Sabtu, 01 April 2023

Irawan Palakrama

 Hai Pembaca dan penikmat cerita wayang berbahagia, kali ini penulis akan melanjutkan kisah Bambang Irawan. Kali ini akan mengisahkan pernikahan Irawan dengan Dewi Titisari. Pernikahan ini hampir tak terlaksana karena ada benturan privilese antara Irawan dengan Lesmana Mandrakumara yang kemudian dikompori oleh Samba. Sumber kisah ini berasal dari blog albumkisahwayang.blogspot.com, beberapa sumber dari internet dan grup pewayangan di Facebook.

Alkisah setelah peristiwa Gambiranom, Antareja telah dilantik sebagai penggawa negara Amarta mendampingi adiknya, Gatotkaca. Sementara itu, desa Yasarata sedang berbenah diri karena sebentar lagi cucu kepala desa yang tak lain Bambang Irawan akan segera menikah dengan Dewi Titisari, putri Sri Kresna. Sementara itu di Dwarawati, Prabu Kresna dan yang lainnya sudah siap. Bahkan Dewi Titisari juga sudah bersedia. Tapi datang gangguan yang tak lain Prabu Baladewa dan Raden Samba. Mereka telah menerima lamaran dari Prabu Duryudhana untuk menikahkan Lesmana Mandrakumara dengan Titisari. Raden Samba yang masih dendam kepada Irawan bahkan meminta agar pernikahan Titisari dibatalkan sekarang juga. Samba berkata dengan menghina Irawan " Dinda Titisari pasti tidak akan bahagia jika menikah dengan Irawan. Dia emang pangeran Amarta tapi, ia cuma anak desa. Dinda Tirisari tidak akan bahagia tinggal di kampung. Aku rasa sayang jika adikku tidak menikah dengan Lesmana Mandrakumara yang jelas-jelas pangeran mahkota negara terkaya di dunia ini." Prabu Kresna malah tersenyum dan berkata " baiklah, aku bersedia membatalkan pernikahan ini!" Raden Samba senang bukan kepalang bisa membalaskan dendam kepada Irawan. Prabu Baladewa mengingatkan keponakannya agar tidak terbawa dendam. Ia melakukan ini karena ini permintaan iparnya yang putranya tak kunjung menikah. Prabu Kresna lalu mengutus Samba memberi kabar ini ke Madukara

Di Madukara, Arjuna dihadap para istri yakni Dewi Sumbadra, Dewi Ulupi, Niken Larasati, dan Dewi Srikandhi membahas persiapan pernikahan Irawan dengan Titisari. Lalu datang Raden Samba membawa kabar bahwa Prabu Kresna membatalkan pernikahan Irawan dan menggantinya pengantin prianya dengan Lesmana Mandrakumara. Bukannya marah atau sedih, Arjuna malah tersenyum. Samba justru harap-harap cemas karena reaksi Arjuna tak seperti yang ia diharapkan. Arjuna lalu berkata pada Samba bahwa ia menerima keputusan Sri Kresna. Samba kembali ke Dwarawati dengan perasaan bingung ”kok malah begitu reaksinya paman Arjuna?”. Setelah Samba pergi, Arjuna memanggil Abimanyu dan Siti Sundari. “aku minta kepada kalian berdua berpisah saja! Sri Kresna sudah bertindak sepihak membatalkan pernikahan Irawan, sekarang kalian harus sama. Siti Sundari, kamu pulanglah ! Kau bukan menantu kesayanganku lagi!" Bagai petir menyambar di siang bolong, kagetlah keduanya begitu juga para isteri Arjuna. Siti Sundari meninggalkan istana Madukara dengan berlinang air mata. Sementara itu, Abimanyu gelagapan mendapat perintah itu dan seketika jatuh pingsan.

Tak lama setelah perceraian paksa itu, datang Bambang Irawan disertai Kakek Semar dan para punakawan. Arjuna berkata bahwa Prabu Kresna membatalkan sepihak pernikahannya dan pengantin laki-lakinya diganti oleh Lesmana Mandrakumara, putra Duryudhana. Ia juga mengatakan bahwa Abimanyu dan Siti Sundari juga sekarang harus dicerai karena keputusan sepihak ini. Irawan sedih, bukan hanya pernikahannya batal tapi kebahagiaan orang lain juga harus direnggut akibat dari ini semua. Irawan bertekad membawa kembali Siti Sundari untuk saudaranya.

Keris Cendana Kembang Kendit Putih
Arjuna tidak mencegahnya malah ia mengirimkan sebuah keris yang dililit kayu cendana dengan kembang kendit putih melingkarinya. Keris ini harus dibawa ke Dwarawati dipersembahkan kepada Prabu Kresna. Singkat cerita, Irawan berhasil menyusul Siti Sundari. Ia berkata "kakak ipar, ayah mengirimkan keris ini kepada paman Prabu Kresna. Tapi kakak jangan pernah bercerai dari kakang Abimanyu. Kembalilah setelah ini." Siti Sundari yang awalnya sedih kembali semringah. Ia paham maksud ayah mertuanya memberikan keris itu. Ia lalu mengatakan sesuatu kepada Irawan " adhiku Irawan, nanti kau bersama kakek Semar dan paman Punakawan langsung ke taman Banoncinawi. Temui Titisari di sana." Maka berangkatlah Siti Sundari dan Irawan diiringi para Punakawan ke Dwarawati. Sebelum sampai istana, mereka berpencar.

Dewi Siti Sundari masuk melalui pintu depan istana, sedangkan Bambang Irawan dan para panakawan menyusup melalui pintu belakang. Siti Sundari menghadap Prabu Kresna dan berkata bahwa ia telah dipaksa untuk pisah dengan Abimanyu dan diusir pulang ke Dwarawati oleh ayah mertuanya. Ia juga memberikan keris belum jadi yang dililit kembang kendit putih dan kayu cendana dari Arjuna. Prabu Kresna tersenyum tipis dan mempersilakan putrinya itu istirahat. Tak lama kemudian, datang Prabu Baladewa, Raden Samba, Prabu Duryudhana, Dewi Banowati, dan Raden Lesmana Mandrakumara yang sudah berpakaian pengantin lengkap. Prabu Kresna menyambut kedatangan mereka dan mempersilakan untuk beristirahat terlebih dulu di wisma tamu. Mengenai pernikahan antara Lesmana dengan Titisari akan dibahas nanti. Para tamu itu pun senang dan bergegas menuju wisma tamu, kecuali Lesmana yang penasaran ingin melihat seperti apa rupa calon istrinya. Sementara itu, Siti Sundari telah berada di Taman Banoncinawi menemui adiknya, Titisari. Keduanya lalu berbincang-bincang mengenai rencana pernikahan besok. Titisari mengaku kecewa karena perjodohannya dengan Bambang Irawan dibatalkan, dan diganti dengan Raden Lesmana Mandrakumara. Siti Sundari bertanya "Dinda, kenapa kau bisa bicara begitu? Apa kau pernah bertemu Bambang Irawan dan Lesmana sampai-sampai dinda bisa membandingkan mereka segala?"

Dewi Titisari menjawab "belum, yunda Dewi, tapi aku pernah memimpikannya. Irawan itu sangat tampan, mukanya sama seperti pamanda Arjuna. Di dalam mimpi, dia begitu ramah dan juga baik kepadaku. Kami berpelukan dan saling kejar-kejaran dengan penuh cinta. Aku merasa dia lah jodoh yang telah Hyang Widhi pilihkan kepadaku." Dewi Siti Sundari kaget lalu memberikan perkataan yang langsung mengena "Begitukah? Misalkan kalau pujaan adik kecilku ini beneran ada disini, gimana reaksimu?" Dewi Titisari berkata "itu tidak mungkin, Yunda. Aku sudah dijodohkan dengan Lesmana. Tapi jika benar dia ada di sini, aku akan sangat bahagia." Siti Sundari pun memanggil Irawan agar keluar dari persembunyian. Melihat sang kekasih muncul, Dewi Titisari terkejut bercampur malu. Titisari bergumam " Aduh Hyang Widhi.....ini bukan mimpi, kan? Dia datang kemari." Sebaliknya, Bambang Irawan juga merasa gugup, padahal biasanya ia sangat pandai merayu perempuan, mewarisi sifat ayahnya "duh gusti jagat Dewa Batara......dia benar-benar seperti yang aku impikan. Apa ini yang namanya takdir cinta?" gumam Irawan. Karena semakin malu, Dewi Titisari pun lari meninggalkan tempat itu. Siti Sundari lalu menyuruh Bambang Irawan agar mengejar. Di saat mereka saling kejar-kejaran, datang paman Petruk menyamar jadi hantu menakut-nakuti Titisari. Sontak, ia berbalik dan memeluk Bambang Irawan. Keduanya saling terpesona. Sang bayangan Arjuna itu menggendong pujaan hatinya dan membawanya duduk di bawah pohon trengguli yang tengah mekar berbunga. Mereka menumpahkan segala rasa dan rindu.

Lalu datanglah Antareja, Gatotkaca, dan Antasena lewat jalur bawah tanah mengabarkan kalau kabar pisahnya Abimanyu dan kaburnya Irawan ke Dwarawati sampai ke telinga Prabu Yudhistira. Prabu Yudhistira sekarang mengirimkan sepasukan prajurit Amarta dipimpin langsung ayah mereka, Arya Wrekodara dan Arjuna untuk mengamankan Irawan bila terjadi sesuatu. Mereka ingin memastikan keselamatan para sepupunya. Siti Sundari berkata kalau Irawan baik-baik saja dan mereka akan segera menikah. Ia sudah menyusun siasatnya. Irawan segera membawa Titisari pergi dari Dwarawati lewat bawah tanah. Sementara itu, Siti Sundari sudah bersiap di taman dan menjalankan siasatnya.  Tanpa mereka sadari, Lesmana Mandrakumara memergoki kalau ada orang lain di dalam taman sedang memeluk lalu melarikan Titisari. Tapi sebelum itu, Antasena mengerjai pangeran manja itu dengan menciptakan kolam air tak terlihat. Tak ayal ia pun tercebur. Maka ia melaporkan hal itu kepada ayahnya “ayah, calon isteriku mau dilarikan orang!” Prabu Duryudhana murka menganggap penjagaan di Dwarawati sangat longgar. Prabu Kresna dan Prabu Baladéwa marah dikatai demikian. Maka mereka menyiapkan pasukan Narayani untuk menangkap orang yang melarikan Titisari.

Terjadilah perang antara Amarta dengan Dwarawati. Anehnya tidak ada satupun prajurit dari kedua belah pihak yang terbunuh ataupun terluka. Prabu Kresna baru sadar kalau Cangkok Wijayakusuma miliknya dicuri Siti Sundari. Kresna menganggap yang menyuruh putrinya berbuat demikian adalah Arjuna. Sementara itu, Antareja, Gatotkaca, dan Antasena telah sampai di Amarta bersama Dewi Siti Sundari, Dewi Titisari dan Bambang Irawan. Arya Wrekodara menyambut mereka dan menyuruh kedua pengantin bersembunyi di dalam istana Indraprastha.

Para putra Pandawa mendamaikan Kresna dan Arjuna
Tak berapa lama kemudian, Prabu Baladewa sampai di depan istana marah-marah minta Titisari dikembalikan. Arya Wrekodara melindungi Irawan dan bertarung gada dengan sang guru. Arjuna sendiri berperang tanding dengan Kresna. Ketika Prabu Kresna hendak melemparkan Cakra Widaksana, Arjuna menyambutnya dengan panah Ardadedali. Kedua senjata itu akan beradu lalu keluarlah Siti Sundari, Abimanyu, Irawan, dan Titisari memohon agar orang tua mereka jangan saling membunuh. Prabu Kresna berkata semua ini terjadi karena keputusan Arjuna menceraikan Siti Sundari secara sepihak. Siti Sundari berkata " lah kanjeng rama, siapa yang diceraikan? ramanda Arjuna bilang ke aku untuk pulang, bukan cerai. Dan itu semua atas keinginan sendiri, bukan karena aku diceraikan." Prabu Kresna bingung sejenak lalu tertawa. Selama ini ia biasa mengakali orang-orang tapi hari ini ia justru diakali putrinya sendiri. Prabu Baladewa akhirnya menyadari kesalahannya. Ia minta maaf sudah membuat kekacauan. Ia jadi buang-buang tenaga demi keinginan Samba dan Lesmana Mandrakumara yang dendam pada anak-anak Arjuna. Prabu Kresna dan Prabu Baladéwa pun merestui pernikahan Irawan dan Titisari. Raden Samba yang bersama Raden Lesmana Mandrakumara datang marah-marah berkata kalau Titisari tak akan bahagia tinggal bersama Irawan yang cuma anak desa. Irawan membalas dengan telak " Kakang Samba, emangnya kenapa dengan anak desa? Kami anak desa bisa memajukan negara. Tanpa adanya desa, negara tak akan bisa berdiri. Kau membanggakan diri sebagai anak kota. Tanpa anak desa kayak aku, kamu bisa apa? Kamu bisa makan apa?" Dewi Titisari membela calon suaminya "Benar kakang Samba, aku bahagia jika jadi orang desa. Kakang tak sadar diri! kanjeng rama, Ibu Radha, ibu Jembawati juga kakang Gunadewa besar sebagai anak desa." Jawaban telak itu membuat Samba tak berkutik lagi.

Hari berikutnya, pernikahan Irawan dan Titisari digelar meriah tapi tidak digelar di Amarta ataupun Dwarawati melainkan di Desa Yasarata. Para Kurawa turut diundang tapi Prabu Duryudhana dan Raden Lesmana Mandrakumara marah-marah tidak sudi ikut. Mereka yang dipimpin Arya Dursasana malah mengacak-acak pesta namun hal itu bisa dihindari dengan diusirnya mereka oleh Arya Wrekodara dan ketiga putranya. Pernikahan bisa berjalan kembali tanpa gangguan.  Beberapa hari kemudian setelah pernikahan, status Desa Yasarata naik derajat menjadi Kadipaten Yasarata. Irawan ditunjuk sebagai adipati Yasarata. Selama itu pula, Kadipaten Yasarata telah jadi sebuah desa besar. Irawan telah membuktikan dirinya sebgai anak desa yang sukses terlepas dari statusnya yang sebenarnya pangeran negara besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar