengan gencar. Meski sedang kerasukan, Gatotkaca masih bisa memiliki kesadarannya. Ia pun hanya menangkis dengan tangan kanan karena masih bimbang jika harus kehilangan kedua paman. Namun, lama-lama serangan Brajadhenta semakin dahsyat, membuat Arya Gatotkaca terus terdesak. Pada saat-saat genting itulah, tanpa disadari Gatotkaca, ia secara spontan menggerakkan tangan kiri. Tangan kirinya itu tepat menghantam dada Adipati Brajadhenta. Seketika Adipati Brajadhenta pun roboh kehilangan nyawa. Bersamaan itu pula, Arya Brajamusthi keluar dari tangan kiri keponakannya itu dalam keadaan sekarat.

Gatotkaca menangis di samping kedua pamannya. Dipegangnya tangan Arya Brajamusthi yang masih hangat namun nafasnya sudah tersengal berat." Duh paman....duh nasibku malang merana.....harusnya tidak begini caranya....aku harus bilang apa pada ibu nanti...." Suara tangisan Gatotkaca terdengar dan menarik perhatian semua orang. Arimbi yang baru datang diikuti Brajawikalpa, Prabakesha dan Kalabendana seketika jatuh terduduk dan menumpahkan duka kehilangan dua orang yang mereka kasihi. Tiba-tiba Gatotkaca melihat sukma Adipati Brajadhenta berdiri di hadapannya. Sukma Adipati Brajadhenta menghibur Gatotkaca agar jangan bersedih hati. "Anakku...jangan susah hati....dengan cara kematianku dan Brajamusthi. Mungkin dengan cara ini memang lebih baik. Kami mati sebagai kesatria bukan sebagai makhluk hina......Ramalan dari kakekmu itu sudah lama ku dengar makanya dengan cara berperang ini, aku bisa mati dengan cara yang terhormat...sudah Gatotkaca, jangan terlalu sesali aku....aku pergi juga tidak sendiri lagi..." Tiba-tiba apa yang dikatakan Adipati Brajadhenta terjadi. Badan Arya Brajamusthi mendadak dingin dan kehilangan nafas.

Ajian Brajadhenta dan Brajamusthi
Maka gugur pula Arya Brajamusthi menyusul kakaknya. Bertambah lah kesedihan keluarga Braja. Sukma dari Arya Brajamusthi seketika muncul di sebelah Adipati Brajadhenta. Ruh itu mengelus badan Gatotkaca dan berkata " anakku..jangan tangisi kematian kami berdua....ini sudah bagian dari tugas kami yang terakhir......sekarang tugasku dan kakang Brajadhenta sebagai manusia telah selesai. Sekarang aku titipkan seluruh kesaktianku dan kesaktian kakang padamu. Badan halusku akan bersatu di tangan kirimu dan badan halus kakang akan bersatu di tangan kananmu. Aku mohon padamu, keponakanku jangan pernah lupakan kami. Baik hidup atau pun mati, kami tetap ada di sampingmu dan selalu menjagamu." Seketika, muncul cahaya yang merasuk ke kedua tangan Gatotkaca. Cahaya yang masuk ke tangan kanan menjadi ajian kilat Brajadhenta dan yang masuk ke tangan kiri menjadi ajian guntur Brajamusthi.

Setelah gugurnya kedua pamannya, Gatotkaca memimpin pemakaman kedua pamannya dengan upacara kenegaraan yang khidmat. Dengan berhiaskan bunga yang ditaburkan para dewa. Bahkan para dewa sendiri pun menangisi kepergian dua sosok Adipati dan Senopati pemberani dari negara Pringgondani. Singkat cerita, setelah pemakaman selesai, upacara penobatan Gatotkaca sebagai raja pun digelar. Di undanglah seluruh negara di seantero Jawadwipa. Prabu Matsyapati, sang raja negara Wirata selaku raja tertua pun memimpin upacara. Prabu Kresna dan Prabu Baladewa pun ikut menjadi panitia prosesi upacara. Mereka berdua menyiramkan air kembang tujuh rupa, susu, arak manis dan yang terakhir dengan air suci dari bengawan Gangga ke kepala Gatotkaca tanda bentuk pemurnian dan penyucian sebelum menjadi raja. Lalu dilanjutkan dengan doa bersama dipimpin Maharesi Bhisma, Maharesi Abiyasa, Begawan Jayawilapa, dan Begawan Sidiwacana. Gatotkaca pun naik ke takhta singgasananya dan dipakaikan mahkota oleh Prabu Yudhistira.

Gatotkaca menjadi raja Pringgondani
Nampak gagah lah Gatotkaca memakai mahkota itu. Mulai saat itu, Gatotkaca resmi menjadi raja Pringgondani bergelar Prabu Purbaya alias Prabu Krincingwesi. Namun Gatotkaca meminta agar ia tetap dipanggil Prabu Gatotkaca. Untuk nama gelarnya akan dipakai di acara resmi saja. Setelah dilantik sebagai raja, Prabu Gatotkaca juga melantik patih baru yakni Patih Prabakesha dan Adipati baru Glagahtinunu yakni Adipati Wêsiaji, putra Adipati Brajadhenta . Untuk mengisi jabatan senopati baru, Arya Brajawikalpa pun ikut dilantik. Namanya juga diganti jadi Arya Prabagati. Sedangkan Arya Kalabendana jadi kepala rumah tangga kerajaan yang baru.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar