Sabtu, 28 November 2020

Umadewi

 Matur salam, para pembaca. Kisah kali ini mengisahkan tentang Batara Guru mendapatkan istrinya, Batari Durga. Dikisahkan pula pengabdian Lembu Andini dan saudara-saudaranya di Jonggring Saloka. kisah diakhiri dengan serangan Prabu Kalamercu dari Tunggul Wesi karena sebuah siasat adu domba. Sumber dari kisah ini adalah blog albumceritawayang.blogspot.com, Serat Purwacerita dan blog caritawayang.blogspot.co.id dengan pengembangan dan perubahan sesuai imajinasi penulis

Kisah Umadewi

Terkisahlah disebuah negeri bernama Merut di kaki Pegunungan Himalaya. Kala itu Prabu Umaran atau lebih dikenal sebagai Prabu Himawan sedang menuju taman istana. Disana ia ingin memenuhi keinginan sang istri, Dewi Mena alias Dewi Nurweni yang sedang ingin makan buah ranti. Rupa-rupanya sang istri tengah hamil dan kini ngidam makan buah yang mirip tomat itu. Buah pun didapat. Selang sembilan bulan kemudian, Dewi Mena melahirkan sepasang bayi kembar namun salah satu bayinya itu berwujud cahaya keemasan bersemu merah yang mampu terbang kesana-kemari. Prabu Himawan segera mengejar dan coba untuk menangkapnya, namun selalu gagal. Akhirnya Himawan terus mengikutinya hingga ke puncak pegunungan Himalaya. Lalu Prabu Himawan memutuskan bersemadi, mohon kepada Sanghyang Maha Agung, Tuhan yang Maha Kuasa agar anaknya yang berujud cahaya itu bisa diujudkan menjadi bayi normal. “Hong....Tuhan yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Aku mohon padaMu ujudkanlah bayi hamba yang berujud cahya menjadi bayi biasa.” Tuhan Maha Mendengar. Do’a nya terkabul. Cahaya ajaib itu menjelma menjadi bayi, namun memiliki kelainan. Bayinya berkelamin perempuan tapi juga memiliki lingga palsu (kelamin pria). Sekembalinya ke istana, Prabu Himawan memberi nama anak-anak perempuannya yang baru lahir itu. bayi yang berasal dari cahaya diberi nama Umadewi dan sang ibu memberinya nama Parwati yang berarti air mata pegunungan. Sedangkan kembarannya diberi nama Gangga alias Jahnawi.

Singkat cerita, Umadewi tumbuh menjadi gadis yang menawan agak tomboy, lincah, dan sakti mandraguna. Kebiasaan sang ayah yang suka menyepi dan bersemadi rupanya menurun kepada Umadewi. Dia gemar sekali bertapa, memohon kemurahan Yang Maha Agung agar bisa menjadi istri penghulu para dewa. Tapa brata Umadewi didengar Tuhan yang Maha Kuasa.

Sang Batara Padawenang yang sudah lama menyepi kahyangan Ondar-Andir Buwana telah datang ke kahyangan Jonggring Saloka untuk mengabarkan kabar dari Yang Maha Kuasa kepada sang putra Batara Guru. “anakku....sudah saatnya kau memikirkan tentang sisihan. Saudaramu Ismaya sudah lama berumah tangga.” “lalu siapa kah yang pantas menjadi sesandinganku, ayahanda? sedangkan tugas menjadi pemimpin kahyangan, bumi, dan dunia bawah sudah sedemikian beratnya.” Sang batara Padawenang menjelaskan “Anakku di negeri Merut ada seorang putri cantik yang sakti bernama Umadewi, putri Prabu Himawan dan Dewi Mena. Dia sekarang bertapa demi mewujudkan cita-citanya menjadi istri pemimpin para dewa. Taklukanlah dia, anakku.”

Pinangan sang Penghulu Para Dewa

Batara Guru segera berangkat ke negeri Merut untuk melamar Umadewi. Ayah dan ibu Umadewi yang merupakan anak-anak bidadari itu setuju. Oleh mereka, Batara Guru diantar ke tempat Umadewi bertapa dan sisanya akan diserahkan pada Batara Guru. Batara Guru kemudian mendekati Umadewi. Umadewi merasakan kehadiran pemimpin para dewa itu. Untuk menguji kesaktian calon suaminya itu, ia segera bangun dari tapanya dan bersembunyi dari pohon ke pohon. Batara Guru terus mengejarnya. Sampailah Umadewi di pinggir pantai lalu mengubah dirinya menjadi ikan turbah dan terjun ke dasar samudera. Batara Guru awalnya menjadi bingung kemana perginya Umadewi, namun setelah menggunakan kesaktiannya, ia tahu bahwa Umadewi sedang menguji dirinya dengan bersembunyi dalam wujud ikan turbah di dasar samudera. Batara Guru segera mengejar ikan jelmaan Umadewi di lautan. Saat hampir tertangkap, Umadewi mengubah dirinya menjadi manusia duyung yang mampu berenang lebih cepat.

Batara Guru mengejar Umadewi dalam wujud duyung
Batara Guru tak hilang akal. ia juga mengubah diri menjadi manusia duyung. Begitu sampai di tepi pantai, Umadewi melihat Batara Guru semakin mendekat. Umadewi segera berubah kembali wujud aslinya dan terbang melesat ke angkasa. Batara Guru menyusulnya setelah kembali ke wujudnya yang semula. Terjadilah kejar-kejaran di angkasa. Namun, begitu hendak tertangkap, Umadewi selalu saja bisa lolos. Kulitnya yang amat halus dan licin bagaikan belut membuat pergerakannya sangat cepat dan mudah lolos.

Tulah Tangan Berlaku (Durga Daup)

Batara Guru menjadi sedikit kesal. Batara Guru bergumam ‘kesit sekali gadis ini. Kalau saja tanganku ada empat. Mungkin akan lebih mudah.” Tuhan memang Maha mendengar. Seketika ucapannya berubah menjadi doa. Tangan Batara Guru bertambah sepasang sehingga Batara Guru mendapat nama baru yaitu Siwa Caturbuja. Sekarang Batara Guru bertangan empat dan dapat dengan mudah menangkap Umadewi. Batara Guru kemudian memerciki Umadewi dengan Tirta Maolkayat dan akhirnya Umadewi sudah diruwat dan tersucikan. Lingga palsu miliknya telah runtuh, tinggal kelamin perempuannya saja.

Batara Guru berhasil mendapatkan Umadewi
Kini ia juga bisa berumur panjang sama seperti halnya Batara Guru. “Umadewi, sekarang kamu telah tersucikan. Kecantikanmu semakin memancar. Kesaktianmu tidak akan hilang malah akan bertambah. Untuk memenuhi harapanmu menjadi istri pemimpin para dewa, maukah kamu mendampingi aku sebagai istri dan permaisuri kahyangan?” ampun tuanku Batara, tuanku sudah berhasil mengungguli kesaktian patik. Tidak ada satupun keraguan di hati patik untuk menjadi pendampingmu. Cacat patik yang memalukan sudah tuanku ruwat. Patik bersedia menjadi pendamping Tuanku Batara segenap jiwa raga. Namun Tuanku harus berhati-hati dengan perkataan dan perbuatan seorang  yang hatinya disakiti lelaki baik karena kesalahannya sendiri maupun kesalahan lelaki itu. Karena ucapan dan perbuatan yang dilakukan perempuan yang marah mampu mendatangkan bencana bagi lelaki yang melukainya.” Batara Guru segera memboyong Umadewi dan dia mendapat julukan baru yaitu Durga yang bermakna sulit didekati. Bukan hanya itu, saudara dari Batari Durga, yaitu Dewi Gangga diangkat menjadi bidadari.

Kisah Andini-Andana

Sementara itu, alkisah di lereng Himalaya, Prabu Pattanam, keturunan Sang Dewa Taya memimpin bangsa dedemit Dahulagiri. Ia memiliki empat putra yakni Andini, Andana, Cingkarabala dan Balaupata. Andini dan Andana berwujud sepasang lembu kembar berbulu putih keemasan, bisa terbang secepat kilat, dan bisa menyemburkan api yang mampu memusnahkan sebuah kota. Karena kesaktian mereka, kotoran dan air seni kedua lembu sakti itu menjadi barang pusaka yang mampu menyuburkan tanah gersang padang pasir sekalipun. Karena itu, lembu Andini dan Andana dipuja bagaikan dewa oleh penduduk Dahulagiri. Cingkarabala dan Balaupata berwujud raksasa kembar bersenjatakan mausala (pentungan). Mereka sangat rukun seia sekata saling dukung satu sama lain.

Takluknya Lembu Andini dan saudara-saudaranya
Pada suatu hari, mereka menghadap ayahandanya. Mereka ingin pergi ke kahyangan Jonggring Saloka untuk mencobai kesaktian batara Guru. Prabu Pattanam jelas khawatir dan berkata “para putraku, jangan seperti itu. menjajali pemimpin para dewa sama saja mencari mati, anakku. Rakyat Dahulagiri sudah menghormati dan memuja kalian bagaikan dewa. Apakah masih kurang kah rasa hormat itu?  sadarlah, para putra-putraku. Kemauan dan keinginan itu tak akan pernah dan bisa terpuaskan. Keinginan kalian terlalu mustahil dan berbahaya, yang kalian cobai itu pemimpin tinggi para dewa, Batara Guru sang Siwa.” Lembu Andini kemudian berkata “harus ada yang berani mencobanya, ayahanda. Tak ada ruginya. Kalu kami menang, derajat kita semua bisa naik....kalau kalah, kami akan dengan senang hati menghamba pada Batara Guru, sang Siwa Girinata dan kalaupun kami harus tewas, kami tidak akan menyesal karena sudah mencoba.” Cingkarabala-Balaupata menyokong apa yang dikatakan Andini “betul apa yang dikatakan Andini. Kami siap dengan segala resikonya, ayahanda.”

Singkat cerita, keempat putra Pattanam itu berangkat menuju Kahyangan Jonggring Saloka. Cingkarabala naik ke punggung Lembu Andini sedangkan Balaupata menaiki Lembu Andana. Mereka terbang dengan sangat kilat. Namun sebelum mereka sampai di puncak Jonggring Saloka, batara Guru mengerahkan Aji Pangabaran sehingga tahu akan penyerangan itu. Batara Guru menghadang keempat putra Pattanam. Andini dan Andana yang sakti menyemburkan api sambil terbang di angkasa dan Cingkrbala-Balaupata terus mengarahkan mausala mereka untuk memukul Batara Guru. Namun kesaktian mereka tak setara dengan Batara Guru. Cingkarabala-Balaupata langsung ambruk terkena pukulan tombak Trangganaweni. Sementara Lembu Andini dan Andana tak berdaya terkena Aji Kemayan yang dijapa Batara Guru. Keempat putra Pattanam akhirnya menyerah dan ingin mengabdi pada Batara Guru. Batara Guru mengizinkan Lembu Andini, Cingkarabala dan Balaupata mengabdi. Sementara Lembu Andana diperintahkan untuk kembali ke Dahulagiri menemani sang ayah dan ia pun dilantik menjadi raja binatang ternak. Lembu Andini menawarkan kesaktian dan kemampuan terbangnya untuk membawa Batara Guru kemanapun ia suka. Maka Andini dijadikan dewa para lembu dan menjadi kendaraan bagi Batara Guru. Sementara Cingkarabala dan Balaupata diangkat menjadi dewa pintu bergelar Batara Cingkarabala dan Batara Balaupata. Mereka diperintahkan untuk menjaga lawang Kori Selomatangkep, pintu gerbang kahyangan Jonggring Saloka.

Iri hati Lembu Andana

Semenjak Lembu Andini menjadi kendaraan Batara Guru, kembarannya yaitu Lembu Andana merasa iri. Dia menilai keputusan sang pemimpin para dewa itu tidak adil. “kenapa Andini, Cingkarabala dan Balaupata berdarajat tinggi? Cuma aku yang berderajat raja. Ini tak adil. Aku harus membuat Batara Guru menyesali perbuatannya.” Di tengah perjalanan menuju Jonggring Saloka, Lembu Andana singgah di negeri Tunggulwesi, kerajaan milik Prabu Kalamercu, yang terkenal akan kesaktiannya. Lembu Andana merasa ini adalah kesempatan untuk mengalahkan Batara Guru. Ia akan mengadu domba Batara Guru dengan Prabu Kalamercu, pengikutnya sendiri. Lembu Andana segera menyamar menjadi Andini datang dari angkasa kemudian menyampaikan berita bohong“Paduka Prabu Kalamercu, perkenalkan, namaku Andini. Aku adalah kendaraan Batara Guru. Aku kesini ingin menyampaikan pesan dari kahyangan.” “pesan apa itu wahai paduka ?”  Lembu Andana berkata “aku menyampaikan pesan peringatan. Negeri Tunggulwesi akan dihancurkan oleh kekuatan junjungan hamba.” “ itu tidak mungkin. Aku adalah pemuja paduka Batara Guru yang taat. Mana mungkin junjunganku akan menghancurkan negeri pengikutnya?” Lembu Andana kemudian menampilkan gambaran tentang Negeri Tunggulwesi yang hancur dari sorot matanya. Prabu Kalamercu menjadi terpancing dan menjadi murka. Dia mengerahkan segenap tentaranya yang terdiri dari bangsa jin dan siluman lalu segera menyerang Jonggring Saloka. Lembu Andana menjadi senang dan ia ikut menyusup bersama pasukan Tunggulwesi.

Adu domba

Batara Guru, Batara Semar dan putra-putri Batara Semar saat itu sedang penghadapan. Putra-putri Batara Semar dengan Dewi Kanastren itu diantaranya Batara Surya, Batara Candra, Batara Yamadipati, Batara Kamajaya, Batara Wrehaspati yang kini menjadi guru para dewa, dan Dewi Hastuti. Di sana putra-putra angkat batara Semar yakni Gareng dan Petruk juga ikut dalam penghadapan. Di saat mereka sedang membahas tentang kahyangan dan bumi, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan kedatangan Prabu Kalamercu beserta seluruh pasukannya.

Peperanganpun meletus. Angin menderu kencang, bumi bergoncang. Banjir tumpah ke daratan. Badai salju dan es mengubur dataran rendah. Pasukan siluman Tunggulwesi terus bertarung melawan Batara Semar dan para putra. Pasukan jin dan siluman bukannya mundur malah semakin maju dan membuat para putranya kelabakan. Akhirnya Batara Semar mengeluarkan ajian Kentut Sakti. Angin dari kentutnya membuat para pasukan Tunggulwesi segera mundur. Segera Batara Semar menyuruh Batara Cingkarabala dan Balaupata menutup Lawang Kori Selomatangkep. Sementara itu di angkasa, Prabu Kalamercu berperang tanding dengan Batara Guru yang mengendarai Lembu Andini. Keduanya saling terjang, saling pukul, saling hantam, dan saling mengadu kesaktian. Pertarungan mereka membuat hujan bercampur debu dan halilintar menyambar-nyambar. Tombak Trisula dan Tombak Trangganaweni dilemparkan kearah Prabu Kalamercu namun kesaktian sang prabu bukanlah isapan jempol. Senjata dewa itu tak mampu melukainya bahkan membuatnya memantul balik kearah pemilik asal. Segeralah Batara Guru meraihnya namun akibatnya Batara Guru dan Lembu Andini jadi terhempas ke arah lereng gunung karena gelombang kejut yang dihasilkannya.

Tulah kaki Lumpuh Layuh (Andana menjadi Naga)

Batara Guru jatuh ke dalam jurang berbatu cadas. Kaki kirinya terperosok masuk dan terjepit batu-batu cadas. Begitu kakinya berhsil keluar, kaki kirinya menjadi lumpuh layuh, dan mati rasa. Batara Guru merasa kutukan yang pernah dilontarkan ayahnya telah terjadi lagi. Prabu Kalamercu segera mendekat dan akan menebas leher sang raja para dewa. Dalam keadaan yang sedemikian gawatnya, Batara Guru menggunakan jurus andalannya, aji Kemayan. Seketika prabu Kalamercu jatuh lunglai tak bertenaga. Batara Guru kemudian bertanya padanya “Kalamercu! Kenapa kamu tiba-tiba mengamuk menyerang kahyangan? Apa aku telah berbuat tak adil?” “Paduka Batara. Aku telah mendengar dari lembu kendaraan paduka bahwa paduka akan meghancur luluhkan negeri Tunggulwesi, kerajaan hamba padahal hamba tidak melakukan kesalahan apapun sebelum ini itulah alasanku menyerang kahyangan”

Lembu Andana menjadi naga
Lembu Andini mengklarifikasi apa yang dikatakan Prabu Kalamercu “tidak Kalamercu. Aku tidak pernah melakukan hal itu. Demi nama Sanghyang Maha Agung lagi Maha Melihat, paduka Batara Guru tak pernah memerintahkan untuk mengabarkan kabar itu. Aku merasa ada yang coba mengadu domba kita.” agar semuanya jelas, Batara Guru segera menerawang hal yang sebenarnya dengan Mustika Retnadumilah. Disitu terlihat Lembu Andana menyamar menjadi Andini dan menyampaikan kabar bohong kepada Kalamercu. Dengan kesaktiannya, Batara Guru dan Lembu Andini memanggil Lembu Andana lewat aji Pameling. Lembu Andana seketika muncul dihadapan mereka. Andini memarahi saudara kembarnya itu “Andana, jahat sekali kau. Memakai namaku untuk berbuat kejahatan. Aku tidak sangka kau berani berbuat seperti itu. kau sudah mencemarkan namaku juga nama baik ayahanda ...”  “Andini, kau tidak mengerti. Aku hanya ingin membuat Paduka Batara Guru berbuat adil. Aku juga ingin jadi berguna untuk kahyangan.” Andini menjadi semakin marah namun sebelum suasana menjadi panas, Batara Guru menengahi dan mengingatkan Andini untuk tetap berkepala dingin walau hati sedang panas. Lalu diajaknya Andini untuk berunding bagaimana nasib Andana. Setelah berunding, Batara Guru memutuskan untuk menghukum sekaligus menganugerahkan tugas pada Andana “Andana, menimbang karena kamu sudah membuat keributan dan juga keinginanmu untuk berguna bagi kahyangan, maka aku akan menghukummu. Mulai sekarang dan selamanya, kau harus menjadi pengantar pesan para dewa dalam wujud pelangi tujuh warna.” Dalam sekelip mata, Andana berubah menjadi naga bersisik warna-warni. Dalam wujud itu, Andana bisa mengantarkan pesan para dewa kepada makhluk-makhluk di madyapada (dunia tengah, tempat para manusia hidup) sekaligus menjadi tangga para bidadari untuk turun ke sana.

Batara Guru menarik pengaruh aji Kemayan dari tubuh Prabu Kalamercu. Prabu Kalamercu meminta maaf sudah membuat kahyangan menjadi kerepotan karena kekhilafannya. Sebagai bentuk permohonan maafnya, Prabu Kalamercu membuatkan dua pendopo baru untuk kahyangan. Dalam sekejap saja, Prabu Kalamercu berhasil membuat pendopo itu ke kahyangan Jonggring Saloka. Dua pendopo itu Balai Mercukunda untuk pelataran pisowanan agung para dewa dan Balai Marakata untuk tempat berkumpulnya para bidadari. Sementara itu karena sebelah kakinya menjadi lumpuh, maka Batara Guru mendapat julukan baru yaitu Sang Batara Lengin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar