Rabu, 18 November 2020

Leluhur para Nabi dan Dewa (Anwas-Anwar)

 Matur salam, para pembaca. Melanjutkan kisah Jagat Gumelar, kisah kali mengisahkan perjalanan anak-anak Nabi Adam dan Siti Hawa, dimulai dari kisah pembunuhan Kabil dan Habil, kelahiran Nabi Syis dan keturunannya. Kelak akan ada keturunan Nabi Syis yang menjadi  para nabi dan rasul sedangkan keturunan yang lain akan menjadi para Dewa. baik keturunan Anwas maupun Anwar kelak akan menjadi keturunan linuwih. Sumber kisah ini adalah Serat paramayoga dan dipadukan beberpa kisah dari Timur Tengah.

Tatacara Pernikahan anak-anak Adam dan Hawa

Telah lama Nabi Adam dan Siti Hawa berumah tangga. Setiap kali melahirkan selalu terlahir sepasang putra-putri. Kini, anak-anak mereka sudah pada besar. Sudah saatnya mereka untuk menikah, namun Adam dan Hawa saling bersilang pendapat tentang tatacara pernikahan mereka. Adam berpendapat “Menurut kanda, putra pertama harus dinikahkan dengan putri kedua sementara putra kedua dinikahkan dengan putri pertama dan begitu seterusnya.” tapi Hawa berpendapat “ Dinda tidak setuju! seharusnya putra pertama harus menikahi putri pertama sementara putra kedua harus menikahi putri kedua karena dianggap telah berjodoh sejak di dalam rahim.” Persilangan pendapat ini membuat keduanya terus berselisih tanpa ada yang mengalah, sampai pada akhirnya mereka berdoa meminta petunjuk dari Tuhan Yang Maha Agung. Lalu datanglah Malaikat Jibril membawa sebuah cupu (kotak menyimpan air). Oleh Malaikat Jibril, cupu itu disebut Cupu Kamandalu. Atas seizin-Nya, Malaikat Jibril mengambil intisari benih Adam dan Hawa untuk ditempatkan ke dalam cupu itu. Benih Adam diletakkan di tutup cupu sementara benih Hawa di bagian dalam badan cupu. Setelah beberapa hari, atas kehendak Yang Maha Kuasa, benih Adam berubah menjadi calon janin. Sementara benih Hawa tidak berubah. Karena itulah, Hawa akhirnya menurut dan pasrah menyerahkan keputusan tentang cara pernikahan putra-putri mereka sesuai pendapat Adam. Setelah Nabi Adam dan Siti Hawa pergi, Malaikat Jibril datang lagi atas perintah Sanghyang Maha Agung untuk menyatukan benih Adam dan Hawa. Lalu benih yang telah dipersatukan itu segera dimasukkan kedalam rahim Hawa secara gaib. Nabi Adam kemudian menyimpan cupu Kamandalu di dalam ruang penyimpanan pusaka.

Kisah Kabil dan Habil, pembunuhan pertama di muka bumi.

Walaupun pernikahan telah dilangsungkan sesuai cara Nabi Adam, ada juga pihak yang tak puas. Yaitu Kabil, sang putra tertua. Dia tak terima dinikahkan dengan Labudha yang berwajah ala kadarnya, sementara kakak Labudha yaitu Habil dinikahkan dengan adik Kabil, Aklimah yang cantik. Akhirnya mereka berdua diperintahkan Adam sesuai wahyu dari Yang Maha Kuasa untuk mempersembahkan kurban. Barangsiapa yang sesajinya diterima, maka dia berhak menikahi Aklimah. Habil bersedia dengan harapan agar sang kakak insyaf. Maka mereka mempersiapkan sesaji. Kabil adalah seorang petani jadi dia akan menyajikan hasil panennya. Namun karena sifat kikir, dengki, dan sombong telah menyelimutinya, maka dia lebih memilih buah-buahan dan gandum yang buruk, sedangkan yang baik disimpan sendiri. Sementara itu Habil yang seorang peternak mengurbankan hewan-hewan peliharaannya. Karena murah hati dan penuh iman, maka ia pilihkan domba terbaik untuk dijadikan sesaji. Tuhan Yang Maha Kuasa kemudian mengirimkan api untuk membakar salah satu sesaji kurban dari dua putra Adam itu. Rupanya api membakar sesaji Habil, tanda kurbannya telah diterima. Kabil menjadi semakin kesal dan dengki hingga pada suatu hari ketika Habil sedang menggembala, Kabil memukul Habil dengan sebongkah batu hingga pecah kepalanya. Habil yang tidak melawan akhirnya mati terbunuh di tangan saudaranya sendiri.

Kabil menjadi bingung dan gelisah setelah membunuh Habil. Harus diapakan jenazah adiknya itu sehinggalah datang sepasang gagak.

Ilham dari burung gagak
Gagak-gagak itu berkelahi memperebutkan jenazah Habil. Salah satu gagak itu mati lalu gagak yang masih hidup segera menggali lubang dan menguburkan bangkai burung gagak yang mati itu di dalam tanah. Merasa dapat petunjuk, Kabil segera mengubur Habil seperti yang dicontohkan burung gagak. Kabil tidak bertobat pada dosanya membunuh malah ia melarikan Aklimah menjauhi Kusniyamalebari.

Kelahiran Nabi Syis

Semenjak kematian Habil, Adam berduka. Nabi Adam berdo’a agar mendapatkan pengganti Habil. Hingga pada suatu ketika, datanglah topan badai di negeri Kusniyamalebari. Angin menerbangkan pepohonan dan tanah. Ruangan tempat Nabi Adam menyimpan cupu Kamandalu pemberian Malaikat Jibril menjadi berantakan bahkan cupu itu hilang, terbawa angin topan. Bersamaan pula dengan itu, Siti Hawa melahirkan lagi. Kali ini berbeda, bukan anak kembar yang lahir namun anak tunggal. Lahirlah dari rahim Hawa seorang bayi laki-laki. Bayi inilah yang dulu ditanamkan Malaikat Jibril melalui cupu Kamandalu waktu itu lalu secara gaib dipindahkan atas seizin-Nya. Nabi Adam memberi nama putranya itu Syis yang berarti hadiah.

Siti Hawa Mengidamkan Buah-buahan Taman Surga

Singkat cerita, Syis tumbuh sebagai seorang yang saleh, berbudi, dan memiliki kebijaksanaan melebihi anak-anak Adam yang lain. Pada suatu hari, sang ibu, Siti Hawa hamil kembali dan kini tengah mengidam makan buah-buahan dari Taman Surga. Syis berkata “wahai ibu, jangan khawatir. Aku akan meminta izin pada Yang Maha Memiliki agar mendapatkan buah-buahan surga idaman ibu” singkat cerita, Syis segera berangkat untuk meminta izin kepada Yang Maha Agung. Di perjalanan, Syis digoda dan diserang oleh bangsa setan pengikut Azazil. Namun segala godaan dan tipu daya setan berhasil dikalahkan oleh Syis. Setan-setan itu berhasil diusir pergi.

Syis mendapatkan Dewi Mulat
Kemudian di dalam hutan ia bertafakur selama empat puluh hari agar diizinkan oleh Sanghyang Maha Agung memasuki Taman Surga. Setelah empat puluh hari, Malaikat Jibril dan Mikhail datang menemui Syis memenuhi perintahNya. Kepada Syis, ia diizinkan masuk Taman Surga. Di dalam Taman Surga, Syis memetik berbagai buah-buahan idaman sang ibu. Setelah dirasa cukup, Malaikat Jibril menyampaikan keputusan Yang Maha Agung,yakni menikahkan Syis dengan salah satu bidadari surga yaitu Dewi Mulat. Menurut Yang Maha Esa, kelak keturunan Syis akan menjadi menjadi manusia-manusia utama, sebahagian dari mereka akan menjadi para nabi dan raja maka yang menjadi pendamping Syis haruslah wanita yang mulia pula. Syis sangat bersyukur.

Singkat cerita, setelah menikah, Syis segera kembali ke dunia membawa Dewi Mulat dan berumahtangga di Kusniyamalebari. Buah-buahan dari Taman Surga segera dipersembahkan kepada sang ibu. Suka citalah Siti Hawa. Saat waktunya tiba, Siti Hawa melahirkan putra-putri kembar seperti biasa. Nabi Adam memberi nama putra-putrinya itu Kayumaras dan Hindunmaras.

Azazil meminta seorang Anak Perempuan

Tanpa disadari Syis, rupanya Azazil berhasil mencuri dengar pembicaraannya dengan Malaikat Jibril di Taman Surga. Azazil kemudian bertafakur agar diberi seorang putri.dia berharap agar melalui putrinya, kelak lahir keturunan Syis yang menjadi raja dan penguasa umat manusia. Tuhan memang Maha Adil. Ia mengabulkan permintaan Azazil. Dari sepercik benih Azazil, Yang Maha Pencipta menciptakan seorang perempuan yang wajah dan bentuk tubuhnya sama persis dengan Dewi Mulat yang kemudian diberi nama Dewi Dlajah. Azazil segera membawa putrinya itu ke negeri Kusniyamalebari supaya bisa mengandung benih Syis. Azazil memasuki rumah Syis secara diam-diam dan menyirep Dewi Mulat lalu ditukar dengan Dewi Dlajah. Setelah beberapa hari, setelah mengetahui Dewi Dlajah telah disenggamai Syis yang tak bisa membedakan istrinya, Azazil mengembalikan Dewi Mulat dan membawa pulang Dewi Dlajah.

Anwas-Anwar Lahir

Hari bergantin pekan, pekan berganti bulan. Tak terasa Dewi Mulat sudah waktunya . melahirkan. Tepat pada saat matahari terbit (julung wangi), lahirlah dari rahimnya anak kembar, hanya yang satu berwujud bayi laki-laki biasa dan yang satunya berupa nur (cahya). Di tempat lain di saat yang hampir bersamaan, saat matahari terbenam (julung pujut) Dewi Dlajah melahirkan anak. Namun wujudnya berupa Asrar (plasma nutfah yang bercahaya), berkilau bagikan berlian. Oleh Azazil, Asrar itu dibawa ke Kusniyamalebari secara diam diam dan disatukan dengan anak Syis dan Dewi Mulat yang berwujud nur (cahya). Atas kehendak Yang Maha Kuasa, Asrar dan Nur itu berubah menjadi sosok bayi laki-laki yang berkilauan bagai mutiara dan nyaris tembus pandang lalu Azazil meninggalkannya. Selang beberapa waktu, Nabi Adam datang untuk memberi nama anak-anak Syis. Anak yang berwujud bayi laki-laki biasa diberi nama Anwas (Enos) sementara yang berwujud bayi laki-laki yang diliputi cahaya diberi nama Anwar(Nara). Nabi Adam mendapat firasat bahwa kelak Anwas akan menurunkan orang-orang pilihan Yang Mahakuasa yang kelak ditutup oleh orang bernama Isa A.S dan Muhammad SAW, sementara Anwar akan berpaling dari ajaran Adam dan Syis dan memilih jalannya sendiri namun keturunannya juga kelak akan menjadi para raja dan tokoh besar di muka bumi. Syis menjadi bimbang dan menyerahkan sepenuhnya kepada Sanghyang Maha Agung, Tuhan yang Maha Berkehendak.

Anwar berguru di hutan Ambalah

Singkat cerita, Anwas tumbuh menjadi seorang yang alim, tekun ibadahnya kepada Sanghyang Maha Agung, Tuhan Semesta Alam. Segala ilmu dan kebijaksanaan dari ayahnya telah ia kuasai. Sementara Anwar sangatlah gemar bertapa dan menyepi jauh dari keramaian. Hingga pada suatu hari ia berguru kepada seorang yang sakti di hutan Ambalah. Oleh orang sakti itu, Anwar diajarkan ilmu amblas bumi, ilmu berjalan di atas air, kemampuan terbang, ilmu menghilang, dan berubah wujud. Sekembalinya dari hutan Ambalah, Nabi Adam melihat perubahan pada diri Anwar. Nabi Adam berrtanya, “cucuku Anwar, kau dari mana saja?” “aku pergi ke hutan untuk menyepi lalu akau bertemu seorang yang sakti dan aku diajari berbagai ilmu.” Adam sadar bahwa orang sakti itu adalah Azazil yang sedang menyamar lalu mengingatkan Anwar untuk tidak berhubungan dengan orang sakti itu lagi karena ia adalah Azazil, penghulu penduduk langit yang pernah menolak sujud kepada Adam.

Wafatnya Nabi Adam

Beberapa tahun kemudian, Nabi Adam telah berusia 1000 tahun. Cahaya kenabian di dahinya turun kepada Syis. Beberapa hari setelah cahaya kenabian turun, Nabi Adam sakit keras dan kini dalam keadaan sakaratulmaut, merasa ajalnya sudah dekat. Di sekitarnya telah berkumpu Siti Hawa, sang istri dan seluruh putra, cucu, cicit, piut, dan canggah mereka. Diantara mereka ada Khanukh, cicit Anwas, anak Sayyid Yared (kelak dia menjadi nabi menggantikan Syis bergelar Nabi Idris). Anwas dan Anwar turut prihatin akan keadaan sang kakek. Tak lama kemudian, datanglah dua malaikat yang diutus Yang Maha Agung datang ke Kusniyamalebari. Mereka adalah Malaikat Jibril dan Malaikat Izrail. Malaikat Izrail bertugas mencabut atma (nyawa) Nabi Adam dan Malaikat Jibril mewartakan bahwa Syis yang akan menjadi pelanjut Adam sebagai nabi juga mengangkat Kayumaras sebagai pemimpin Kusniyamalebari yang baru bergelar Sultan Kayumuthu. Demikianlah, Nabi Adam pun wafat. Para anggota keluarga serentak memanjatkan doa mengantarkan kepergian atmanya ke hadirat-Nya.

Berpalingnya Anwar demi Umur Panjang

Empat puluh hari berlalu setelah wafatnya Nabi Adam, dua putra Nabi Syis, Anwas dan Anwar saling berdebat tentang hakikat rahasia kehidupan. Anwas berpendapat “rahasia kehidupan yang ada dalam ajaran yang diajarkan kakek dan ayah adalah yang benar. Kitab dan sahifah adalah peninggalannya berisi rahasia-rahasia menjalani kehidupan ini karena berasal dari Yang Maha Kuasa. Mencari cara-cara lain untuk mengungkapnya adalah sebuah kesia-siaan belaka.” “aku tidak setuju, kakang. ilmu dari Tuhan itu sangat luas tak berbatas dan tak hanya tertampung dalam kitab dan sahifah saja. Alam ini juga mengajarkan itu semua. Hukum sebab-akibat di alam ini yang menuntun kita dalam mempelajari hakikat kehidupan. Terlebih setelah melihat kakek diwafatkan di usia 1000 tahun. Kalau pun ajaran kakek dan ayah benar harusnya bisa menghindarkan kita dari kematian seperti halnya para malaikat yang berumur panjang.” Anwas tidak setuju “tidak, adikku! Malaikat dan manusia berbeda penciptaannya. Mereka terbuat dari cahaya yang tak bisa padam sedangkan kita dari saripati tanah yang hanya terang jika terkena cahaya. Cepat atau lambat, kita akan kembali menjadi materi gelap.” “kalau kita berusaha kita bisa seperti malaikat.bisa berusia panjang dan abadi.”

Anwas-Anwar Tandhing
Anwar yang bersikeras mencari kehidupan abadi dihalangi Anwas. Keduanya terlibat pertarungan. Karena Anwar lebih sakti, Anwas kalah. Anwas bersedih hati dan malu. Ia kemudian bersumpah “Anwar, dengarkan sumpahku. Sekarang aku mungkin kalah tapi kelak lain lagi. Kelak akan datang suatu masa dimana ada keturunanku yang bisa menundukkan keturunanmu!”

Pencarian Tirta Maolkayat.

Lalu Anwar bertemu dengan Azazil, sang kakek dari pihak ibu. Azazil juga mengungkapkan bahwa ia lah orang sakti yang dulu ditemuinya di hutan. Azazil memberitahukan rahasia “Anwar cucuku, kalau kamu ingin bisa berumur panjang seperti para malaikat, pergilah ke Tanah Lulmat jauh di Kutub Utara. Akan turun disana air ajaib yang bisa membuat pemakainya berumur panjang sampai hari kiamat tiba.” Maka pergiah Anwar ke utara. Setelah sekian lama ia sampai di kutub utara. Udaranya begitu dingin membekukan. Dimana-mana hanya ada es dan salju. Tapi anehnya ada sebidang tanah yang justru ditumbuhi rumput dan terasa cukup hangat. Itu lah Tanah Lulmat. Anwar kemudian bertapa dan berdoa memohon kemurahan Tuhan yang Maha Kuasa. Setelah sekian lama menahan cuaca yang begitu membekukan, Yang Maha Kuasa menjawab doa Anwar. Datanglah sekumpulan awan mendung dari Lautan Rahmat. Dari awan mendung itu, turunlah air keabadian yang disebut juga Tirta Maolkayat. Anwar kemudian mandi dan meminum air itu. Sejak saat itu Anwar menjadi makhluk berumur panjang. Anwar berniat untuk menampung air itu agar bisa diminum oleh keturunannya nanti namun ia tak tahu caranya. Lalu datanglah Azazil membawa cupu Kamandalu dan menyerahkannya pada sang cucu. Dahulu, cupu itu adalah milik Nabi Adam pemberian Malaikat Jibril dan wadah itu lah tempat dimana benih Adam dan Hawa menyatu menjadi calon bayi Nabi Syis. Cupu itu terhempas angin topan saat kelahiran Nabi Syis dan ditemukan Azazil terapung di tengah samudera. Anwar segera membuka cupu Kamandalu dan ajaib, seluruh Tirta Maolkayat masuk dan dapat tertampung semua.

 

Pengembaraan Anwar

Anwar kemudian meninggalkan dari Kutub Utara yang dingin membekukan itu. Di tengah perjalanan sedang musim dingin. Terjadi badai hebat yang menurunkan hujan es yang sangat lebat. Anwar memutuskan berteduh di dalam lubang sebuah pohon gundul.

Anwar mandi Tirta Maolkayat
Sembari berteduh, Anwar kembali bertafakur. Lalu terdengar suara yang memerintahkannya mengambil akar pohon tempatnya berteduh. Suara itu mengatakan bahwa pohon itu bernama pohon Rewan (Kalpataru), anak pohon Sidratul Muntaha. Kemudian Anwar dengan kesaktiannya, mengambil akar pohon itu dan menjadikannya pusaka bernama Kayulata Mahosadi. Khasiatnya membuat orang sakit menjadi sembuh, orang lemah jadi perkasa bahkan orang mati yang belum waktunya bisa hidup lagi. Setelah badai es reda,  Anwar melanjutkan perjalanan. Anwar memutuskan untuk tidak kembali ke Kusniyamalebari. Dalam pengembaraannya, ia bertemu dua malaikat bekas bawahan Azazil, Harut dan Marut. Anwar belajar banyak dari mereka diantaranya ilmu teleportasi dan meraga sukma. Ketika ditanya dimana letak surga dan neraka, mereka membohongi Anwar bahwa surga dan neraka itu ada di ujung dunia. Anwar yang polos segera mencari ujung dunia namun semakin dicari ujung dunia itu tak pernah ada. Anwar terus mengembara ke seluruh dunia selama bertahun-tahun karenannya. Lalu sampailah ia di benua Afrika. Di sana ia bertemu dengan salah satu paman dan bibinya, Latta dan Ujwa (Uzza). Mereka adalah salah satu putra-putri Nabi Adam yang memilih mengikuti Kabil dan murtad dari jalan Adam. Di sana, Anwar belajar ilmu sihir, ilmu perbintangan, ilmu astrologi, ilmu meramal, ilmu berbicara dengan hewan dan tumbuhan, dan cara-cara agar tetap awet muda walaupun sudah berumur panjang. Anwar kemudian bertanya tentang letak Taman Surga dan Kerak Neraka. Latta dan Ujwa mengatakan kalau ingin menemukan kedua tempat itu, harus mengarungi Sungai Nil hingga ke hulunya. Lalu mendaki Gunung Kapsi yang sedang bergemuruh dan mengeluarkan api yang menyala-nyala. Anwar yang polos kemudian berpamitan kepada paman dan bibinya itu.

Turunnya Mustika Retnadumilah

Setelah mengarungi Sungai Nil yang panjang itu, sampailah di hulunya yaitu Danau Jambirijahari. Setelah mengambil air di sana untuk keperluan minum, Anwar mendaki gunung yang terus menyemburkan lahar dan api. Sesampainya di puncak ia kembali bertafakur memohon bisa melihat Taman Surga dan Kerak Neraka. Tuhan Yang Mahakuasa mengabulkan permohonan Anwar. Pemandangan di sekeliling Anwar berubah menjadi indah dan menyenangkan layaknya Taman Surga lalu seketika berubah menjadi seram dan mengerikan layaknya di dasar Kerak Neraka. Pemandangan itu menghilang setelah turunnya sebuah batu permata berbentuk bulat sempurna dari langit. Bersamaan itu, terdengarlah suara bahwa itulah Mustika Retnadumilah. Dengan batu permata itu, Anwar bisa melihat pemandangan dunia dan seisi jagatraya, melihat indahnya Taman Surga, dan ngerinya Kerak Neraka.

Anwar Menghindari Air Bah

Setelah menerima Mustika Retnadumilah, dia mengembara ke arah timur, melewati Kusniyamalebari. Ketika melewati perbatasan, dia melihat ada badai topan dan air bah besar melanda seluruh Kusniyamalebari. Rumah-rumah penduduk, pepohonan, hutan, bukit bahkan gunung-gunung terendam air. tidak ada yang tersisa kecuali sebuah bahtera yang mengarungi air bah dahsyat itu. Di dalam bahtera itu ada delapan puluh empat orang beserta hewan-hewan yang ada disana. Salah satu orang itu dikenal oleh Anwar. Dia keturunan Anwas, yaitu Nuh, anak Lamekh, cicit Khanukh (Idris). Suara dari langit muncul dan kemudian menjelaskan pada Anwar bahwa Nuh sudah ditunjuk olehNya untuk menggantikan Syis dan Khanukh sebagai nabi malah menjadi rasul pertama. Di masa Nabi Nuh banyak orang telah lupa ajaran Adam, Syis, dan Khanukh (Idris) sehingga banyaklah kerusakan maka Tuhan pun memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat bahtera dan mengangkut keluarganya dan semua orang yang masih ikut dengannya beserta segala hewan berpasang-pasangan. Lalu Yang Maha Kuasa menurunkan badai topan dan hujan lebat untuk menenggelamkan orang-orang yang berbuat kerusakan itu. Anwar kemudian mengarungi air bah itu dengan menumpang diam-diam di bahtera selama berhari-hari tanpa ketahuan. Begitu empat puluh hari, air bah mulai surut. Sebelum Anwar melanjutkan perjalanan, dilihatnya Nabi Nuh yang baru turun dari bahtera melakukan syukuran dan di atasnya pelangi terbentang tanda Sanghyang Maha Agung menerima syukuran itu.

Bertukarnya Raga kasar dengan Raga Halus

Lalu, sampailah ia di tanah Hindustan. Di sana, ia kembali mengembara tanpa tujuan selama berabad-abad mengelilingi Benua Asia hingga tepi Samudera besar sehingga tanpa terasa bahwa waktu sudah berganti jaman. Kala itu sudah zaman nabi Musa-dan Harun, dua bersaudara cicit Nabi Yakub.

Anwar menjadi manusia berbadan ruhani
Setelah sekian lama,ia kembali bertemu dengan Azazil sekali lagi dan diberi ilmu baru. Diantaranya : ilmu pangiwa-pangenen, ilmu patraping panitisan (ilmu reinkarnasi), ilmu weruh sedurung winarah (tahu perkara gaib dan bisa melihat masa depan),  ilmu mati sajroning urip, urip sajroning mati, hingga ilmu cakra manggilingan (ilmu untuk melakukan perjalanan, menghentikan, dan memutarbalikkan waktu). Azazil kemudian berkata pada Anwar”cucuku, bertapalah di pulau Laksadwipa (Laksadewa) di barat jazirah Hindustan. Setelah itu kau akan menjadi panjang umur sepenuhnya.” “baik, guru Azazil. Titahmu akan ku junjung dan ku laksanakan.” Singkat cerita, Anwar bertapa dengan melihat matahari. Bila matahari terbit maka ia menghadap timur. Bila tengah hari ia menengadahkan kepala dan bila matahari terbenam, ia menghadap ke barat. Atas kehendak Tuhan yang Maha Kuasa, setelah tujuh tahun bertapa, Anwar telah hilang raga jasmaninya, hanya tinggal raga rohani saja dan berpindah ke dimensi para jin. Bumi dan langit tiada beda, terang tiada matahari, tiada bulan. Semuanya menjadi tiada dalam rengkuhan cahaya hingga seluruh kehendaknya langsung mendapat restu Sanghyang Maha Esa, Tuhan Semesta Alam. Anwar mengganti namanya menjadi Sang Dewa Nurcahya.

Asal Mula Dewa Pertama

Singkat cerita, Sang Dewa Nurcahya telah menguasai segala ilmu. Semenjak berbadan ruhani, dengan seizin Yang Maha Kuasa, ia mampu menundukkan bangsa jin di pulau Dewa (pulau ini membentang dari Malwadwipa hingga ke Laksadwipa) dan menjadi dipuja para jin. Prabu Nurhadi, raja jin kerajaan Pulau Dewa berkeinginan untuk mencobai Nurcahya. Bertemulah Prabu Nurhadi dan Dewa Nurcahya. Berbagai kesaktian diadu hinggalah Prabu Nurhadi kalah telak. Prabu Nurhadi kemudian mempersembahkan putrinya, Dewi Nurrini untuk Sang Dewa Nurcahya. Pernikahan pun dilangsungkan dan dari pernikahan itu mereka dikaruniai seorang putra yang berwujud akyan (badan halus) bernama Nurrahsa dan itulah pertama kalinya bangsa dewa muncul sebagai tandingan para malaikat. Sang Dewa Nurcahya menuliskan kisah hidupnya di dalam sebuah kitab ajaib bernama Pustakadarya. Kitab itu tak berwujud namun dapat ditulis hanya dengan suara dan hanya dapat dibaca dengan mata batin. Saat Nurrahsa telah dewasa dan sudah berumah tangga, kini saatnya Sang Dewa Nurcahya turun takhta dan segera melantik sang putra menjadi raja baru Pulau Dewa. Kitab Pustakdarya, Mustika Retnadumilah, Cupu Kamandalu yang berisi Tirta Maolkayat, dan Kayulata Mahosadi juga diwariskan padanya. Setelah itu, Sang Dewa Nurcahya menitis dan bersatu jiwa raga dengan sang putra. Sementara Dewi Nurrini bersatu dengan menantunya, Dewi Sarwati, istri Nurrahsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar