Jumat, 13 November 2020

Jagat Gumelar

 

Matur Salam, par pembaca. Kisah kali ini agak meloncat ke kisah awal mula dunia dan seisinya. Tanpa menyinggung agama manapun, kisah ini mengisahkan Sanghyang Widhi yang Maha Awal lagi Maha Akhir menciptakan jagat raya seisinya lalu dilanjutkan penciptaan para Malaikat, Jin, dan Manusia pertama bernama Adam dan Hawa. Kisah diakhiri dengan turunnya Adam dan Hawa ke Bumi. Kisah ini bersumber dari Serat Paramayoga dipadukan dan disesuaikan dengan kisah-kisah dari Timur Tengah.

Jagat Gumelar

Zaman azali, saat semua masih tiada apa apa kecuali Sanghyang Widhi yang Maha Agung, Tuhan yang Maha Awal lagi Maha Akhir lagi Maha Kuasa. Lalu Dia menciptakan sebuah titik yang sebesar zarah. Semakin lama titik itu kian padat dan terang. Akhirnya titik itu pecah merekah, meledak sehingga konon terdengar bagaikan suara degum yang berdengung. Pecahan titik itu berubah menjadi materi gelap berbentuk telur telur yang sangat gelap bagai tak tersentuh cahaya lalu berputar dengan kecepatan tinggi. Atas kuasaNya, telur telur itu sebagian menjadi terang dan menjadi segala bintang gemintang, awan kosmik, galaksi, planet, asteroid, dan komet. Sebagiannya jatuh dan terpisah ke dasar planet dan sebagiannya lagi tetap bersemayam di ruang ruang antar planet dan bintang.

Melebarnya jagat raya

Semakin lama, semua benda itu mulai mengembang dan saling menjauh satu sama lain. Lalu Tuhan Yang Maha Agung mendekati Galaksi Putih Susu lalu diciptakannya Matahari (Surya). Matahari awalnya sebuah bintang kecil terus berpusing dan berubah semakin besar. Sebagian materi terlempar karenanya membentuk beberapa planet dan satelit, Buda (Merkurius), Sukra (Venus), Pertiwi (Bumi), Soma (Rembulan), Anggara (Mars), Wrespati (Yupiter) dan Tumpak Saniscara (Saturnus). Pada masa itu, semua planet masih sangat panas membakar. Lalu seiring berjalannya masa, mereka mulai mendingin. Bumi pada waktu itu adalah planet panas. Lahar merah panas terus keluar dari dalam perutnya. Bebatuan yang berpijar membara dan Bumi kala itu seringkali bergoncang. Lalu atas seizinNya, datanglah komet menumbuk bumi. Karena panas bumi, inti komet itu mengeluarkan kabut tebal yang disebut awan lalu turun dari dalamnya air sebagai hujan. Kedatangan komet itu membawa air ke bumi. Air membantu mempercepat pendinginan Bumi dengan terbentuknya samudera. Lahar panas yang telah keluar dari perut Bumi menjadi dingin sebagian menjulang tinggi membentuk pegunungan. Gunung gunung itu menjadi pasak dan paku. Mereka bergerak dalam diam dan menyetabilkan daratan Bumi yang baru terbentuk dari goncang dan goyangan akibat pergerakan lahar di dalam bumi. Perlahan daratan di Bumi mulai beraturan bentuknya. Selepas kemunculan air dan stabilnya daratan bumi, Yang Maha Pencipta membawa sebagian kehidupan dari dimensi agung yang disebut Taman Surga lalu terciptalah kehidupan tumbuhan dan hewan.

Penciptaan Malaikat dan Jin

Di Dimensi Agung setelah menciptakan Taman Surga yang penuh kenikmatan dan kebahagiaan, Dia juga menciptakan Kerak Neraka, tempat dimana segala kesengsaraan, azab, dan siksaan lalu tumbuhan dan hewan pada awalnya ditempatkan di Surga. Lalu sebagian dari mereka di tempatkan ke Bumi. Setelah menciptakan Jagat Agung dalam enam masa, Sanghyang Widhi, Tuhan yang Maha Pencipta menciptakan sepercik cahaya maha terang menjadi sosok˗sosok besar bersayap indah gemerlapan yang disebut malaikat. Sosok para malaikat ini begitu patuh dan tunduk pada segala perintahNya. Setelah itu, Tuhan membawa segenggam api dari neraka yang sangat panas lalu dirupakan api itu menjadi sosok yang disebut bangsa Jin. Bangsa jin berawal dari sosok yang bernama Jan Banujan. Bangsa jin beranak pinak sangat cepat sehingga dalam waktu ribuan tahun sudah banyak keturunannya di bumi dan di langit. Salah satu keturunannya yaitu Azazil. Azazil adalah salah satu jin terbaik yang pernah ada dan menjadi rajanya para jin. Wajahnya begitu rupawan indah cemerlang, sayapnya empat. Saking indahnya sampai˗sampai bangsa jin menyangka ia adalah Malaikat Terang, lebih terang dari sang matahari dan bintang. Ibadahnya begitu tekun, penuh ketaatan. Segala ilmu dari Tuhan yang Maha Agung berhasil diserapnya. Dia begitu tekunnya beribadah dan kesederhanaannya sehingga oleh seizinNya, dia dijadikan penghulu penduduk langit dan Bendaharawan Taman Surga.

Penciptaan Adam, Manusia pertama

Sudah saatnya Bumi memiliki pemimpin karena bangsa jin sering berperang dan membuat kerusakan di bumi. Lalu Tuhan yang Maha Kuasa memanggil empat malaikat agung,yakni Jibril, Mikhail, Izrail, dan Israfil untuk mengambil tanah liat dari segala penjuru Bumi. Lalu oleh kuasaNya, tanah liat itu dirupakan sebuah tubuh. Rupanya tubuh dari tanah liat itu dilihat oleh Azazil lalu karena merasa iri, diludahilah tubuh itu. Sanghyang Maha Agung (Tuhan) marah lalu menyuruh Azazil duduk di pinggir Taman Surga. Azazil kemudian mencari cara agar bisa mendekati pusat Taman Surga lagi. Didekatilah ular yang saat itu binatang paling indah di Taman Surga, berkaki empat, dan bisa terbang (kalau di masa kini wujud ini dikenal dalam istilah dragon). Ular kemudian mempersilakan Azazil masuk ke dalam mulutnya. lalu Azazil mendekati kuda. Azazil berkata “hai kuda, kau lihat tubuh tanah liat itu. Kelak kau dan anak keturunanmu akan ditunggangi oleh dia dan anak cucunya.” Kuda terhasut lalu menjadi marah dan liar. Kuda kemudian berlari ke arah tubuh tanah liat itu untuk diinjak˗injak. Lalu Tuhan yang Maha Kuasa mencongkel bagian tanah yang kena ludah Azazil lalu dari tanah yang terludahi itu, Ia menciptakan anjing (waktu itu wujud anjing sangat liar, sama seperti serigala yang kita kenal saat ini). Anjing kemudian menggonggong dan mengusir kuda. Oleh kuasa Tuhan, tubuh itu ditiupkan atma (jiwa;roh). Perlahan namun pasti tubuh itu mengeras dan hidup. Inilah penciptaan manusia pertama. Begitu terbangun, oleh Tuhan, manusia itu diberi nama Adam.

Kesombongan Azazil sang Iblis

Sanghyang Maha Agung kemudian memberikan segala ilmu dan di hadapan para malaikat, Adam mampu menyebutkan segala benda. Para malaikat diperintahkan Yang Maha Kuasa untuk bersujud, menghormat kepada Adam. Namun, ada satu yang tidak mau ikut bersujud yaitu Azazil. Sanghyang Maha Agung, Tuhan yang Maha Kuasa bertanya “Wahai Azazil! Kenapa kau tidak mau ikut bersujud?”

Azazil Menolak sujud kepada Adam

Azazil dengan sombongnya berkata “Wahai yang Maha Pencipta, aku tidak mau karena aku adalah lebih baik daripadanya. Kau ciptakan aku dan bangsaku dari intisari api, tapi dia, Dia hanyalah tanah liat. Lagipula hati Adam sangat mudah berubah ubah, tidak pantas mendapat penghormatan sebegini.” Karena ucapannya itu, Azazil mendapat murka dan kutuk dari Yang Maha Kuasa, Tuhan Semesta Alam. Diusirlah Azazil dari Taman Surga dan diberi julukan sang Iblis, namun sebelum pergi, Azazil meminta kepada Yang Maha Kuasa agar umurnya ditangguhkan sampai kelak Mahapralaya (hari kiamat) tiba agar dapat terus menggoda dan menyesatkan anak keturunan Adam.

Penciptaan Hawa, manusia perempuan pertama

Sanghyang Maha Agung mengizinkan Adam untuk tinggal di Taman Surga. Adam sangat senang namun lama kelamaan dia merasa kesepian. Dalam gumamnya “Ya, sang penguasa jagat, sepi nian Taman Surga ini. Semua terlihat indah namun ada yang kurang dan sepi” Yang Maha Kuasa mendengar permintaan Adam itu lalu ketika Adam tertidur, Ia menciptakan sosok manusia berjenis kelamin perempuan dari tulang rusuk Adam.

Adam dan Hawa

Yang Maha Kuasa menamai perempuan itu Hawa. Ketika Adam terbangun, terperanjatlah ia melihat sosok Hawa di dekatnya. Lalu oleh Yang Maha Kuasa, mereka dinikahkan dan dipersilakan untuk menikmati dan memakan apapun yang ada di Taman Surga tapi tidak boleh mendekati pohon terlarang apalagi memakan buahnya.

Siasat Azazil menggoda Adam dan Hawa

Di pinggir luar Taman Surga, Azazil begitu tak sukanya pada keberadaan Adam dan Hawa mencoba kembali memasuki Taman Surga, namun selalu terhalangi oleh para malaikat. Maka, di depan gerbang Taman Surga ia pun kembali memanggil ular melalui bantuan burung merak. Merak kemudian segera memanggil ular. Seperti yang lalu, Azazil segera masuk ke dalam mulut ular. Kebetulan, Adam dan Hawa sedang berbulan madu. Mereka asik makan berbagai buah buahan, mulai dari buah sidr (bidara) hingga jagung gandum. Mereka makan dekat pohon terlarang yang berbuah lebat. Azazil punya rencana agar Adam dan Hawa makan buah dari pohon terlarang itu.

Jatuhnya Adam dan Hawa ke dalam Dosa

Ketika asik makan jagung gandum, Adam dan Hawa mendengar suara “Hai kalian, kemarilah. Cicipilah buah yang lezat ini. “ lalu mereka mendekati pohon terlarang. Di sana ada ular dan Azazil dalam rupa malaikat. Pohon terlarang itu indah bentuknya. Buahnya bulat, warnanya merah kehijauan bagaikan permata mirah dan zamrud yang bersatu (pada masa sekarang mirip buah apel). Azazil berkata “wahai kalian manusia, mari sini. Cicipilah buah yang ranum dan lezat ini” Adam berkata “tidak, tuan. Aku dan istriku telah diperintahkan tidak akan makan buah ini.” “tapi Adam, aku bersumpah atas nama Yang Maha Kuasa.

Adam dan Hawa melanggar perintah Tuhan
Ini adalah buah khuldi, buah keabadian. Siapapun yang makan ini akan hidup abadi seperti para malaikat.” Namun Adam bersikeras. Azazil tak mampu menggoda Adam, kini menggoda istrinya, Hawa “hai Hawa, makanlah buah yang lezat ini.” Tidak, Azazil. Tuhan yang Maha Agung tidak memerbolehkan aku dan kanda Adam memakannya.” Lalu Azazil melakukan sumpah “tidak Hawa. Itu hanya akal-akalan para malaikat saja agar kalian segera mati. Aku bersumpah atas nama Yang Maha Kuasa inilah buah keabadian yang disembunyikan oleh Tuhan agar kalian bisa segera mati.” Mendengar Azazil bersumpah atas nama Tuhan yang Maha Kuasa, Hawa mulai tergoda imannya dan memakannya. Lalu ketika Adam sedang lengah, Azazil menukar gelas berisi susu dengan gelas berisi arak surga. Setelah meminumnya, Adam menjadi terlena dan mabuk. Ia menjadi linglung dan lupa akan larangan dari Yang Maha Kuasa. Lalu ia melihat istrinya memakan buah yang enak. “Hawa, buah apa itu? sepertinya enak.” “benar, suamiku. Buah ini enak sekali. Ini aku berikan bagianku padamu.” Adam yang dalam keadaan mabuk dan lupa kemudian memakan buah itu. begitu buah itu ditelan mereka, pakaian yang dipakai Adam dan Hawa tersingkap dan lepas. Seluruh aurat mereka terbuka. Mereka pun telanjang bulat. Ketika buah itu sampai di tekak Adam, bertukarlah ia menjadi buah jakun sedangkan saat buah itu dimakan Hawa sampai di atas perut, bertukarlah ia menjadi payudara (tetek; buah dada).

Adam dan Hawa Bertobat lalu Diusir dari Taman Surga

Menyadari segala pakaian dan keagungannya sirna, Adam dan Hawa merasa malu dan segera mencari daun daun surga untuk dijadikan pakaian. Diantara banyaknya pohon di Taman Surga, hanya pohon Tin (ara), pohon gaharu, dan pohon pacar yang bersedia memberikan daun-daunnya kepada Adam dan Hawa. Adam dan Hawa merasa berdosa sudah melanggar perintah-Nya. Mereka segera bertobat karena telah melanggar larangan Tuhan. Sanghyang Maha Kuasa mengampuni mereka namun Adam dan Hawa harus turun dari Taman Surga ke bumi. Adam dan Hawa menerimanya dengan lapang dada. Lalu Tuhan yang Maha Kuasa berfirman kepada malaikat Jibril “hai, Jibril. turunkanlah Adam dan Hawa ke bumi, serta juga Azazil, ular, anjing, dan burung merak. Turunkanlah juga mereka dari Taman Surga.”

Suka duka Adam dan Hawa di Bumi

Singkat cerita, Adam dan Hawa turun terpisah. Adam turun di selatan tanah Hindustan (pulau Sailan), sementara Hawa turun di tanah Arab. Azazil turun di tanah Babilun (Irak). Burung merak turun di tanah Hindustan. Ular turun di Asfahan (tanah Persia). Sejak turun dari surga, wujud ular berubah. Sanghyang Maha Agung, Tuhan Yang Maha Kuasa menghilangkan kakinya sehingga ia berjalan dengan perutnya. Hilanglah kemampuannya terbang dan mulutnya menjadi berbisa karena mulutnya pernah dijadikan Azazil sebagai media untuk memasuki Taman Surga. Sementara sepasang anjing mengikuti kemanapun Adam pergi. Bertahun tahun Adam pergi berkelana di bumi mencari istrinya. Begitupun dengan Hawa, tak henti-hentinya mencari sang suami. Untuk membantu Adam dan Hawa, Yang Mahakuasa mengutus seekor ayam jantan dari Taman Surga. Ayam itu putih bulunya dan kokokannya setiap fajar dan petang membantu Adam dan Hawa menentukan waktu. Cobaan dan ujian tak ada habisnya mereka jalani. Liarnya binatang buas. Dahsyatnya lautan, Panasnya siang dan gelapnya malam, deras dan dinginnya hujan dan salju, jurang menganga lebar, kencangnya angin, kuatnya gempa tak menyurutkan perjuangan mereka mencari satu sama lain. Sekian lamanya berkelana, akhirnya mereka bertemu jua di Gunung Rahmah, terletak di padang gurun yang kelak dinamai padang Arafah. Kemudian lahir dari mereka anak anak yang kelak menjadi cikal bakal manusia di bumi. Adam dan Hawa kemudian tinggal dan mendirikan sebuah negeri yang mereka beri nama Kusniyamalebari. Adam ditunjuk oleh Tuhan sebagai nabi pertama di muka bumi.

*Nama Tuhan (Gusti Allah) sebenarnya sangatlah banyak, sebagaimana dengan asmaul husna dalam agama Islam. Saya menggunakan nama Sanghyang Widhi dan Sanghyang Maha Agung secara bergantian untuk menyanggah pendapat orang tentang istilah Sanghyang Widhi hanya dimiliki orang Hindu saja dan menunjukkan bahwa kata Sanghyang Widhi sangat universal, mampu diterima semua kalangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar