Hai semua pembaca dan penikmat cerita pewayangan, kali ini penulis akan mengisahkan pernikahan Bambang Brantalaras, putra Arjuna dan Larasati dengan Dewi Karnawati, putri sulung Adipati Karna. Sumber yang dipakai berasal dari blog albumkisahwayang.blogspot.com dengan pengubahan seperlunya.
Dikarenakan peristiwa
penikaman Danasalira tempo hari, hubungan Arjuna dan Adipati Karna makin
merenggang dan saling bersitegang. Namun hal mengejutkan terjadi. Bambang Brantalaras
berkata pada ayahnya kalau ia jatuh cinta kepada Dewi Karnawati, putri sulung Adipati Karna dengan Dewi Wrusali. Arjuna marah-marah karena Brantalaras justru
jatuh cinta pada putri musuhnya itu. Arjuna memang mengakui kalau Karna adalah
kakaknya tapi ia sudah dibuat sakit hati dengan tindakan Karna menikam
Danasalira. Brantalaras sangat kecewa keinginannya ditolak sang ayah. Kakek
Semar saat itu mendampingi Brantalaras berkata " duh....ndoro...jadi orang
jangan gampang terbawa amarah. Jangan karena sakit hati, perasaan anak malah
dikorbankan....." kakek Semar pun bertanya pawa Brantalaras bagaimana
kejelasan hubungan mereka. Brantalaras berkata " hubungan kami sudah
jelas. Kami sudah saling mencintai, kakek. Tinggal dinda Karnawati mau atau
tidak melanjutkan hubungan ini." Arjuna makin marah mendengarnya. Arjuna
tetap pada keputusan finalnya "Kau Sudah Melangkahiku!! Pokoknya
Brantalaras! Putuskan Hubunganmu Dengan Karnawati. Ayah Tidak Sudi Punya Besan
Musuhku Sendiri!!" Brantalaras makin berduka maka ia meninggalkan istana
Madukara disusul dengan Kakek Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.
Di Kadipaten Awangga,
Adipati Karna duduk dihadap kedua putranya, yaitu Raden Warsasena dan Arya
Warsakusuma, serta Patih Hadimanggala, Arya Druwa, dan Arya Jaya. Tidak lama
kemudian datanglah rombongan dari Kerajaan Hastina yang dipimpin Prabu
Baladewa, Begawan Dorna, dan Patih Sengkuni. Adipati Karna pun menyambut mereka
dengan penuh penghormatan. Prabu Baladewa mengatakan bahwa ia datang mewakili
Prabu Duryudhana untuk meminang Dewi Karnawati sebagai istri Lesmana
Mandrakumara. Beberapa bulan yang lalu Dewi Lesmanawati dan Arya Warsakusuma
sudah dinikahkan. Hubungan persaudaraan antara Adipati Karna dengan Prabu
Duryudhana tentu akan lebih erat lagi apabila Lesmana pun dinikahkan dengan
Dewi Karnawati. Belum sempat Adipati Karna menjawab, tiba-tiba datang panakawan
Petruk membawa hasil bumi berupa palawija dan buah-buahan. Petruk pun menyembah
hormat kepada tuan rumah dan para tamu, kemudian menyampaikan maksud kedatangannya,
“ampun ndoro dipati. Terimalah hasil bumi Amarta. Kedatangan saya kemariingin
meminang Dewi Karnawati sebagai calon istri, ndoro Brantalaras, anaknya ndoro
Arjuna.” Prabu Baladewa marah-marah dan menyuruh Petruk pulang saja dan
menyuruh Brantalaras cari wanita lain saja. Terjadilah perdebatan.
Hampir-hampir perdebatan itu berubah jadi pertengkaran namun datanglah 4 putra
Wrekodara yakni Antareja, Gatotkaca, Antasena, dan Srenggini. Mereka melindungi
Petruk atas perintah Semar. Adipati Karna lalu melerai mereka. Suasana kembali
kondusif dan sang adipati memanggil putrinya itu. Dewi Karnawati lalu
memberikan keputusannya "ampun rama adipati, putrimu ini sudah punya
jawaban atas perjodohan ini. Aku hanya akan bersedia menikah dengan orang yang
bisa membawakan pemilik Kuku Pancanaka untuk mencukur rambut sinomku."
Patih Sengkuni meremehkan Karnawati "anak manis.....kau ini masih bau
kencur, nikah kok pakel sayembara segala." Petruk balas mengejek Sengkuni
" Patih...kau ini sebenarnya berani atau takut....apa kau sudah menyerah
dengan yang namanya sayembara....gagal bolak-balik gara-gara sayembara."
Adipati Karna lalu menegaskan lagi " maafkan aku paman patih dan paman
Petruk....keputusan putriku ini sudah final. Aku harap pangeran kalian sanggup
memenuhi sayembara ini." Petruk dan Prabu Baladéwa menyatakan sanggup dan
mereka pun segera pamit pergi untuk memberitahukan hasil pertemuan mereka.
Di Jodipati, Arya
Wrekodara kedatangan Prabu Baladewa, Patih Sengkuni, dan Begawan Dorna. Mereka
datang mewakili Prabu Duryudhana meminta bantuan Arya Wrekodara untuk meminjam
dirinya sebagai tukang cukur bagi Dewi Karnawati. Ini semua demi pernikahan
Lesmana Mandrakumara. Arya Wrekodara agak keberatan " lah dalah....bapa
guru dan kakang guru, permintaan putri kakanda Karna aneh-aneh..... masa iya
aku seorang kesatria petarung disuruh jadi tukang cukur." Patih Sengkuni
mengungkit-ungkit masa lalu " lha, Sena...mana balas budi kepada dua
gurumu....melaksanakan perintah guru itu sama mulianya dengan melaksanakan
perintah orang tua. Tunjukan balas budi dan pengabdian mu." Arya Wrekodara
kemakan ucapan Sengkuni. Mau tidak mau ia harus ikut kepada pihak Kurawa. Di
saat yang sama, datanglah Petruk, Bambang Brantalaras dan empat putra
Wrekodara. Mereka juga mengajukan permintaan agar Arya Wrekodara ikut dengan
mereka sebagai tukang cukur namun Patih Sengkuni mengatakan sudah terlambat
buat mereka karena Arya Wrekodara sudah bersedia ikut mereka. Gatotkaca
bertanya kepada ayahnya " rama ini tidak bohong, kan....masa rama gak mau
menolong Adhi Brantalaras?" Arya Wrekodara berbicara setengah berbisik"
Ramamu gak bohong....Rama juga kepeksan iki gara-gara lambene si
Sengkuni." Usai berkata demikian, Arya Wrekodara lalu ikut rombongan Prabu
Baladewa menuju Hastinapura.
Brantalaras jatuh
terduduk. Ia putus asa karena sudah gagal memperjuangkan cintanya dengan
Karnawati. Gatotkaca berusaha menenangkan adik sepupunya itu namun yang ada
Brantalaras makin kehilangan semangatnya. Raden Antareja, Raden Antasena, dan
Bambang Srenggini ikut masuk dan bertanya apa yang terjadi. Raden Gatotkaca
menjelaskan semuanya, bahwa ayah mereka sudah terlanjur mengabulkan permintaan
Prabu Baladewa dan Begawan Dorna. Sekarang Brantalaras merasa putus asa dan
kehilangan semangat. Antareja dan Srenggini dibuat geram "paman Sengkuni
kembali memanipulasi ayah lewat balas budi...ayo adhi Srenggini. Kita jemput
ayah" "benar kakang Antareja......akan ku sumpal lagi mulut si
Sengkuni itu. " Dua putra Wrekodara itu ingin menjemput paksa ayah mereka
agar ikut mereka namun Antasena bilang " sabar kakang! sabar adhi! Jangan
gegabah dulu. Bapak bukan bola yang bisa diimbal-imbal. Walau kita berhasil
gawa bapak balik, bapak juga tidak bisa lepas tanggung jawabnya. Kita cari
dalan liyane." Antareja balas bertanya "lalu apa kau punya cara
membebaskan kesulitan adhi Brantalaras." Antasena menjawab " aku gak
tahu, tetapi adik kita yang satu itu pasti tahu." Usai berkata demikian,
ia lalu mengheningkan cipta mengerahkan Aji Pameling sambil menyebut nama
Bambang Wisanggeni. Seketika Bambang Wisanggeni pun hadir di hadapan mereka.
Setelah saling memberi salam, Antasena menceritakan semuanya dari awal hingga
akhir. Bambang Wisanggeni lalu berkata "waduh...kalau begitu hal ini tidak
bisa ditunda-tunda lagi. Cepat persiapkan kakang Brantalaras. Kita akan ke
Karangtumaritis." Wisanggeni segera menggunakan teleportasi dan
memindahkan mereka semua ke desa.
Begitu sampai di desa Karangtumaritis, persiapan pun dipersiapkan. Oleh bantuan kakek Semar, Nyai Sutiragen dan para penduduk wanita, Brantalaras didandani setampan mungkin. Sedangkan Wisanggeni akan memanggil Resi Hanoman kemari. Srenggini bertanya "lha adhi....ada urusan apa Resi Hanoman sampai dihadirkan?" "Sudahlah, kakang Srenggini...persiapkan dulu kakang Brantalaras.... nanti kalian pasti tahu." Ia lalu mengheningkan cipta dan mengerahkan Aji Pameling, sambil mengubah suaranya menjadi mirip suara kakek Semar untuk memanggil Resi Hanoman agar segera datang ke Desa Karangtumaritis. Singkat cerita, Resi Hanoman datang kepada Semar. Ada apa sampai ia dipanggil. Semar berkata bukan dia yang memanggil tapi Wisanggeni yang menyamarkan suaranya. Resi Hanoman bertanya " anakku Wisanggeni, ada perlu apa mendatangkan aku sampai harus menyamarkan suaramu dengan kakek Semar segala." Bambang Wisanggeni pun berkata “apa yang dialami kakangku Brantalaras memerlukan bantuanmu, Hanoman.”. Wisanggeni menceritakan segala kejadian mulai dari sayembara Dewi Karnawati hingga Arya Wrekodara yang dijebak untuk membantu Kurawa. Setelah menceritakan semuanya, Resi Hanoman bersedia meminjamkan Kuku Pancanaka miliknya “ Ok kalau begitu. Aku bersedia meminjamkan Kuku Pancanaka milikku tapi hanya sehari semalam saja.” Wisanggeni dan Brantalaras menyanggupi. “Tentu paman Hanoman. Waktu sehari semalam sudah lebih dari cukup untuk memenuhi sayembara dinda Karnawati.” Singkat cerita, Wisanggeni memanggil Petruk.
Petruk didandani menjadi mirip Wrekodara |
Tugas yang harus
dijalankan Wisanggeni itu yakni mengganggu perjalanan pihak Hastinapura.
Wisanggeni pun bertukar wujud sebagai dênawa hutan. Dênawa itu mengganggu
perjalanan dengan menculik Raden Lesmana Mandrakumara. Arya Wrekodara
mengejarnya hingga jauh. Namun ketika dicari rupanya putra Duryudhana itu
disesatkan dan si pangeran manja itu disangkutkan di atas pohon bambu. Begitu
tugasnya selesai, ia segera menyusul rombongan abangnya itu. Sementara itu,
pihak Brantalaras sudah sampai duluan di Awangga. Adipati Karna menyambut
mereka dengan sukahati. Kakek Semar bersama Bambang Brantalaras, Wisanggeni,
Antareja, Gatotkaca, Antasena, dan Srenggini menghaturkan sembah. Bambang
Brantalaras meminta Arya Wrekodara (palsu) untuk mencukur rambut sinom (anak
rambut) Dewi Karnawati. Dengan teliti dan hati-hati, rambut Dewi Karnawati
berhasil dicukur. Putri sang Adipati nampak semringah dan bahagia. Adipati
Karna mengumumkan bahwa Bambang Brantalaras adalah pemenang sayembaranya.
Pernikahan pun digelar sehari kemudian.
Ketika hari resepsi,
datang rombongan Hastinapura. Raden Lesmana Mandrakumara merengek-rengek calon
istrinya sudah bersanding dengan orang lain. Adipati Karna kaget ada dua Arya
Wrekodara. Adipati Karna merasa dipermainkan dan meminta keduanya untuk
bertarung. Keduanya pun saling bertarung dengan sengit. Namun karena waktu
sehari semalam itu hampir berakhir, Arya Wrekodara jelmaan Petruk segera
melarikan diri. Benar saja, Kuku Pancanaka di jempol Petruk sudah lepas dan
terbang kembali ke pemiliknya. Wisanggeni segera menyuruh paman Petruk
sembunyi. Karena tak menemukan jejaknya, Arya Wrekodara marah-marah kepada
mempelai. Ketika hendak menghajar Brantalaras, Arjuna datang melerai. Sekarang
Arjuna sudah menyadari kesalahannya. Demi gengsi, ia sudah mengorbankan
perasaan anaknya. Ia lalu sujud minta maaf atas nama putranya jika memang Arya
Wrekodara tidak berkenan. Sang Bratasena luluh dan menyadari kekhilafannya. Ia
jadi ingat dulu saat ia pertama kali menjalin cinta dengan Arimbi tidak
mendapat restu Prabu Arimba. Para Kurawa hendak merusak pernikahan Brantalaras
namun berhasil diatasi oleh Arya Wrekodara. Para Kurawa berhasil diusir.
Brantalaras memeluk haru ayahnya itu.
Namun Adipati Karna
dibuat geram karena sudah dipermainkan. Adipati Karna mengatai menantunya itu
tidak tahu diri. Belum lama jadi mantu sudah berani menipu. Ia memaksa Brantalaras
dan Karnawati untuk cerai saja sekarang. Dewi Karnawati menolak keputusan sang
ayah. “Tidak, Ayah! Aku dan kanda Brantalaras sama-sama saling mencintai. Kalau
ayah memaksa kami bercerai, maka lebih baik aku dan kakanda mati saja!" Brantalaras
ikut membela isterinya " Benar ayah mertua, aku Brantalaras dan dinda
Karanawati lebih baik mati daripada kami
dipaksa cerai!" Arjuna membela sang putra dan menantu barunya itu. Ia
kembali marah-marah kepada Karna. " Kakang Karna, Kau ini Tak Lebih Dari
Raja Mencla-mencle. Hidup dengan standar ganda. Sudah Jelas Pemenangnya
Brantalaras sekarang Minta batal! Kakang juga Harusnya sadar kalau Kau kakak
dari Pandawa tapi Tetap saja Membela Ketidakbenaran." Adipati Karna
terbakar emosi. “Diam, Arjuna! Walau Aku Kakangmu, Aku bersumpah tidak akan
segan membunuh Brantalaras kelak jika terjadi perang besar!” Arjuna pun
membalas kelak saat perang besar, ia juga tak segan menghabisi sang kakak kalau
ia tetap memihak ketidakbenaran. Adipati Karna menerima tantangan tersebut dan
segera kembali ke tempat Prabu Duryudhana. Resepsi pernikahan pun kacau karena para
Kurawa atas perintah Prabu Duryudhana kembali mengacau. Namun Arya Wrekodara
dan para putranya dengan sigap mengamankan situasi. Sekepergian sang suami ke
Hastinapura, Dewi Wrusali, Dewi Srutikanthi, dan kedua putera Adipati Karna
meminta maaf atas kekacauan yang terjadi. “Dimas Arjuna, maafkan suami kami. Kakanda
memnag saat ini masih kesal mohon dimaklumkan.” “benar paman, ayahanda sedang
tak bisa berpikir jernih karena mengira dinda Brantalaras main tipu, padahal dinda
sudah membawa syarat sayembara yang sesuai.” Arjuna dengan tenang dan kepala
dingin berkata “sudahlah Yunda Wrusali! Yunda Srutikanti! Kakang Karna mungkin
perlu waktu. Aku juga harus minta maaf sudah bersumpah-serapah yang mengerikan
dihadapan pernikahan ini.”
Arjuna lalu berterima
kasih kepada kakek Semar dan Wisanggeni yang sudah banyak berjasa atas
pernikahan Bambang Brantalaras dengan Dewi Karnawati. Pernikahan di Awangga memang
berantakan namun Arjuna dan Wrekodara segera memboyong lalu mengajak mereka
semua untuk mengadakan pesta di kadipaten Madukara saja. Resepsi pernikahan pun
dilanjutkan di Madukara. Keluarga Awangga turut dibawa minus Adipati Karna.
Dewi Kunthi bahagia karena Arjuna dan Karna bisa saling berbesan tapi ia juga
ikut sedih dan takut disebabkan pertengkaran Karna dan Arjuna sampai keduanya
saling bersumpah serapah. Ia takut sumpah serapah itu dimakbulkan dewata dan
akan saling membunuh satu sama lain. ia berdoa agar sumpah kedua putranya itu
tak menjadi kenyataan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar