Hai para pembaca dan penikmat pewayangan yang berbahagia, kisah anak muda kadang bikin geleng-geleng kepala. Di pewayangan juga sama. Kali ini, penulis akan mengisahkan kisah Bambang Irawan dalam menjalani masa mudanya dengan penuh kenakalan antara lain pernah menjadi maling, menyerang pasukan Hastinapura, menaklukan negara sekutu Pandawa dan bahkan hendak melamar seorang perempuan yang sudah bersuami yang tak lain Siti Sundari, isteri abangnya sendiri. Kisah ini sebenarnya penggabungan dua lakon yakni Jaganala Maling dan Prabu Gambiranom.Sumber kisah ini berasal dari blog albumkisahwayang.blogspot.com, caritawayang.blogspot.com, dan tulisan-tulisan yang ada di grup Facebook.
Setelah pernikahannya dan pertemuannya dengan Bambang Wisanggeni, Raden Antareja melanjutkan pendidikannya di Yasarata bersama sang isteri dan setelah itu tiada kabar lagi. Hingga suatu ketika, Kerajaan Hastinapura digegerkan dengan hilangnya beberapa hewan kebun binatang dan emas permata milik istana. Bukan cuma itu, para prajurit istana dibuat kalang kabut karena kelihaiannya. Prabu Duryudhana menyusun siasat dengan menawarkan si maling itu putrinya, Dewi Lesmanawati. Singkat waktu, si maling itu datang lagi untuk menculik Dewi Lesmanawati. Siasat jebakan itu berhasil. Para Kurawa mempu menangkap pencuri itu yang ternyata dua orang. Pencuri itu bernama Bambang Jaganala dan Bambang Jayabadra. Wajah mereka tampan dan gagah, mirip wajah Arjuna dan Bhima. Prabu Duryudhana marah mengira Wrekodara dan Arjuna mengirimkan mata-mata kepada Hastinapura. Bambang Jaganala berkata "aku bukan mata-mata Pandawa. Aku dan kakakku ini pengembara yang mencari kemuliaan. Kami terpaksa mencuri demi kebutuhan hidup kami." Patih Sengkuni mendapatkan ide untuk mengadu domba Pandawa dengan negara lain lewat dua pemuda ini. Patih Sengkuni berbisik kepada Prabu Duryudhana "keponakanku, pamanmu ini mendapat ide untuk membuat Pandawa bertekuk lutut pada kita. Kita gunakan dua anak muda ini untuk merebut kekuasaan sekutu Pandawa dan mengobarkan perang. Di saat perang itu, kita bisa serang kapan saja. Maka istana Indraprastha bisa kita rebut." Prabu Duryudhana setuju dan berkata "bangun, anak-anakku, kalian sudah ku ampuni. Tapi ini semua ada bayarannya. Kalian serang negara sekutu Amarta, Rancangkencana. Rebut istananya lalu serang Amarta." Singkat cerita, dengan tanpa pasukan satu pun, Bambang Jaganala dan Bambang Jayabadra berhasil menakluk negara Rancangkencana. Rajanya, Prabu Jayasentika diturunkan paksa menjadi Patih dan Bambang Jaganala yang jadi raja bergelar Prabu Gambiranom.
Prabu Gambiranom |
Pada suatu ketika, Prabu
Kresna dihadap Prabu Baladewa mendapatkan surat lamaran dari utusan Prabu
Gambiranom, Patih Jayasentika. Dalam surat itu tertulis kalau Prabu Gambiranom
ingin menikahi Dewi Siti Sundari. Prabu Kresna berkata kalau Dewi Siti Sundari
sudah menikah dengan Abimanyu, pangeran dari Amarta. Kalau ingin melamar
seperti itu, harus kepada Abimanyu atau Arjuna. Patih Jayasentika berkata
“ampun, gusti. Hamba tidak mau pergi ke
sana karena aku diperintahkan rajaku ke Dwarawati bukan ke Amarta. Kalau aku
tidak bisa membawa Siti Sundari kepada rajaku, maka sang raja akan menyerang negara
Dwarawati ini.” Prabu Baladewa mendapat jawaban demikian. Prabu Baladewa
diiringi Patih Udawa dan Arya Sencaki mengusir Patih Jayasentika. Di saat
diusir ini, datang Wasi Nagasambada melindungi. Pasukan juga disiagakan. Terjadilah
perang antara Dwarawati dengan Rancangkencana. Kesaktian Nagasambada membuat
Prabu Baladewa dan para penggawa Dwarawati tak berkutik karena racun yang disemburkan
dari ludahnya membuat orang lumpuh seketika. Arya Sencaki segera membawa kakak
sepupunya pergi. Prabu Kresna segera memerintahkan segenap rakyatnya untuk
segera mengungsi ke Amarta. Ia beserta para isteri dan anaknya, Prabu Baladéwa
yang lumpuh, dan penggawa segera naik ke Kereta Jaladara meninggalkan Dwarawati
kecuali Raden Samba yang sudah pergi duluan untuk memberitahu Abimanyu. Hari
itu Dwarawati ditaklukan Rancangkencana. Prabu Baladewa yang dalam keadaan
terbaring segera diusap Cangkok Wijayakusuma dan seketika sembuh. Sang raja
Mandura itu bertanya “Kanha, kenapa kau tidak menyerang pasukan Prabu
Gambiranom?” Prabu Kresna menjawab “Kak Balarama, bukan takdirku untuk
mengalahkan Gambiranom. Aku sudah tahu jatidiri dari Prabu Gambiranom yang sebenarnya
tapi biarlah dinda Parta yang lebih dulu tau. Sudah saatnya dinda Parta tahu
siapa Gambiranom yang sebenarnya.”
Di tengah jalan, Abimanyu
yang ingin berkunjung ke Dwarawati bertemu dengan Samba. Samba punya niat licik
untuk mengorbankan Abimanyu supaya kasih sayang ayahnya hanya tertuju padanya.
Maka ia memberitahunya “Hei Abimanyu, istrimu dinda Siti Sundari hendak
direbut Prabu Gambiranom, raja
Rancangkencana.” Ia lalu memanas-manasi Abimanyu “Prabu Gambiranom itu sudah menghinamu
sebagai lelaki mandul, tidak pantas kau membahagiakannya” Memang sifat Abimanyu
yang mirip ayahnya tidak suka dihina sontak marah. “apa kau katakan kakang
Samba....antar aku kesana...akan kulabrak si Gambiranom itu!” Kakek Semar
mengingatkan agar Abimanyu tidak gampang terpancing. Tapi Abimanyu kadung marah
maka ia pergi menghadapi Prabu Gambiranom. Semar lalu memarahi Samba jangan
melebih-lebihkan berita. Samba tidak peduli dan berlalu pergi. Semar hanya bisa
ngelus dada karena Samba belum juga insaf. Dengan berjalan tergesa-gesa,
Abimanyu akhirnya memasuki perbatasan Kerajaan Dwarawati. Tiba-tiba ia disergap
pasukan wanita Ladrangmungkung yang dipimpin Patih Jayasentika. Karena Abimanyu
lengah, ia pun dapat ditangkap menggunakan jala sutra, lalu diikat dan
dihadapkan kepada Prabu Gambiranom. Lalu giliran Samba yang pura-pura menyerah
di hadapan Prabu Gambiranom. Dengan lidah licinnya, Samba menyatakan siap untuk
menjadi babu dari Rancangkencana. Semar dan para putranya kecewa dengan sikap
Samba lalu segera pergi dari sana untuk memberitahu Arjuna dan Yudhistira.
Di Amarta, Prabu
Yudhistira dihadap patih Tambakganggeng, permaisurinya, Dewi Drupadi, Raden
Gatotkaca, dan empat Pandawa lainnya menerima kedatangan Prabu Kresna beserta
keluarga dan rakyatnya. Mereka meminta suaka karena serangan kerajaan
Rancangkencana. Prabu Yudhistira kaget karena selama ini sekutu mereka itu
tidak pernah macam-macam dengan yang namanya penaklukan apalagi negeri itu
dikenal damai dan sejahtera. Lalu datang Semar dan para putranya diiringi
dengan Dewi Ulupi dan Begawan Jayawilapa. Arjuna menyambut kedatangan
permaisuri keempatnya dan mertuanya itu. Dewi Ulupi membawa kabar tidak
mengenakkan "kakanda, putra kita.”
Arjuna bertanya penuh keheranan “kenapa dinda? Ada apa dengan putra
kita?” Dewi Ulupi lalu bilang “Irawan bareng Antareja minggat. Sudah hampir
satu tahun ini tidak ada kabar. Nanda Dewi Ganggi sampai khawatir...risau
sepanjang hari sepanjang malam dengan suaminya..... ayahanda begawan sampai
harus menitipkannya ke Saptapertala." Arjuna berjanji akan mencari keberadaan
putra dan keponakannya itu. Semar lalu gantian menceritakan keadaan Abimanyu.
Arjuna makin kalut hatinya. Di satu sisi, ia kehilangan putranya dari Ulupi dan
di sisi lain, putranya yang satu lagi ditangkap raja kurang ajar. Arya
Wrekodara, Arjuna, dan Gatotkaca bersedia menemui Gambiranom untuk negosiasi
pembebasan Abimanyu. Dewi Ulupi merasa kalau perginya sang suami kali ini tidak
akan mudah. Maka ia diam-diam mengikuti suaminya dari kejauhan.
Singkat cerita, Arjuna,
Arya Wrekodara, dan Gatotkaca sampai di tempat perkemahan Prabu Gambiranom.
Mereka melakukan negosiasi meminta Prabu Gambiranom untuk membebaskan Raden
Abimanyu. Arjuna bersedia memberikan apapun asalkan putranya dibebaskan. Prabu
Gambiranom berkata "Arjuna, ini bukan negosiasi. Aku hanya bersedia
membebaskan Abimanyu, asalkan ditukar dengan Siti Sundari. It's final
offer!" Arjuna murka lebih-lebih Samba ada di sana tidak membantu Abimanyu
malah ikut-ikutan memenjarakan dan menghina sepupunya. Maka berperanglah Arjuna
melawan Gambiranom. Sedangkan Gatotkaca melawan Nagasambada, dan Arya Wrekodara
melawan Jayasentika. Pertarungan Gatotkaca melawan Nagasambada imbang, tak ada
yang kalah atau menang. Kadang Gatotkaca menerbangkan dan menghajar Nagasambada
di angkasa. Kadang pula Nagasambada membenamkan kepala Gatotkaca ke bawah
tanah. Patih Jayasentika mampu diringkus Arya Wrekodara. Sementara itu, Prabu
Gambiranom bertarung terus satu lawan satu. Lama-lama, Prabu Gambiranom
terdesak oleh Arjuna. Prabu Gambiranom memerintahkan pasukan Ladrangmungkung
yang berisi wanita-wanita cantik menghadapi Arjuna. Bukannya menyerang mereka,
Arjuna justru merayu para prajurit wanita itu. Para prajurit perempuan tersebut
gemetar sehingga beberapa di antara mereka tak sengaja melepaskan panah. Di
saat demikian, Prabu Gambiranom menembakkan panah Ardadedali. Raden Arjuna
tidak sempat menghindar dan ia pun roboh di tanah terkena panah-panah itu
dengan panah Ardadedali menancap di dadanya.
Pertempuran pun terhenti sejenak karena Arjuna tewas. Pada saat itulah Dewi Ulupi datang bersama Begawan Jayawilapa menyusul. Mereka terkejut melihat Arjuna sudah tidak bernapas lagi dan jantungnya berhenti. Dewi Ulupi segera mengeluarkan pusaka Daun Kastuba untuk diusapkan ke luka-luka suaminya itu. Seketika luka-luka Arjuna sembuh dan ia pun bisa hidup kembali, pulih seperti sediakala. Namun karena belum sepenuhnya sadar, Dewi Ulupi maju dan menantang Prabu Gambiranom " Jika ingin melukai seseorang, maka lukai aku saja." Prabu Gambiranom gemetar mendengar tantangan itu. Namun dengan kekuatannya, ia menggunakan ilmu Nagakawastra dan mengubah wujud jadi naga. Dewi Ulupi segera mematrapkan ilmu serupa dan berubah sebagai naga betina. Kedua naga itu bertarung saling gigit, saling belit, dan saling menyemburkan racun. Dewi Ulupi memang lebih berpengalaman akhirnya ia berhasil mengalahkan naga jelmaan Prabu Gambiranom. Seketika penyamarannya pun ikut terbongkar.
Gambiranom melawan Ulupi |
Prabu Kresna lalu
bertanya kepada Bambang Irawan "Irawan, mengapa kamu menciptakan masalah seperti
ini? Apa kamu memang benar-benar ingin memperistri iparmu? Apa kamu tidak tahu
kalau Siti Sundari sudah menjadi istri abangmu, Abimanyu?" Bambang Irawan
menjawab “ampun uwa prabu...aku sama sekali tidak berniat menikahi yunda Siti
Sundari. Lamaran yang ku kirimkan melalui Patih Jayasentika hanyalah settingan
belaka. Sebenarnya aku berbuat sejauh ini agar ramanda mencariku dan mengakui
keberadaanku.” Irawan juga mengatakan kalau yang tempo hari ia lah yang menjadi
maling di Hastinapura. Ia berbuat demikian untuk menggunakan kelicikan Sengkuni
buat memuluskan skenario yang ia buat. Arjuna lalu balik memarahi putranya itu
karena sudah mengurung abangnya sendiri. Bambang Irawan menjawab kalau ia harus berpura-pura mau
bekerjasama dengan Samba untuk memenjarakan Abimanyu. Namun ada hal yang tidak
diketahui ayahnya. Yang terjadi sebenarnya ialah Abimanyu tidak pernah
benar-benar dikerangkeng. Orang yang di dalam kerangkeng sebenarnya Raden Samba
sedangkan Raden Samba yang bersamanya ialah Abimanyu yang diubah wujud olehnya.
Seketika Samba palsu badar jadi Abimanyu dan Abimanyu yang ada didalam
kerangkeng kembali menjadi Samba. Abimanyu segera memeluk adiknya tersebut.
Irawan meminta maaf pada abangnya atas kekacauan yang ia buat sampai-sampai bukan hanya dia,
tapi membuat hampir seluruh negara di Jawadwipa kerepotan.
Arjuna masih saja marah
atas kenakalan Bambang Irawan yang berani menyerang Kerajaan Dwarawati dan juga
menawan kakak sepupunya sendiri “tetap saja, Irawan...Ramanda tidak suka caramu
membuat masalah....sampai harus melawan saudara dan uwamu sendiri...pokoknya
kau harus kembali ke Yasarata sebelum aku.....” . Irawan berkata “ampun
ramanda...apa yang kulakukan pada kakang Samba itu adalah hukuman yang harus
ditanggung Samba sebagai seorang penjilat dan pengkhianat.” Irawan rupanya masih berbaik hati. Pasukan
Ladrangmungkung membebaskan Samba dari kerangkeng. Beggitu keluar dari
kerangkeng, Samba marah-marah “Irawan...kau benar-benar licik...dasar tidak
tahu adat...tidak tahu sopan santun....kau harus merasakan kemarahanku...”
Samba menyerang putra Arjuna dengan Dewi Ulupi itu namun dengan gesit, Irawan berhasil menghindar. Dengan serangan
terakhir, ia pun menotok sang pangeran mahkota Dwarawati itu. Samba tak dapat
berkutik lagi. Ia pun dihukum lagi oleh ayahnya dengan kembali mengacak-acak
pikirannya dengan ilusi sehingga ia jadi linglung lagi. Prabu Kresna juga
menasihati Arjuna “Parta, jangan terlalu menyudutkan Irawan. Ia seperti ini
karena merindukan kasih sayangmu sebagai seorang ayah. Jangan pilih kasih apalagi
sampai menganakemaskan anak satu diantara anak-anak yang lain.” Arjuna khilaf
atas kekeliruannya. Ia pun memeluk Bambang Irawan dan memaafkan semua kesalahan
putranya itu. Irawan juga menjelaskan kalau san ibu telah kembali menemukan
saudaranya. Dewi Ulupi tak paham apa maksud putranya. Bambang Irawan berkata
kalau Patih Jayasentika sebenarnya adalah Bambang Ratnasantika, putra kembar Begawan
Jayawilapa yang telah lama pergi jauh untuk merantau. Dengan kata lain, patih Jayasentika
yang ternyata saudara kembar ibunya. Dewi Ulupi dan Begawan Jayawilapa
berpelukan hangat dengan saudara dan anak mereka yang telah lama pergi. Irawan
juga kembali mengangkat pamannya dari pihak ibu itu kembali sebagai raja
Rancangkencana.
Prabu Kresna senang semua
masalah ini telah selesai. Terus terang ia senang melihat kenakalan Bambang
Irawan, karena itu mengingatkan pada kenakalannya di masa muda dulu. Prabu
Kresna pun berkata " anakku Irawan. Aku kira berkenan jika aku mengambilmu
sebagai menantuku. Biarlah pemuda nakal menjadi menantu dari mertua nakal ini,
Kanha si brandal Widarakandang. Rukmini, isteriku yang terkasih punya seorang
putri yang tidak kalah cantik dibanding Siti Sundari namanya Titisari. Dia adik
dari Partajumena dan Saranadewa." Bambang Irawan dan juga Arjuna berterima
kasih atas perjodohan tersebut.