Halo-halo........Kali ini penulis akan mengisahkan perjalanan Arya Sitija, salah seorang putra Batara Wisnu dari Dewi Pertiwi yang mencari bapaknya yang di zaman ini menitis kepada Prabu Kresna. kisah ini agak berbeda dari yang biasanya. Dikisahkan pula, bagaimana Prabu Kresna mengalahkan musuh dewata yakni, Patih Mura, Prabu Bomantara, dan Prabu Narakasura. setelah mengalahkan mereka, Prabu Kresna melangsungkan pernikahannya dengan 16.000 wanita sekapan Narakasura demi menyelamatkan kehormatan mereka. Kisah ini bersumber dari kitab Mahabharata karya Mpu Vyasa dan serial kolosal India Radha Krishna.
Sitija Takon Rama (pernikahan Kresna dengan 16.000 wanita)
Dikisahkan pada suatu
hari, putra Dewi Pertiwi dengan Batara Wisnu yakni Arya Sitija yang saat itu
sudah berusia 5 tahun mencari bapaknya. Dewi Pertiwi ragu-ragu karena usianya
masih sangat muda namun Arya Sitija bersikeras ingin tahu. Dewi Pertiwi
akhirnya buka suara. Ia berkata “anakku, bapakmu adalah Hyang Wisnu. Sekarang ini
ia adalah seorang raja Wangsa Yadawa bernama Prabu Sri Kresna. Negerinya bernama
Dwarawati. Kau dan adikmu Siti Sundari pernah ke sana, tapi waktu itu kamu tidak
ingat. Adikmu bahkan telah dijodohkan putranya adhi Parta.” “ibunda, aku sangat
ingin bertemu kanjeng rama.” Dewi Pertiwi ragu-ragu namun atas pertimbangan
ayahnya, Batara Nagaraja Ekawarna, sang dewi bumi mengizinkan anaknya pergi ke
Dwarawati. Sebagai barang bukti, Dewi Pertiwi memberikannya cangkok
Wijayamulya, pasangan dari Cangkok Wijayakusuma. Dewi Pertiwi menwanti-wanti
putra kecilnya itu untuk berhati-hati menggunakan bunga ajaib itu. Di tengah
perjalanan, ia lupa pesanan ibunya. Arya Sitija iseng-iseng mencoba khasiat
Cangkok Wijayamulya. Ketika itu, ia melewati sebuah padmasana dan melihat ada
sesajian teronggok di sana. Arya Sitija mengibaskan cangkok Wijayamulya dan
ajaibnya, kekuatan bunga sakti itu menghidupkan kembali sarana sesajian berupa
ancak yang diatasnya ada cobek yang berisi daging burung dara bakar. Ajaibnya,
mereka hidup sebagai manusia. Manusia jelmaan burung dara bakar diberi nama
Mahudara, jelmaan ancak namanya Ancakogra dan jelmaan cobek diberi nama
Yayahgriwa.
Sesampainya di negara
Dwarawati, Prabu Kresna dihadap para permaisurinya yakni Dewi Radha, Dewi
Rukmini, Dewi Jembawati, Dewi Setyaboma, Dewi Kalindi, Dewi Charuharsini, Dewi
Nagnajiti, Dewi Mitrawinda, dan Dewi Bhadra. Lalu Arya Sitija menghadap dan
berkata “kanjeng rama... terimalah kedatanganku ini. Aku adalah anakmu dengan
kanjeng ibunda Pertiwi. Izinkan aku untuk mengabdi padamu.” Mereka menerima
kedatangan Arya Sitija. Prabu Kresna menerima putranya yang dari Dewi Pertiwi
itu. “anakku kemarilah..... peluklah ayahmu ini” Prabu Kresna memeluk putranya
lalu Arya Sitija menyerahkan Cangkok Wijayamulya. Ajaibnya, Cangkok Wijayamulya
bersatu dengan Cangkok Wijayakusuma. Kesembilan ibu tirinya juga menyambut
hormat padanya. Selama beberapa bulan, Arya Sitija tinggal di Dwarawati dan
hidup sebagai seorang pangeran. Namun setelah bertemu ayahnya, ia masih merasa
kosong. Ayahnya ada di dekatnya tapi isi hatinya seperti ada yang masih kurang.
Ia ingin menunjukan bakti kepada ayah dan negaranya.
Syahdan daratan Jawadwipa
gempar. Datang sebuah kabar berhembus kalau ada sepasang raja yakni Prabu Bomantara dan Prabu
Narakasura sedang menantang Batara Indra. Bahkan katanya, Prabu Narakasura ini
sangat sakti mandraaguna. para dewa ciut nyali dihadapannya. Dikatakan bahwa
pada jaman dulu Waraha, wujud Wisnu yang berupa manusia babi hutan bertarung
dengan Ditya Hiranyaksa, adik dari Prabu Hiranayakasipu sang raja Alengka
pertama. Sang raksasa itu menyatukan air kamanya dengan kama milik Waraha dan
menjatuhkan kama itu ke sebuah batu. Batu itu rupanya mengandung dan melahirkan
anak. Anak itu lalu dirawat Dewi Pertiwi dan dinamai Narakasura. Karena
kenakalannya, Dewi Pertiwi lalu menyuruh Narakasura bertapa brata demi mendapatkan
apa yang ia inginkan. Narakasura bertapa sehingga tubuhnya diselimuti bebatuan hingga
masa penitisan Wisnu di jaman Duparayuga. Di zaman itu, Kresna sudah menjadi raja.
Batara Brahma mengabulkan tapabratanya. Ditya Narakasura mengatakan
permintaanya “pukulun Batara, aku hanya minta satu permintaan yakni kesaktian
hingga ia bisa menikahi 16.000 wanita.” “terkabullah!, Narakasura” Kini demgan
kesaktian itu, ia bertindak semena-mena dan bersama saudara seperguruannya,
Prabu Bomantara, mereka berhasil merebut anting emas milik Dewi Shaci, isteri
Batara Indra dan istana Kawidodaren Batara Indra.
Prabu Kresna tak tinggal
diam mendengar kahyangan diganggu dan ketentraman Marcapada goyah. Atas bantuan
Semar, Prabu Kresna dan Arya Sitija, berhasil merebut Kotaraja Surateleng dan
Prajyatisa, negeri milik Bomantara dan Narakasura. Kemudian muncullah Patih
Prajyatisa yakni Patih Mura yang berkepala lima menyerbu Prabu Kresna dengan trisula
beracunnya. Raksasa tersebut bagaikan gabungan matahari dengan lidah api yang
menyilaukan. Raungannya menggetarkan dunia. Prabu Kresna terdesak dan melarikan
diri e dalam sebuah gua. Patih Mura mengejar dan berkata “hai Wisnu seciut
itukah nyalimu? Kemari dan lawanlah aku!!”
Patih Mura segera memperbanyak dirinaya menjadi lima. Di dalam gua, terkejutlah
ia mendapati disana ada banyak cermin. Di sana ia mendapati Prabu Kresna ada lima
orang. “Mura, kau sudah menyebabkan kerusakan dengan memaksa 16.000 wanita
kepada Narakasura. Rasakanlah kemarahan sang Wisnu ini.” Prabu Kresna yang
menjadi lima itu seketika melontarkan dua panah sekaligus. Panah pertama
mematahkan trisula menjadi tiga bagian, panah kedua menghantam mulutnya. Mura
mengayunkan gadanya yang dibalas dengan gada juga oleh Prabu Kresna.
Selanjutnya Prabu Kresna memotong kelima kepala Mura, badannya yang besar
bagaikan gunung jatuh ke laut. Tujuh anak-anak Mura menyerang sang raja
Dwarawati itu. Dengan mudahnya sang Narayana mengalahkan senjata mereka dan
sekaligus membunuh semuanya. Prabu Kresna mendapatkan julukan barunya yakni
Hari Murari.
Akhirnya, prabu Kresna
dan Sitija kini berhadapan dengan dua raja angkara itu. Arya Sitija melawan
Bomantara sedangkan Prabu Kresna melawan Narakasura. Meski baru lima tahun,
Arya Sitija mampu mengimbangi kekuatan Bomantara. Namun hal yang ditakutkan
Kresna terjadi. Arya Sitija mulai terdesak dengan kesaktian prabu Bomantara
lalu ia dihajar hingga terlempar jauh ke kawah Candradimuka. Prabu Kresna
terhenyak putranya terlempar. Ketika menuju kahyangan, ia mendapati kawah Candradimuka
bergejolak dahsyat. Prabu Kresna syok. Putranya jatuh ke kawah itu. Tiba-tiba,
Arya Sitija berhasil keluar dari dalam kawah dalam wujud anak remaja berusia 23
tahun dan menjadi semakin sakti mandraguna. Prabu Bomantara kaget Arya Sitija
berhasil selamat dari panasnya kawah para dewa itu. Sekarang gantian, kekuatan
Arya Sitija yang jauh diatas Prabu Bomantara. Dengan tangan kosong, Prabu
Bomantara berhasil ditewaskan. Prabu Kresna bangga putranya kini telah berubah
menjadi dewasa dalam sekejap dan bersama-sama mengalahkan salah satu musuh
dewa.
Prabu Narakasura murka karena saudara seperguruannya kalah dan tewas. Saat melihat sang raja Dwarawati duduk bersama para isterinya di atas Garudeya Brihawan, Narakasura melontarkan panah yang mematikan. Prabu Kresna membalas dengan menggunakan panah Paksi Kukila, panah yang mempunyai sepasang sayap, yang menghancurkan pasukan Narakasura. Prabu Kresna terbang menghancurkan pasukan gajah raksasa yang akhirnya ditarik mundur ke kota.
Narakasura Lena |
Prabu Kresna
mengembalikan istana milik Indra, juga perhiasan milik Dewi Shaci. Sekembalinya
dari kahyangan, Prabu Kresna berpikir karena kerajaan Surateleng dan Prajyatisa
sudah kosong maaka ia mengangkat putranya, Sitija sebagai raja
Surateleng-Prajyatisa. Prabu Sitija berganti nama menjadi Boma Sitija alias
Narakasura Boma. Kerajaan Surateleng Prajyatisa digabungkan dan diganti namanya
juga menjadi Trajutresna. Putra Prabu Narakasura yakni Pacadnyana sebagai Patih
mendampingi Boma Sitija. Selanjutnya, prabu Kresna masuk ke dalam istana
Narakasura di mana raja tersebut menyekap 16.000 orang putri. Dia membebaskan
semua putri tersebut. Salah satu dari mereka mewakili semua berkata “tuanku
narayana.......terima kasih kerna sudah membebaskan kami semua. Tapi sekali
lagi tolonglah kami dari anggapan masyarakat. Kami telah disekap raja Narakasura
dan kehormatan kami telah dirogolnya. Kami sudah tidak berharga lagi di tengah
masyarakat.” “tolonglah kami, gusti prabu!” “Tolonglah kami!” sahut yang
lainnya. “Tolong jadikan kami 16.000 orang puteri ini sebagai isterimu, yang
mulia.” benar, kesemua puteri itu memilih Kresna sebagai suami. Prabu Kresna
dihadap para sembilan isterinya. Semua akhirnya menyetujui kalau suami mereka menikahi mereka
semua. Dengan kekuatan dewata miliknya, Prabu Kresna memboyong mereka semua ke
Dwarawati dan memperbanyak dirinya menjadi 16.000 orang dan menciptakan 16.000 rumah
yang semewah istana – dan dia pun menjalankan kehidupan rumah tangga ideal
bersama istri-istrinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar