Selasa, 07 Februari 2023

Samba Mbalela

 Hai- hai...... lagi-lagi penulis menemukan ide untuk menulis cerita berikutnya. kisah kali ini mengisahkan kenakalan Raden Samba, sang putra mahkota Dwarawati dan kecemburuan ibunya, Dewi Jembawati. karena ulah keduanya, Dwarawati hampir tenggelam ke dasar lautan. Kisahnya disadur dari serial kolosal India Radha Krishna yang bersumber kitab Vishnu Purana, Garga Samahita, dan Brahma Waiwatra Purana dipadukan dengan kisah pedalangan Jawa.

Kresna Timbang

Setelah penobatan Raden Samba sebagai putra mahkota Dwarawati dan menamatkan pendidikan, para putra Kresna memilih jalan hidupnya sendiri. Bambang Partajumena pergi nglembara mencari ilmu kesaktian dan hakikat hidup . Arya Setyaka kembali memasuki asrama Maharesi Abiyasa demi mendalami berbagai ilmu. Bambang Gunadewa memulai hidup kepanditaan dan melakukan tapa brata. Prabu Boma Sitija menjalankan pemerintahan di Trajutresna.

Di istana Dwarawati yang megah, Prabu Kresna membagi cinta dan kasihnya kepada 16.010 isterinya. Semua dicintai secara setara dan sama rata. Namun dimana-mana pasti saja ada yang merasa kurang disayang, akhirnya jatuh pada sifat cemburu dan iri. Yakni Dewi Jembawati. Ia iri karena sering mendapati sang suami justru banyak menghabiskan waktunya bersama Dewi Radha dan Dewi Rukmini. Raden Samba tidak terima dengan itu sehingga ia bertindak tanpa pikir panjang. Suatu ketika, Raden Samba membubuhkan racun ke mangkuk bubur yang ditujukan kepada 16.009 ibu tirinya agar hanya ibunya saja yang disayang ayahnya. Namun hal itu diketahui oleh seorang tabib istana. Sang tabib secara diam-diam meracik ulang bubur itu sampai racunnya netral. Alhasil, semua isteri Kresna selamat. Raden Samba kesal hati rencananya gagal.

Di saat yang lain datanglah Arjuna dan Sumbadra yang tak lain ipar dan adiknya Kresna. Mereka membawa Abimanyu yang baru lima tahun. Nampak sekali Prabu Kresna sangat memanjakan keponakannya itu. Raden Samba kembali kesal hati. “apa-apaan ayahanda prabu...dia segitu sayangnya dengan anak Arjuna itu...apa istimewanya? Kalau tidak dibiarkan, ayahanda bisa pilih kasih lagi.” Rasa haus perhatian yang berlebihan itu membuat Samba nekat. Samba berniat meracuni Abimanyu dengan susu. Seorang anak berusia 12 tahun tega hendak meracuni sepupunya sendiri yang masih lima tahun. Seakan paham apa yang akan terjadi, Abimanyu saat itu malah menendang kaki Samba. Samba kesakitan dan membuat susu beracun yang dipegangnya malah tumpah semua.

Kecemburuan Jembawati terhadap Radha dan Rukmini semakin memuncak. Dewi Setyaboma, Kalindi dan lainnya berusaha membuat hati madunya itu lapang tapi namanya juga orang iri, kalau sudah begitu tidak bisa ditahan. Maka Jembawati menantang “cukup kalian semua!! Berhenti menenangkanku...apa kalian juga merasa disisihkan? Pikirkan....” semua isteri Kresna terdiam lalu dengan hasutan Samba Jembawati membuat tantangan “kalau kalian tidak mampu menjawabnya....aku akan meminta suami kita dilakukan sayembara timbang. Barang siapa yang bisa mengangkat suami mereka maka ia adalah yang paling disayangi suami mereka!” Singkat cerita, acara timbang itu dilakukan. Para Putra-putri Kresna kembali ke Dwarawati. Lalu sebuah timbangan raksasa diturunkan dari kahyangan oleh Batara Narada. Sayembara pun dimulai. Mula-mula dari isteri yang 16.010, lalu yang ke 16.009 dan seterusnya sampai tersisa sepuluh orang. Ajaibnya, semuanya bisa meningangkat suami mereka walau hanya kurang imbang dengan berat Prabu Kresna. Giliran Dewi Pertiwi yang hanya menaruh sebongkah batu kerikil dan tanah di timbangan. Hasilnya beda satu setengah angka. Lalu Dewi Bhadra yang memberikan riasan kepalanya, juga berhasil beda satu setengah. Lalu Dewi Charuharsini, Dewi Mitrawinda, Dewi Nagnajiti memberikan masing masing perhiasan mulai dari batu permata, mahkota, dan kerudung bunga. Hasilnya mencong sedikit. Giliran Dewi Kalindi. Ia memberikan satu kendil air dan hasilnya pun kurang satu angka lagi. Lalu giliran Dewi Setyaboma yang memberikan kalungnya. Hasilnya kurang sedikit lagi karena Dewi Setyaboma masih ada terikat dengan kecantikannya. Lalu giliran Dewi Jembawati yang memberikan kipas dari bulu angsa. Hasilnya sungguh di luar dugaan. Timbangannya malah tidak imbang, jomplang sekali perbedaanya pertanda Dewi Jembawati masih dipenuhi ego untuk memiliki selamanya.

Kresna Timbang
Raden Samba kesal hati hendak menghancurkan timbangan itu. Hal itu dicegah Bambang Partajumena dan Dewi Prantawati. Lalu giliran Dewi Rukmini. Atas saran dari Dewi Radha, ia memberikan sebuah gelang dari benang emas yang dililitkan bersama daun vrindha (daun kemangi). Hasilnya ternyata seimbang, sama dengan berat suaminya. Tanda cinta Rukmini sangat lah besar bagaikan pengabdian yang murni. Dewi Jembawati kaget bukan kepalang begitu para isteri Kresna lainnya. Lalu ketika giliran Dewi Radha, ia memberikan hanya sehelai bulu merak yang diikat daun vrindha dan hasilnya pun sama seperti Rukmini, seimbang. Dewi Jembawati terkejut sangat sampai lemas.

Lalu ketika Prabu Kresna diganti dengan setumpuk emas permata, Dewi Radha mampu mengangkat timbangannya dengan meletakkan satu tangan di sisi lain timbangan itu. Meski sudah jelas pemenangnya ialah Radha dan Rukmini, prabu Kresna menjelaskan bahwa ia mencintai para isterinya dengan sama dan setara. Penyebab hasilnya ada yang tidak imbang terletak di hati masing-masing. Prabu Kresna juga meminta maaf bila memang ada salah satu dari mereka yang kurang puas. Dewi Jembawati yang masih tidak percaya berlalu begitu saja lalu ia pergi bersama Samba ke kamar.

Samba Mbalela

Dewi Jembawati menyesal sudah membuat hal konyol ini. Cinta ada bukan untuk dipamerkan tapi dibuktikan dengan kasih yang murni dan tulus. Di dalam kamar, Dewi Jembawati duduk merenung. Namun Raden Samba memanasi-manasi ibunya bahwa ini adalah sihir Kresna. Raden Samba lalu sesumbar Demi kasih ibuku aku akan memisahkan ayahku dari Radha dan Rukmini.” Raden Samba lalu duduk bersemadi meminta senjata yang bisa memisahkan hubungan itu. Lalu datang Batara Guru mengabulkan doanya. Batara Guru memberika trisula dan genderang miliknya. Batara Guru berkata “pergunakan trisula dan genderang milikku ini dengan benar. Pisahkan setiap hubungan yang tidak sehat di alam dunia ini.”  Singkat cerita, Samba mencari keberadaan ayah dan kedua ibu tirinya itu.

Di tengah taman Banoncinawi, Prabu Kresna sedang bercengkerama dengan para isterinya. Lalu datang Samba yang membawa trisula dan genderang. Ia berkata dengan kasar “Radha, minggat kau dari sini!!! kau bukan siapa-siapa di sini tapi berani dikasihi oleh ayahku...kau benar-benar murahan....wanita jalang!!!.statusmu hanya pasangan ruhani jangan seenaknya mendekati ayahku. Dan kau Rukmini! kau harusnya pergi saja dari sini...cintamu hanya menghalangi kebahagiaan ibuku. Sekarang kalian berdua rasakan kemarahanku!!” Radha berkata dengan lantang kepada anak tirinya itu“Samba...aku ini juga ibumu. Jika kau cemburu maka aku dengan senang hati akan keluar dari Dwarawati ini. Tapi biarkan dinda Rukmini tinggal.” “tidak yunda Radha, jika kau pergi, maka aku dan kakanda Kresna juga akan pergi. Cintamu dan cintaku pada kakanda adalah dasar hubungan persahabatan kita.” Raden Samba kesal dan segera membunyikan genderang milik Batara Guru. Suaranya sungguh keras,mengganggu dan menggetarkan seisi alam semesta. Dewi Radha, Dewi Rukmini, dan 16.000 madu mereka kesakitan telinganya. Kepala mereka sakit dan pandangan berkunang-kunang. Prabu Kresna geram “Samba...tindakanmu arogan penuh nafsu. Ini bukan baktimu kepada ibu, tapi dosamu pada semua ibumu. Kenakalanmu menyamai Dewasrani yang jahat.....hentikan kebodohan ini!!” Raden Samba bukannya sadar malah gembira hati. Ia makin keras menabuh genderang Mahadewa itu. Prabu Kresna segera meniup seruling Pemikat Rahsa miliknya. Suara seruling itu beradu dengan suara genderang Batara Guru itu menimbulkan daya ledak yang tinggi. Karena sudah tidak kuat menahan suara itu  lagi, Radha dan para isteri Kresna lainnya kecuali Jembawati akhirnya pingsan tak sadarkan diri. Samba makin girang.

Tak cukup menganiaya ke 16.009 ibu tirinya, ia juga melempparkan trisula sakti Batara Guru ke arah Kresna. Di kahyangan, batara Guru dan Batari Durga hanya bisa melihat dengan pilu. Sahabatnya sang Wisnu itu akan diserang trisula miliknya. “baiklah, anakku...jika ini maumu, maka kuserahkan tubuhku ini pada trisula sang Mahadewa.” Prabu Kresna menghentikan tiupan serulingnya dan seketika, ia menerima trisula itu....jrass...tubuh Prabu Kresna rubuh tak sadarkan diri terkena hujaman mata trisula. Tiga luka menganga mengucurkan darah dan racunnya menyebar cepat. Sang raja Dwarawati sekarat. Bambang Partajumena, Arya Setyaka, Bambang Gunadewa, dan Dewi Prantawati berusaha menghentikan tindakan mbaléla saudara mereka satu ini. Namun kesaktian Samba jadi berlipat ganda. Keempat saudaranya itu langsung dikalahkan dan dibuat tumbang juga. Tak cukup itu saja, Raden Samba diam-diam memindahkan kekuatan trisula Batara Guru ke tangannya. Dengan kekuatan itu, ia menciptakan ombak besar ke arah pulau Dwaraka. Kerajaaan Dwarawati hendak ditenggelamkannya bersama ayah dan 16.009 ibu tirinya. Ombak bersabung badai menderu, menerjang dan merusak seisi keraton Dwarawati atas perintah Samba. “Hari ini Dwarawati akan tenggelam demi ibuku! Dwarawati tenggelam karena ulahmu Radha dan Rukmini!” sahut Samba dengan tanpa dosa. Semakin lama, Dwarawati makin karam. Para penduduk lari ketakutan menyelamatkan diri. Korban jiwa yang tidak bersalah mulai berjatuhan. Lalu datang dari arah luar taman ki lurah Semar menolong Prabu Kresna. Ia segera mengusap bulu merak mahkota Kresna dan mengambil Cangkok Wijayakusuma dan mengibas-ngibaskan ke arah awan hujan. Dan seketika turun hujan penyembuh. Prabu Kresna, Dewi Radha, Dewi Rukmini, dan yang lainnya sadar kembali. 

Ki lurah Semar dan tiga putranya memapah Prabu Kresna kembali ke tempat tidurnya. Para isteri Kresna juga ditolongnya ke tempat yang aman dengan kesaktian Semar. Dewi Radha yang baru siuman segera membantu Kresna. “kakanda prabu, cinta kita semua adalah dasar pondasi dari Dwarawati. Di Dwarawati tidak boleh lagi ada kesombongan. Kakanda harus menyadarkan Samba dari kesombongannya. ”  Prabu Kresna murka dan seketika mengusap panah Aji Kesawa di punggungnya. Bertriwikrama lah ia jadi Brahalasewu. Raksasa jelmaan Wisnu itu segera mencebur ke laut dan mengangkat pulau Dwaraka. Keraton Dwarawati terangkat dari samudera. Semar benar-benar dibuat geram dengan tindakan semena-mena Samba. Di pinggir laut, Samba kaget tiba-tiba kerajaan Dwarawati selamat dari ombak pasang samudera dan muncul cahaya yang sangat terang dari sana. Ki Lurah Semar seketika mengeluarkan cahaya yang luar biasa terang dan membuat Raden Samba pingsan. Raden Samba yang bangun dari pingsannya dihadapkan dengan Semar dan ayahnya. Samba tidak terima semuanya baik-baik saja. Ki Lurah Semar segera menampar bocah kemaren sore itu “duh blegedang gedug hemmmell...anak kurang ajar!...anak raja kelakuan denawa......ibumu sudah menyadari kesalahannya malah kau mencari bencanamu sendiri.....” “ apa pedulimu? Orang tua buruk! Jelek! Gemuk! Hidup pula...cuih!!” Samba meludahi wajah Semar. Prabu Kresna terkaget dan diam, ketar-ketir hatinya. Anaknya berani meludahi Semar. Paham dengan keadaan ndoronya yang satu ini panik, Ki Lurah Semar mengerlingkan mata tanda ia berusaha akan sabar. Dengan tenang, Ki Lurah Semar memegang kening Samba dan mengacak-acak ingatan anak itu sehingga pingsan. Raden Samba dihukum menjadi linglung sampai ia sadar sendiri. Semar lalu berpesan “ndoro prabu...aku yakin kamu tahu ini juga....sewaktu aku melihat ingatan dan alam bawah sadar putramu yang satu ini.....aku melihat masa depan yang mengerikan......tak dapat dielakkan....semoga tidak segera terjadi.” Prabu Kresna sadar apa yang dimaksud dan berjanji akan membuat Samba menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar