Matur salam, para pembaca. Melanjutkan kisah Jagat Gumelar, kisah kali mengisahkan perjalanan anak-anak Nabi Adam dan Siti Hawa, dimulai dari kisah pembunuhan Kabil dan Habil, kelahiran Nabi Syis dan keturunannya. Kelak akan ada keturunan Nabi Syis yang menjadi para nabi dan rasul sedangkan keturunan yang lain akan menjadi para Dewa. baik keturunan Anwas maupun Anwar kelak akan menjadi keturunan linuwih. Sumber kisah ini adalah Serat paramayoga dan dipadukan beberpa kisah dari Timur Tengah.
Tatacara
Pernikahan anak-anak Adam dan Hawa
Telah
lama Nabi Adam dan Siti Hawa berumah tangga. Setiap kali melahirkan selalu
terlahir sepasang putra-putri. Kini, anak-anak mereka sudah pada besar. Sudah
saatnya mereka untuk menikah, namun Adam dan Hawa saling bersilang pendapat tentang
tatacara pernikahan mereka. Adam berpendapat “Menurut kanda, putra pertama
harus dinikahkan dengan putri kedua sementara putra kedua dinikahkan dengan
putri pertama dan begitu seterusnya.” tapi Hawa berpendapat “ Dinda tidak
setuju! seharusnya putra pertama harus menikahi putri pertama sementara putra
kedua harus menikahi putri kedua karena dianggap telah berjodoh sejak di dalam
rahim.” Persilangan pendapat ini membuat keduanya terus berselisih tanpa ada
yang mengalah, sampai pada akhirnya mereka berdoa meminta petunjuk dari Tuhan
Yang Maha Agung. Lalu datanglah Malaikat Jibril membawa sebuah cupu (kotak
menyimpan air). Oleh Malaikat Jibril, cupu itu disebut Cupu Kamandalu. Atas
seizin-Nya, Malaikat Jibril mengambil intisari benih Adam dan Hawa untuk
ditempatkan ke dalam cupu itu. Benih Adam diletakkan di tutup cupu sementara
benih Hawa di bagian dalam badan cupu. Setelah beberapa hari, atas kehendak
Yang Maha Kuasa, benih Adam berubah menjadi calon janin. Sementara benih Hawa
tidak berubah. Karena itulah, Hawa akhirnya menurut dan pasrah menyerahkan
keputusan tentang cara pernikahan putra-putri mereka sesuai pendapat Adam.
Setelah Nabi Adam dan Siti Hawa pergi, Malaikat Jibril datang lagi atas
perintah Sanghyang Maha Agung untuk menyatukan benih Adam dan Hawa. Lalu benih yang
telah dipersatukan itu segera dimasukkan kedalam rahim Hawa secara gaib. Nabi
Adam kemudian menyimpan cupu Kamandalu di dalam ruang penyimpanan pusaka.
Kisah
Kabil dan Habil, pembunuhan pertama di muka bumi.
Walaupun
pernikahan telah dilangsungkan sesuai cara Nabi Adam, ada juga pihak yang tak
puas. Yaitu Kabil, sang putra tertua. Dia tak terima dinikahkan dengan Labudha
yang berwajah ala kadarnya, sementara kakak Labudha yaitu Habil dinikahkan
dengan adik Kabil, Aklimah yang cantik. Akhirnya mereka berdua diperintahkan Adam
sesuai wahyu dari Yang Maha Kuasa untuk mempersembahkan kurban. Barangsiapa
yang sesajinya diterima, maka dia berhak menikahi Aklimah. Habil bersedia
dengan harapan agar sang kakak insyaf. Maka mereka mempersiapkan sesaji. Kabil
adalah seorang petani jadi dia akan menyajikan hasil panennya. Namun karena
sifat kikir, dengki, dan sombong telah menyelimutinya, maka dia lebih memilih
buah-buahan dan gandum yang buruk, sedangkan yang baik disimpan sendiri.
Sementara itu Habil yang seorang peternak mengurbankan hewan-hewan
peliharaannya. Karena murah hati dan penuh iman, maka ia pilihkan domba terbaik
untuk dijadikan sesaji. Tuhan Yang Maha Kuasa kemudian mengirimkan api untuk
membakar salah satu sesaji kurban dari dua putra Adam itu. Rupanya api membakar
sesaji Habil, tanda kurbannya telah diterima. Kabil menjadi semakin kesal dan
dengki hingga pada suatu hari ketika Habil sedang menggembala, Kabil memukul
Habil dengan sebongkah batu hingga pecah kepalanya. Habil yang tidak melawan
akhirnya mati terbunuh di tangan saudaranya sendiri.
Kabil menjadi bingung dan gelisah setelah membunuh Habil. Harus diapakan jenazah adiknya itu sehinggalah datang sepasang gagak.
Ilham dari burung gagak |
Kelahiran
Nabi Syis
Semenjak
kematian Habil, Adam berduka. Nabi Adam berdo’a agar mendapatkan pengganti
Habil. Hingga pada suatu ketika, datanglah topan badai di negeri Kusniyamalebari.
Angin menerbangkan pepohonan dan tanah. Ruangan tempat Nabi Adam menyimpan cupu
Kamandalu pemberian Malaikat Jibril menjadi berantakan bahkan cupu itu hilang,
terbawa angin topan. Bersamaan pula dengan itu, Siti Hawa melahirkan lagi. Kali
ini berbeda, bukan anak kembar yang lahir namun anak tunggal. Lahirlah dari
rahim Hawa seorang bayi laki-laki. Bayi inilah yang dulu ditanamkan Malaikat
Jibril melalui cupu Kamandalu waktu itu lalu secara gaib dipindahkan atas
seizin-Nya. Nabi Adam memberi nama putranya itu Syis yang berarti hadiah.
Siti
Hawa Mengidamkan Buah-buahan Taman Surga
Singkat cerita, Syis tumbuh sebagai seorang yang saleh, berbudi, dan memiliki kebijaksanaan melebihi anak-anak Adam yang lain. Pada suatu hari, sang ibu, Siti Hawa hamil kembali dan kini tengah mengidam makan buah-buahan dari Taman Surga. Syis berkata “wahai ibu, jangan khawatir. Aku akan meminta izin pada Yang Maha Memiliki agar mendapatkan buah-buahan surga idaman ibu” singkat cerita, Syis segera berangkat untuk meminta izin kepada Yang Maha Agung. Di perjalanan, Syis digoda dan diserang oleh bangsa setan pengikut Azazil. Namun segala godaan dan tipu daya setan berhasil dikalahkan oleh Syis. Setan-setan itu berhasil diusir pergi.
Syis mendapatkan Dewi Mulat |
Singkat
cerita, setelah menikah, Syis segera kembali ke dunia membawa Dewi Mulat dan
berumahtangga di Kusniyamalebari. Buah-buahan dari Taman Surga segera
dipersembahkan kepada sang ibu. Suka citalah Siti Hawa. Saat waktunya tiba,
Siti Hawa melahirkan putra-putri kembar seperti biasa. Nabi Adam memberi nama
putra-putrinya itu Kayumaras dan Hindunmaras.
Azazil
meminta seorang Anak Perempuan
Tanpa
disadari Syis, rupanya Azazil berhasil mencuri dengar pembicaraannya dengan
Malaikat Jibril di Taman Surga. Azazil kemudian bertafakur agar diberi seorang
putri.dia berharap agar melalui putrinya, kelak lahir keturunan Syis yang
menjadi raja dan penguasa umat manusia. Tuhan memang Maha Adil. Ia mengabulkan
permintaan Azazil. Dari sepercik benih Azazil, Yang Maha Pencipta menciptakan
seorang perempuan yang wajah dan bentuk tubuhnya sama persis dengan Dewi Mulat
yang kemudian diberi nama Dewi Dlajah. Azazil segera membawa putrinya itu ke
negeri Kusniyamalebari supaya bisa mengandung benih Syis. Azazil memasuki rumah
Syis secara diam-diam dan menyirep Dewi Mulat lalu ditukar dengan Dewi Dlajah.
Setelah beberapa hari, setelah mengetahui Dewi Dlajah telah disenggamai Syis
yang tak bisa membedakan istrinya, Azazil mengembalikan Dewi Mulat dan membawa
pulang Dewi Dlajah.
Anwas-Anwar
Lahir
Hari
bergantin pekan, pekan berganti bulan. Tak terasa Dewi Mulat sudah waktunya .
melahirkan. Tepat pada saat matahari terbit (julung wangi), lahirlah dari
rahimnya anak kembar, hanya yang satu berwujud bayi laki-laki biasa dan yang satunya
berupa nur (cahya). Di tempat lain di saat yang hampir bersamaan, saat matahari
terbenam (julung pujut) Dewi Dlajah melahirkan anak. Namun wujudnya berupa
Asrar (plasma nutfah yang bercahaya), berkilau bagikan berlian. Oleh Azazil, Asrar
itu dibawa ke Kusniyamalebari secara diam diam dan disatukan dengan anak Syis
dan Dewi Mulat yang berwujud nur (cahya). Atas kehendak Yang Maha Kuasa, Asrar
dan Nur itu berubah menjadi sosok bayi laki-laki yang berkilauan bagai mutiara
dan nyaris tembus pandang lalu Azazil meninggalkannya. Selang beberapa waktu,
Nabi Adam datang untuk memberi nama anak-anak Syis. Anak yang berwujud bayi
laki-laki biasa diberi nama Anwas (Enos) sementara yang berwujud bayi laki-laki
yang diliputi cahaya diberi nama Anwar(Nara). Nabi Adam mendapat firasat bahwa
kelak Anwas akan menurunkan orang-orang pilihan Yang Mahakuasa yang kelak
ditutup oleh orang bernama Isa A.S dan Muhammad SAW, sementara Anwar akan berpaling
dari ajaran Adam dan Syis dan memilih jalannya sendiri namun keturunannya juga kelak
akan menjadi para raja dan tokoh besar di muka bumi. Syis menjadi bimbang dan
menyerahkan sepenuhnya kepada Sanghyang Maha Agung, Tuhan yang Maha
Berkehendak.
Anwar
berguru di hutan Ambalah
Singkat
cerita, Anwas tumbuh menjadi seorang yang alim, tekun ibadahnya kepada
Sanghyang Maha Agung, Tuhan Semesta Alam. Segala ilmu dan kebijaksanaan dari
ayahnya telah ia kuasai. Sementara Anwar sangatlah gemar bertapa dan menyepi
jauh dari keramaian. Hingga pada suatu hari ia berguru kepada seorang yang
sakti di hutan Ambalah. Oleh orang sakti itu, Anwar diajarkan ilmu amblas bumi,
ilmu berjalan di atas air, kemampuan terbang, ilmu menghilang, dan berubah
wujud. Sekembalinya dari hutan Ambalah, Nabi Adam melihat perubahan pada diri
Anwar. Nabi Adam berrtanya, “cucuku Anwar, kau dari mana saja?” “aku pergi ke
hutan untuk menyepi lalu akau bertemu seorang yang sakti dan aku diajari
berbagai ilmu.” Adam sadar bahwa orang sakti itu adalah Azazil yang sedang
menyamar lalu mengingatkan Anwar untuk tidak berhubungan dengan orang sakti itu
lagi karena ia adalah Azazil, penghulu penduduk langit yang pernah menolak
sujud kepada Adam.
Wafatnya
Nabi Adam
Beberapa
tahun kemudian, Nabi Adam telah berusia 1000 tahun. Cahaya kenabian di dahinya
turun kepada Syis. Beberapa hari setelah cahaya kenabian turun, Nabi Adam sakit
keras dan kini dalam keadaan sakaratulmaut, merasa ajalnya sudah dekat. Di
sekitarnya telah berkumpu Siti Hawa, sang istri dan seluruh putra, cucu, cicit,
piut, dan canggah mereka. Diantara mereka ada Khanukh, cicit Anwas, anak Sayyid
Yared (kelak dia menjadi nabi menggantikan Syis bergelar Nabi Idris). Anwas dan
Anwar turut prihatin akan keadaan sang kakek. Tak lama kemudian, datanglah dua
malaikat yang diutus Yang Maha Agung datang ke Kusniyamalebari. Mereka adalah
Malaikat Jibril dan Malaikat Izrail. Malaikat Izrail bertugas mencabut atma
(nyawa) Nabi Adam dan Malaikat Jibril mewartakan bahwa Syis yang akan menjadi
pelanjut Adam sebagai nabi juga mengangkat Kayumaras sebagai pemimpin
Kusniyamalebari yang baru bergelar Sultan Kayumuthu. Demikianlah, Nabi Adam pun
wafat. Para anggota keluarga serentak memanjatkan doa mengantarkan kepergian
atmanya ke hadirat-Nya.
Berpalingnya
Anwar demi Umur Panjang
Empat puluh hari berlalu setelah wafatnya Nabi Adam, dua putra Nabi Syis, Anwas dan Anwar saling berdebat tentang hakikat rahasia kehidupan. Anwas berpendapat “rahasia kehidupan yang ada dalam ajaran yang diajarkan kakek dan ayah adalah yang benar. Kitab dan sahifah adalah peninggalannya berisi rahasia-rahasia menjalani kehidupan ini karena berasal dari Yang Maha Kuasa. Mencari cara-cara lain untuk mengungkapnya adalah sebuah kesia-siaan belaka.” “aku tidak setuju, kakang. ilmu dari Tuhan itu sangat luas tak berbatas dan tak hanya tertampung dalam kitab dan sahifah saja. Alam ini juga mengajarkan itu semua. Hukum sebab-akibat di alam ini yang menuntun kita dalam mempelajari hakikat kehidupan. Terlebih setelah melihat kakek diwafatkan di usia 1000 tahun. Kalau pun ajaran kakek dan ayah benar harusnya bisa menghindarkan kita dari kematian seperti halnya para malaikat yang berumur panjang.” Anwas tidak setuju “tidak, adikku! Malaikat dan manusia berbeda penciptaannya. Mereka terbuat dari cahaya yang tak bisa padam sedangkan kita dari saripati tanah yang hanya terang jika terkena cahaya. Cepat atau lambat, kita akan kembali menjadi materi gelap.” “kalau kita berusaha kita bisa seperti malaikat.bisa berusia panjang dan abadi.”
Anwas-Anwar Tandhing |
Pencarian
Tirta Maolkayat.
Lalu
Anwar bertemu dengan Azazil, sang kakek dari pihak ibu. Azazil juga
mengungkapkan bahwa ia lah orang sakti yang dulu ditemuinya di hutan. Azazil
memberitahukan rahasia “Anwar cucuku, kalau kamu ingin bisa berumur panjang
seperti para malaikat, pergilah ke Tanah Lulmat jauh di Kutub Utara. Akan turun
disana air ajaib yang bisa membuat pemakainya berumur panjang sampai hari
kiamat tiba.” Maka pergiah Anwar ke utara. Setelah sekian lama ia sampai di
kutub utara. Udaranya begitu dingin membekukan. Dimana-mana hanya ada es dan
salju. Tapi anehnya ada sebidang tanah yang justru ditumbuhi rumput dan terasa
cukup hangat. Itu lah Tanah Lulmat. Anwar kemudian bertapa dan berdoa memohon
kemurahan Tuhan yang Maha Kuasa. Setelah sekian lama menahan cuaca yang begitu
membekukan, Yang Maha Kuasa menjawab doa Anwar. Datanglah sekumpulan awan
mendung dari Lautan Rahmat. Dari awan mendung itu, turunlah air keabadian yang
disebut juga Tirta Maolkayat. Anwar kemudian mandi dan meminum air itu. Sejak
saat itu Anwar menjadi makhluk berumur panjang. Anwar berniat untuk menampung
air itu agar bisa diminum oleh keturunannya nanti namun ia tak tahu caranya.
Lalu datanglah Azazil membawa cupu Kamandalu dan menyerahkannya pada sang cucu.
Dahulu, cupu itu adalah milik Nabi Adam pemberian Malaikat Jibril dan wadah itu
lah tempat dimana benih Adam dan Hawa menyatu menjadi calon bayi Nabi Syis.
Cupu itu terhempas angin topan saat kelahiran Nabi Syis dan ditemukan Azazil
terapung di tengah samudera. Anwar segera membuka cupu Kamandalu dan ajaib,
seluruh Tirta Maolkayat masuk dan dapat tertampung semua.
Pengembaraan
Anwar
Anwar kemudian meninggalkan dari Kutub Utara yang dingin membekukan itu. Di tengah perjalanan sedang musim dingin. Terjadi badai hebat yang menurunkan hujan es yang sangat lebat. Anwar memutuskan berteduh di dalam lubang sebuah pohon gundul.
Anwar mandi Tirta Maolkayat |
Turunnya
Mustika Retnadumilah
Setelah
mengarungi Sungai Nil yang panjang itu, sampailah di hulunya yaitu Danau
Jambirijahari. Setelah mengambil air di sana untuk keperluan minum, Anwar
mendaki gunung yang terus menyemburkan lahar dan api. Sesampainya di puncak ia kembali
bertafakur memohon bisa melihat Taman Surga dan Kerak Neraka. Tuhan Yang
Mahakuasa mengabulkan permohonan Anwar. Pemandangan di sekeliling Anwar berubah
menjadi indah dan menyenangkan layaknya Taman Surga lalu seketika berubah menjadi
seram dan mengerikan layaknya di dasar Kerak Neraka. Pemandangan itu menghilang
setelah turunnya sebuah batu permata berbentuk bulat sempurna dari langit.
Bersamaan itu, terdengarlah suara bahwa itulah Mustika Retnadumilah. Dengan
batu permata itu, Anwar bisa melihat pemandangan dunia dan seisi jagatraya,
melihat indahnya Taman Surga, dan ngerinya Kerak Neraka.
Anwar
Menghindari Air Bah
Setelah
menerima Mustika Retnadumilah, dia mengembara ke arah timur, melewati
Kusniyamalebari. Ketika melewati perbatasan, dia melihat ada badai topan dan air
bah besar melanda seluruh Kusniyamalebari. Rumah-rumah penduduk, pepohonan,
hutan, bukit bahkan gunung-gunung terendam air. tidak ada yang tersisa kecuali
sebuah bahtera yang mengarungi air bah dahsyat itu. Di dalam bahtera itu ada
delapan puluh empat orang beserta hewan-hewan yang ada disana. Salah satu orang
itu dikenal oleh Anwar. Dia keturunan Anwas, yaitu Nuh, anak Lamekh, cicit
Khanukh (Idris). Suara dari langit muncul dan kemudian menjelaskan pada Anwar
bahwa Nuh sudah ditunjuk olehNya untuk menggantikan Syis dan Khanukh sebagai
nabi malah menjadi rasul pertama. Di masa Nabi Nuh banyak orang telah lupa
ajaran Adam, Syis, dan Khanukh (Idris) sehingga banyaklah kerusakan maka Tuhan
pun memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat bahtera dan mengangkut keluarganya dan
semua orang yang masih ikut dengannya beserta segala hewan berpasang-pasangan.
Lalu Yang Maha Kuasa menurunkan badai topan dan hujan lebat untuk menenggelamkan
orang-orang yang berbuat kerusakan itu. Anwar kemudian mengarungi air bah itu
dengan menumpang diam-diam di bahtera selama berhari-hari tanpa ketahuan.
Begitu empat puluh hari, air bah mulai surut. Sebelum Anwar melanjutkan
perjalanan, dilihatnya Nabi Nuh yang baru turun dari bahtera melakukan syukuran
dan di atasnya pelangi terbentang tanda Sanghyang Maha Agung menerima syukuran
itu.
Bertukarnya
Raga kasar dengan Raga Halus
Lalu, sampailah ia di tanah Hindustan. Di sana, ia kembali mengembara tanpa tujuan selama berabad-abad mengelilingi Benua Asia hingga tepi Samudera besar sehingga tanpa terasa bahwa waktu sudah berganti jaman. Kala itu sudah zaman nabi Musa-dan Harun, dua bersaudara cicit Nabi Yakub.
Anwar menjadi manusia berbadan ruhani |
Asal
Mula Dewa Pertama
Singkat
cerita, Sang Dewa Nurcahya telah menguasai segala ilmu. Semenjak berbadan
ruhani, dengan seizin Yang Maha Kuasa, ia mampu menundukkan bangsa jin di pulau
Dewa (pulau ini membentang dari Malwadwipa hingga ke Laksadwipa) dan menjadi dipuja
para jin. Prabu Nurhadi, raja jin kerajaan Pulau Dewa berkeinginan untuk mencobai
Nurcahya. Bertemulah Prabu Nurhadi dan Dewa Nurcahya. Berbagai kesaktian diadu
hinggalah Prabu Nurhadi kalah telak. Prabu Nurhadi kemudian mempersembahkan
putrinya, Dewi Nurrini untuk Sang Dewa Nurcahya. Pernikahan pun dilangsungkan
dan dari pernikahan itu mereka dikaruniai seorang putra yang berwujud akyan
(badan halus) bernama Nurrahsa dan itulah pertama kalinya bangsa dewa muncul
sebagai tandingan para malaikat. Sang Dewa Nurcahya menuliskan kisah hidupnya
di dalam sebuah kitab ajaib bernama Pustakadarya. Kitab itu tak berwujud namun
dapat ditulis hanya dengan suara dan hanya dapat dibaca dengan mata batin. Saat
Nurrahsa telah dewasa dan sudah berumah tangga, kini saatnya Sang Dewa Nurcahya
turun takhta dan segera melantik sang putra menjadi raja baru Pulau Dewa. Kitab
Pustakdarya, Mustika Retnadumilah, Cupu Kamandalu yang berisi Tirta Maolkayat,
dan Kayulata Mahosadi juga diwariskan padanya. Setelah itu, Sang Dewa Nurcahya
menitis dan bersatu jiwa raga dengan sang putra. Sementara Dewi Nurrini bersatu
dengan menantunya, Dewi Sarwati, istri Nurrahsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar