Jumat, 16 Juni 2023

Brantalaras Krama

 Hai semua pembaca dan penikmat cerita pewayangan, kali ini penulis akan mengisahkan pernikahan Bambang Brantalaras, putra Arjuna dan Larasati dengan Dewi Karnawati, putri sulung Adipati Karna. Sumber yang dipakai berasal dari blog albumkisahwayang.blogspot.com dengan pengubahan seperlunya.

Dikarenakan peristiwa penikaman Danasalira tempo hari, hubungan Arjuna dan Adipati Karna makin merenggang dan saling bersitegang. Namun hal mengejutkan terjadi. Bambang Brantalaras berkata pada ayahnya kalau ia jatuh cinta kepada Dewi Karnawati, putri sulung Adipati Karna dengan Dewi Wrusali. Arjuna marah-marah karena Brantalaras justru jatuh cinta pada putri musuhnya itu. Arjuna memang mengakui kalau Karna adalah kakaknya tapi ia sudah dibuat sakit hati dengan tindakan Karna menikam Danasalira. Brantalaras sangat kecewa keinginannya ditolak sang ayah. Kakek Semar saat itu mendampingi Brantalaras berkata " duh....ndoro...jadi orang jangan gampang terbawa amarah. Jangan karena sakit hati, perasaan anak malah dikorbankan....." kakek Semar pun bertanya pawa Brantalaras bagaimana kejelasan hubungan mereka. Brantalaras berkata " hubungan kami sudah jelas. Kami sudah saling mencintai, kakek. Tinggal dinda Karnawati mau atau tidak melanjutkan hubungan ini." Arjuna makin marah mendengarnya. Arjuna tetap pada keputusan finalnya "Kau Sudah Melangkahiku!! Pokoknya Brantalaras! Putuskan Hubunganmu Dengan Karnawati. Ayah Tidak Sudi Punya Besan Musuhku Sendiri!!" Brantalaras makin berduka maka ia meninggalkan istana Madukara disusul dengan Kakek Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.

Di Kadipaten Awangga, Adipati Karna duduk dihadap kedua putranya, yaitu Raden Warsasena dan Arya Warsakusuma, serta Patih Hadimanggala, Arya Druwa, dan Arya Jaya. Tidak lama kemudian datanglah rombongan dari Kerajaan Hastina yang dipimpin Prabu Baladewa, Begawan Dorna, dan Patih Sengkuni. Adipati Karna pun menyambut mereka dengan penuh penghormatan. Prabu Baladewa mengatakan bahwa ia datang mewakili Prabu Duryudhana untuk meminang Dewi Karnawati sebagai istri Lesmana Mandrakumara. Beberapa bulan yang lalu Dewi Lesmanawati dan Arya Warsakusuma sudah dinikahkan. Hubungan persaudaraan antara Adipati Karna dengan Prabu Duryudhana tentu akan lebih erat lagi apabila Lesmana pun dinikahkan dengan Dewi Karnawati. Belum sempat Adipati Karna menjawab, tiba-tiba datang panakawan Petruk membawa hasil bumi berupa palawija dan buah-buahan. Petruk pun menyembah hormat kepada tuan rumah dan para tamu, kemudian menyampaikan maksud kedatangannya, “ampun ndoro dipati. Terimalah hasil bumi Amarta. Kedatangan saya kemariingin meminang Dewi Karnawati sebagai calon istri, ndoro Brantalaras, anaknya ndoro Arjuna.” Prabu Baladewa marah-marah dan menyuruh Petruk pulang saja dan menyuruh Brantalaras cari wanita lain saja. Terjadilah perdebatan. Hampir-hampir perdebatan itu berubah jadi pertengkaran namun datanglah 4 putra Wrekodara yakni Antareja, Gatotkaca, Antasena, dan Srenggini. Mereka melindungi Petruk atas perintah Semar. Adipati Karna lalu melerai mereka. Suasana kembali kondusif dan sang adipati memanggil putrinya itu. Dewi Karnawati lalu memberikan keputusannya "ampun rama adipati, putrimu ini sudah punya jawaban atas perjodohan ini. Aku hanya akan bersedia menikah dengan orang yang bisa membawakan pemilik Kuku Pancanaka untuk mencukur rambut sinomku." Patih Sengkuni meremehkan Karnawati "anak manis.....kau ini masih bau kencur, nikah kok pakel sayembara segala." Petruk balas mengejek Sengkuni " Patih...kau ini sebenarnya berani atau takut....apa kau sudah menyerah dengan yang namanya sayembara....gagal bolak-balik gara-gara sayembara." Adipati Karna lalu menegaskan lagi " maafkan aku paman patih dan paman Petruk....keputusan putriku ini sudah final. Aku harap pangeran kalian sanggup memenuhi sayembara ini." Petruk dan Prabu Baladéwa menyatakan sanggup dan mereka pun segera pamit pergi untuk memberitahukan hasil pertemuan mereka.

Di Jodipati, Arya Wrekodara kedatangan Prabu Baladewa, Patih Sengkuni, dan Begawan Dorna. Mereka datang mewakili Prabu Duryudhana meminta bantuan Arya Wrekodara untuk meminjam dirinya sebagai tukang cukur bagi Dewi Karnawati. Ini semua demi pernikahan Lesmana Mandrakumara. Arya Wrekodara agak keberatan " lah dalah....bapa guru dan kakang guru, permintaan putri kakanda Karna aneh-aneh..... masa iya aku seorang kesatria petarung disuruh jadi tukang cukur." Patih Sengkuni mengungkit-ungkit masa lalu " lha, Sena...mana balas budi kepada dua gurumu....melaksanakan perintah guru itu sama mulianya dengan melaksanakan perintah orang tua. Tunjukan balas budi dan pengabdian mu." Arya Wrekodara kemakan ucapan Sengkuni. Mau tidak mau ia harus ikut kepada pihak Kurawa. Di saat yang sama, datanglah Petruk, Bambang Brantalaras dan empat putra Wrekodara. Mereka juga mengajukan permintaan agar Arya Wrekodara ikut dengan mereka sebagai tukang cukur namun Patih Sengkuni mengatakan sudah terlambat buat mereka karena Arya Wrekodara sudah bersedia ikut mereka. Gatotkaca bertanya kepada ayahnya " rama ini tidak bohong, kan....masa rama gak mau menolong Adhi Brantalaras?" Arya Wrekodara berbicara setengah berbisik" Ramamu gak bohong....Rama juga kepeksan iki gara-gara lambene si Sengkuni." Usai berkata demikian, Arya Wrekodara lalu ikut rombongan Prabu Baladewa menuju Hastinapura.

Brantalaras jatuh terduduk. Ia putus asa karena sudah gagal memperjuangkan cintanya dengan Karnawati. Gatotkaca berusaha menenangkan adik sepupunya itu namun yang ada Brantalaras makin kehilangan semangatnya. Raden Antareja, Raden Antasena, dan Bambang Srenggini ikut masuk dan bertanya apa yang terjadi. Raden Gatotkaca menjelaskan semuanya, bahwa ayah mereka sudah terlanjur mengabulkan permintaan Prabu Baladewa dan Begawan Dorna. Sekarang Brantalaras merasa putus asa dan kehilangan semangat. Antareja dan Srenggini dibuat geram "paman Sengkuni kembali memanipulasi ayah lewat balas budi...ayo adhi Srenggini. Kita jemput ayah" "benar kakang Antareja......akan ku sumpal lagi mulut si Sengkuni itu. " Dua putra Wrekodara itu ingin menjemput paksa ayah mereka agar ikut mereka namun Antasena bilang " sabar kakang! sabar adhi! Jangan gegabah dulu. Bapak bukan bola yang bisa diimbal-imbal. Walau kita berhasil gawa bapak balik, bapak juga tidak bisa lepas tanggung jawabnya. Kita cari dalan liyane." Antareja balas bertanya "lalu apa kau punya cara membebaskan kesulitan adhi Brantalaras." Antasena menjawab " aku gak tahu, tetapi adik kita yang satu itu pasti tahu." Usai berkata demikian, ia lalu mengheningkan cipta mengerahkan Aji Pameling sambil menyebut nama Bambang Wisanggeni. Seketika Bambang Wisanggeni pun hadir di hadapan mereka. Setelah saling memberi salam, Antasena menceritakan semuanya dari awal hingga akhir. Bambang Wisanggeni lalu berkata "waduh...kalau begitu hal ini tidak bisa ditunda-tunda lagi. Cepat persiapkan kakang Brantalaras. Kita akan ke Karangtumaritis." Wisanggeni segera menggunakan teleportasi dan memindahkan mereka semua ke desa.

Begitu sampai di desa Karangtumaritis, persiapan pun dipersiapkan. Oleh bantuan kakek Semar, Nyai Sutiragen dan para penduduk wanita, Brantalaras didandani setampan mungkin. Sedangkan Wisanggeni akan memanggil Resi Hanoman kemari. Srenggini bertanya "lha adhi....ada urusan apa Resi Hanoman sampai dihadirkan?" "Sudahlah, kakang Srenggini...persiapkan dulu kakang Brantalaras.... nanti kalian pasti tahu." Ia lalu mengheningkan cipta dan mengerahkan Aji Pameling, sambil mengubah suaranya menjadi mirip suara kakek Semar untuk memanggil Resi Hanoman agar segera datang ke Desa Karangtumaritis. Singkat cerita, Resi Hanoman datang kepada Semar. Ada apa sampai ia dipanggil. Semar berkata bukan dia yang memanggil tapi Wisanggeni yang menyamarkan suaranya. Resi Hanoman bertanya " anakku Wisanggeni, ada perlu apa mendatangkan aku sampai harus menyamarkan suaramu dengan kakek Semar segala." Bambang Wisanggeni pun berkata “apa yang dialami kakangku Brantalaras memerlukan bantuanmu, Hanoman.”. Wisanggeni menceritakan segala kejadian mulai dari sayembara Dewi Karnawati hingga Arya Wrekodara yang dijebak untuk membantu Kurawa. Setelah menceritakan semuanya, Resi Hanoman bersedia meminjamkan Kuku Pancanaka miliknya “ Ok kalau begitu. Aku bersedia meminjamkan Kuku Pancanaka milikku tapi hanya sehari semalam saja.” Wisanggeni dan Brantalaras menyanggupi. “Tentu paman Hanoman. Waktu sehari semalam sudah lebih dari cukup untuk memenuhi sayembara dinda Karnawati.” Singkat cerita, Wisanggeni memanggil Petruk.

Petruk didandani menjadi mirip Wrekodara
Dengan kesaktiannya, Wisanggeni mendandani Petruk sehingga mirip dengan Arya Wrekodara dan memasangkan Kuku Pancanaka miliknya Hanoman ke jari jempolnya. Persiapan sudah selesai. Brantalaras bisa segera berangkat. Brantalaras berniat mengajak adiknya " adhi, kau gak ikut kami?" Wisanggeni menolaknya dengan halus " Gak apa-apa....aku datang belakangan aja. Masih ada tugas yang harus ku lakukan." Wisanggeni pun berpisah jalan dengan rombongan Brantalaras.

Tugas yang harus dijalankan Wisanggeni itu yakni mengganggu perjalanan pihak Hastinapura. Wisanggeni pun bertukar wujud sebagai dênawa hutan. Dênawa itu mengganggu perjalanan dengan menculik Raden Lesmana Mandrakumara. Arya Wrekodara mengejarnya hingga jauh. Namun ketika dicari rupanya putra Duryudhana itu disesatkan dan si pangeran manja itu disangkutkan di atas pohon bambu. Begitu tugasnya selesai, ia segera menyusul rombongan abangnya itu. Sementara itu, pihak Brantalaras sudah sampai duluan di Awangga. Adipati Karna menyambut mereka dengan sukahati. Kakek Semar bersama Bambang Brantalaras, Wisanggeni, Antareja, Gatotkaca, Antasena, dan Srenggini menghaturkan sembah. Bambang Brantalaras meminta Arya Wrekodara (palsu) untuk mencukur rambut sinom (anak rambut) Dewi Karnawati. Dengan teliti dan hati-hati, rambut Dewi Karnawati berhasil dicukur. Putri sang Adipati nampak semringah dan bahagia. Adipati Karna mengumumkan bahwa Bambang Brantalaras adalah pemenang sayembaranya. Pernikahan pun digelar sehari kemudian.

Ketika hari resepsi, datang rombongan Hastinapura. Raden Lesmana Mandrakumara merengek-rengek calon istrinya sudah bersanding dengan orang lain. Adipati Karna kaget ada dua Arya Wrekodara. Adipati Karna merasa dipermainkan dan meminta keduanya untuk bertarung. Keduanya pun saling bertarung dengan sengit. Namun karena waktu sehari semalam itu hampir berakhir, Arya Wrekodara jelmaan Petruk segera melarikan diri. Benar saja, Kuku Pancanaka di jempol Petruk sudah lepas dan terbang kembali ke pemiliknya. Wisanggeni segera menyuruh paman Petruk sembunyi. Karena tak menemukan jejaknya, Arya Wrekodara marah-marah kepada mempelai. Ketika hendak menghajar Brantalaras, Arjuna datang melerai. Sekarang Arjuna sudah menyadari kesalahannya. Demi gengsi, ia sudah mengorbankan perasaan anaknya. Ia lalu sujud minta maaf atas nama putranya jika memang Arya Wrekodara tidak berkenan. Sang Bratasena luluh dan menyadari kekhilafannya. Ia jadi ingat dulu saat ia pertama kali menjalin cinta dengan Arimbi tidak mendapat restu Prabu Arimba. Para Kurawa hendak merusak pernikahan Brantalaras namun berhasil diatasi oleh Arya Wrekodara. Para Kurawa berhasil diusir. Brantalaras memeluk haru ayahnya itu.

Namun Adipati Karna dibuat geram karena sudah dipermainkan. Adipati Karna mengatai menantunya itu tidak tahu diri. Belum lama jadi mantu sudah berani menipu. Ia memaksa Brantalaras dan Karnawati untuk cerai saja sekarang. Dewi Karnawati menolak keputusan sang ayah. “Tidak, Ayah! Aku dan kanda Brantalaras sama-sama saling mencintai. Kalau ayah memaksa kami bercerai, maka lebih baik aku dan kakanda mati saja!" Brantalaras ikut membela isterinya " Benar ayah mertua, aku Brantalaras dan dinda Karanawati  lebih baik mati daripada kami dipaksa cerai!" Arjuna membela sang putra dan menantu barunya itu. Ia kembali marah-marah kepada Karna. " Kakang Karna, Kau ini Tak Lebih Dari Raja Mencla-mencle. Hidup dengan standar ganda. Sudah Jelas Pemenangnya Brantalaras sekarang Minta batal! Kakang juga Harusnya sadar kalau Kau kakak dari Pandawa tapi Tetap saja Membela Ketidakbenaran." Adipati Karna terbakar emosi. “Diam, Arjuna! Walau Aku Kakangmu, Aku bersumpah tidak akan segan membunuh Brantalaras kelak jika terjadi perang besar!” Arjuna pun membalas kelak saat perang besar, ia juga tak segan menghabisi sang kakak kalau ia tetap memihak ketidakbenaran. Adipati Karna menerima tantangan tersebut dan segera kembali ke tempat Prabu Duryudhana. Resepsi pernikahan pun kacau karena para Kurawa atas perintah Prabu Duryudhana kembali mengacau. Namun Arya Wrekodara dan para putranya dengan sigap mengamankan situasi. Sekepergian sang suami ke Hastinapura, Dewi Wrusali, Dewi Srutikanthi, dan kedua putera Adipati Karna meminta maaf atas kekacauan yang terjadi. “Dimas Arjuna, maafkan suami kami. Kakanda memnag saat ini masih kesal mohon dimaklumkan.” “benar paman, ayahanda sedang tak bisa berpikir jernih karena mengira dinda Brantalaras main tipu, padahal dinda sudah membawa syarat sayembara yang sesuai.” Arjuna dengan tenang dan kepala dingin berkata “sudahlah Yunda Wrusali! Yunda Srutikanti! Kakang Karna mungkin perlu waktu. Aku juga harus minta maaf sudah bersumpah-serapah yang mengerikan dihadapan pernikahan ini.”

Arjuna lalu berterima kasih kepada kakek Semar dan Wisanggeni yang sudah banyak berjasa atas pernikahan Bambang Brantalaras dengan Dewi Karnawati. Pernikahan di Awangga memang berantakan namun Arjuna dan Wrekodara segera memboyong lalu mengajak mereka semua untuk mengadakan pesta di kadipaten Madukara saja. Resepsi pernikahan pun dilanjutkan di Madukara. Keluarga Awangga turut dibawa minus Adipati Karna. Dewi Kunthi bahagia karena Arjuna dan Karna bisa saling berbesan tapi ia juga ikut sedih dan takut disebabkan pertengkaran Karna dan Arjuna sampai keduanya saling bersumpah serapah. Ia takut sumpah serapah itu dimakbulkan dewata dan akan saling membunuh satu sama lain. ia berdoa agar sumpah kedua putranya itu tak menjadi kenyataan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar