Sabtu, 03 Juni 2023

Samba Krama

 Hai semua penikmat dan pembaca kisah-kisah pewayangan, kisah kali ini akan mengisahkan usaha Samba dalam sayembara mendapatkan Dewi Sunggatawati, yakni mencari kidang kencana samparan rekta. Usaha ini juga sempat dihalangi oleh Prabu Boma Sitija. Kisah ini mengambil sumber dari blog albumkisahwayang.blogspot.com dengan pengubahan dan penyelarasan seperlunya.

Prabu Kresna dihadap Patih Udawa, Arya Sencaki, Prabu Baladewa, dan isteri ketiganya, Dewi Jembawati membahas tentang sikap Raden Samba yang terus menyimpan rasa tidak suka pada Dewi Radha dan Dewi Rukmini. Dewi Jembawati membela putranya, kalau itu wajar seorang anak membela ibunya yang diduakan orang lain. Prabu Kresna sekali lagi meminta maaf kepada istrinya itu jika selama ini sikapnya kurang baik atau bertindak kurang adil di antara ke semua isterinya. Sang raja Dwarawati itu tak lupa menasehati isteri ketiganya itu agar selalu bisa mengingatkannya untuk lebih membuka hati. Prabu Baladewa punya pendapat lain kalau sikap Samba demikian karena ia belum dewasa. Mungkin dengan menikah, pikiran Samba akan terpecah dengan harapan, perasaan tidak suka itu akan berkurang. Kebetulan, Dewi Sunggatawati, putri Arjuna yang dulu datang ke Dwarawati tempo hari sudah dijodohkan dengan Samba. Sekarang, Prabu Baladewa akan datang ke Madukara mewakili Raden Samba untuk menagih perjodohan tempo hari.

Sesampainya di Madukara, lagi-lagi Prabu Baladewa bertemu dengan Patih Sengkuni dan Begawan Dorna. Tujuan mereka juga menjodohkan Raden Lesmana Mandrakumara dengan Dewi Sunggatawati. Lalu datanglah Arjuna dan putrinya, Dewi Sunggatawati. Prabu Baladewa lalu menghaturkan segala hasil bumi kerajaan Dwarawati dan meminta Arjuna menepati janji untuk menikahkan Samba dengan Sunggatawati. Patih Sengkuni lagi-lagi mengejek Prabu Baladewa " ya ampun, nak Baladewa....lagi-lagi melamarkan anak orang....kapan anak sendiri diperhatikan jodohnya....." Prabu Baladewa marah " keluargaku urusanku, paman......paman tidak berhak mencampuri urusan keluarga orang lain...lha paman sendiri lebih sering ngurusin keluarga keponakan tercinta dari pada keluarga sendiri....." Terjadilah keributan di balairung kadipaten Madukara. Namun berhasil ditenangkan Patih Surata dan Patih Sucitra. Arjuna lalu berdiskusi dengan putrinya bagaimana sebaiknya. Setelah selesai berdiskusi, Dewi Sunggatawati menyampaikan isi hatinya " karena sekarang yang melamarku ada dua orang, aku akan membuat sayembara diantara dua pelamar. Siapapun yang bisa menggembalakan segerombol kidang kencana samparan rekta, maka aku bersedia menjadi istrinya. Kidang kencana samparan rekta itu harus ditangkap sendiri." Prabu Baladewa dan Patih Sengkuni tidak protes. Mereka pun pergi untuk menyampaikan hal itu kepada para calon suami Sunggatawati.

Prabu Baladewa telah sampai di Dwarawati. Ia menceritakan semua yang ia dapat dari Madukara termasuk keinginan Dewi Sunggatawati melihat segerombol kidang kencana samparan rekta sebagai mas kawin. Raden Samba termangu mendengarnya. Baru kali ini seorang Samba hanya bisa terdiam membisu. Mencari kidang kencana saja sudah sulit, apalagi yang kakinya merah (samparan rekta). Dewi Radha dan Dewi Jembawati memberikan semangat kepada Samba. Dewi Radha lalu berkata " coba ananda bertanya pada kakek ananda, Resi Jembawan. Dia pasti tau tentang kidang kencana samparan rekta itu berada." Raden Samba yang sebelumnya sangat antipati kepada Radha kali ini jadi anak penurut....bagaimanapun Samba tidak bisa terus membenci Radha tanpa alasan. Maka ia mulai berdamai dengan rasa tidak sukanya. Samba pun berterima kasih kepada ibu tirinya itu. Ia pun berangkat ke pertapaan Gandamadana, tempat kakak dan kakeknya tinggal.

Sesampainya di pertapaan, Raden Samba segera menghadap sang kakek, yaitu Resi Jembawan, beserta kakak kandungnya, yaitu Bambang Gunadewa. Ia pun bertanya "ampun kakek resi, apa kau tau soal kidang kencana samparan rekta?" Resi Jembawan pun menjawab " aku tau, cucuku. Mereka hewan langka yang tinggal di sekitar gunung Untarayana. Untuk menjinakkan mereka, harus dengan cara lembut." Raden Samba langsung paham maksudnya cara lembut. Raden Samba berterima kasih kepada sang kakek, lalu mohon restu berangkat menuju ke gunung tersebut.

Singkat cerita, Samba telah tiba di kaki Gunung Untarayana sebelah barat. Setelah menyusuri jalur yang diceritakan Resi Jembawan, ia akhirnya melihat gerak-gerik ada sepasang kijang berbulu emas, berkaki merah lalu pasangan kijang masuk ke dalam hutan. Itulah kidang kencana samparan rekta yang dimaksud. Ketika mengikutinya, Raden Samba kaget menemukan satu gerombolan. Bulu mereka emas menyala begitu ditimpa sinar matahari dengan kaki kemerahan bagaikan bunga mawar.

Samba memikat kidang kencana samparan rekta
Samba terpukau tak percaya menyaksikan di dunia ini ternyata ada binatang sejenis itu. Ia lalu melompat menyergap, namun sekelompok kidang ini ternyata lincah dan gesit, mampu menghindar dari tangkapannya. Samba lalu berlari mengejar kidang kencana samparan rekta. Namun, semakin dikejar, kidang kencana tersebut justru semakin kencang larinya. Raden Samba lalu teringat pada pesan kakeknya agar jangan menangkap kidang ini menggunakan kekerasan. Ia pun berhenti mengejar dan duduk di atas batuan gunung. Ia segera mengambil bambu dan memotongnya, lalu dilubangi, diubah, dan diukir sedemikian rupa hingga menjadi seruling. Raden Samba pun meniupkan serulingnya. Lagu dan tembang yang mengalun dari bilah-bilah serulingnya mengalun indah. Seketika, sekelompok kidang kencana tadi berhenti berlari kabur malah sekarang mereka mengikuti alunan nada seruling yang disenandungkan Samba. Para kidang Kencana itu semakin mendekati Samba dan perlahan, Samba berhasil mengelus mereka dan jinaklah kidang-kidang itu. Sepanjang jalan, Samba meniup seruling bersama segerombol kidang kencana mengikuti di belakangnya.

Namun datang gangguan dari para Kurawa dan radèn Lesmana Mandrakumara. Juga datang di sana Prabu Boma Sitija. Raden Samba kaget kakaknya membela Raden Lesmana Mandrakumara. Sepertinya kakaknya telah dipengaruhi. Prabu Boma Sitija berkata " adhiku, Samba. Serahkan kidang-kidang kencana itu kepada Lesmana. Aku berjanji akan mencarikan wanita yang jauh lebih cantik dari Sunggatawati." Raden Samba lalu berkata kepada kakaknya " kakang Sitija, tolong jangan jodoh saya. Apa kakang iri karena Dinda Siti Sundari dan kakang Partajumena sudah menikah lebih dulu? Jodoh pasti akan bertemu dengan caranya" Prabu Boma Sitija merasakan makjleb di dadanya. Pada dasarnya Prabu Boma Sitija memang sayang kepada adiknya, namun karena dikompori oleh Patih Sengkuni, ia pun menyerang Samba dan kidang-kidang kencananya. Raden Samba terpaksa menggunakan ajian tapak Lindu Bumi. Seketika bumi bergetar dan membuat prabu Boma Sitija limbung. Seketika, ia tersadar dan balik membantu Samba. Para Kurawa merasa dikhianati lalu balik menyerang Samba dan Boma Sitija. Sebagian para Kurawa juga membuat kidang-kidang kencana itu tercerai berai. Namun berkat suara seruling yang ditiupkan Samba, kidang-kidang kencana samparan rekta mengikuti perintah Samba. Kidang-kidang jantan menyeruduk para Kurawa dan Radèn Lesmana Mandrakumara. Para Kurawa dibuat kalang kabut dan lari menyelamatkan diri. Raden Lesmana Mandrakumara ketinggalan dan hendak diperdaya dengan suara seruling Samba. Seketika, Raden Lesmana Mandrakumara linglung. Dengan keadaan linglung begitu, Samba membuat pangeran cengeng itu malu. Para Kurawa baru sadar kalau keponakan tersayang mereka tertinggal dan mereka mendapati Lesmana Mandrakumara sedang asik memeluk pohon sambil setengah sadar.

Singkat cerita, Raden Samba dan Prabu Boma Sitija tiba di Kerajaan Dwarawati. Prabu Kresna dan Dewi Jembawati bangga dengan keberhasilan Samba yang sudah berusaha sendiri mendapatkan jodohnya. Bahkan Dewi Radha turun dan memeluk Samba karena sang putra Jembawati itu berhasil dan kembali pulang tanpa kurang satu apapun. Raden Samba terkesan mendengar perhatian sang ayah dan dua ibunya itu kepadanya. Samba tidak menyangka kalau Dewi Radha sangat khawatir dengannya. Samba berdamai dengan rasa tidak sukanya.

Keesokan harinya di Madukara, Arjuna dan segenap keluarga besar Pandawa menyambut kedatangan rombongan pengantin pria dari Kerajaan Dwarawati. Tampak Raden Samba berpakaian pengantin lengkap memainkan seruling dengan di belakangnya kidang-kidang kencana samparan rekta mengikutinya, diiringi Prabu Kresna, Prabu Baladewa, Dewi Radha, Dewi Rukmini Dewi Jembawati, Dewi Setyaboma, Prabu Boma Sitija, Arya Setyaki, Patih Udawa, Patih Pragota, dan Arya Prabawa. Dewi Sunggatawati melihat persyaratan yang ia minta sudah terpenuhi dan ia juga dapat mengetahui bahwa hewan tersebut benar-benar ditangkap sendiri oleh Raden Samba. Arjuna pun meresmikan pernikahan antara Raden Samba dengan Dewi Sunggatawati. Semua orang ikut berbahagia merayakannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar