Hai Pembaca dan penikmat cerita wayang berbahagia, kali ini penulis akan melanjutkan kisah Bambang Irawan. Kali ini akan mengisahkan pernikahan Irawan dengan Dewi Titisari. Pernikahan ini hampir tak terlaksana karena ada benturan privilese antara Irawan dengan Lesmana Mandrakumara yang kemudian dikompori oleh Samba. Sumber kisah ini berasal dari blog albumkisahwayang.blogspot.com, beberapa sumber dari internet dan grup pewayangan di Facebook.
Alkisah setelah peristiwa
Gambiranom, Antareja telah dilantik sebagai penggawa negara Amarta mendampingi
adiknya, Gatotkaca. Sementara itu, desa Yasarata sedang berbenah diri karena
sebentar lagi cucu kepala desa yang tak lain Bambang Irawan akan segera menikah
dengan Dewi Titisari, putri Sri Kresna. Sementara itu di Dwarawati, Prabu
Kresna dan yang lainnya sudah siap. Bahkan Dewi Titisari juga sudah bersedia.
Tapi datang gangguan yang tak lain Prabu Baladewa dan Raden Samba. Mereka telah
menerima lamaran dari Prabu Duryudhana untuk menikahkan Lesmana Mandrakumara
dengan Titisari. Raden Samba yang masih dendam kepada Irawan bahkan meminta
agar pernikahan Titisari dibatalkan sekarang juga. Samba berkata dengan
menghina Irawan " Dinda Titisari pasti tidak akan bahagia jika menikah
dengan Irawan. Dia emang pangeran Amarta tapi, ia cuma anak desa. Dinda
Tirisari tidak akan bahagia tinggal di kampung. Aku rasa sayang jika adikku
tidak menikah dengan Lesmana Mandrakumara yang jelas-jelas pangeran mahkota
negara terkaya di dunia ini." Prabu Kresna malah tersenyum dan berkata
" baiklah, aku bersedia membatalkan pernikahan ini!" Raden Samba
senang bukan kepalang bisa membalaskan dendam kepada Irawan. Prabu Baladewa
mengingatkan keponakannya agar tidak terbawa dendam. Ia melakukan ini karena
ini permintaan iparnya yang putranya tak kunjung menikah. Prabu Kresna lalu
mengutus Samba memberi kabar ini ke Madukara
Di Madukara, Arjuna
dihadap para istri yakni Dewi Sumbadra, Dewi Ulupi, Niken Larasati, dan Dewi
Srikandhi membahas persiapan pernikahan Irawan dengan Titisari. Lalu datang
Raden Samba membawa kabar bahwa Prabu Kresna membatalkan pernikahan Irawan dan
menggantinya pengantin prianya dengan Lesmana Mandrakumara. Bukannya marah atau
sedih, Arjuna malah tersenyum. Samba justru harap-harap cemas karena reaksi
Arjuna tak seperti yang ia diharapkan. Arjuna lalu berkata pada Samba bahwa ia
menerima keputusan Sri Kresna. Samba kembali ke Dwarawati dengan perasaan
bingung ”kok malah begitu reaksinya paman Arjuna?”. Setelah Samba pergi, Arjuna
memanggil Abimanyu dan Siti Sundari. “aku minta kepada kalian berdua berpisah
saja! Sri Kresna sudah bertindak sepihak membatalkan pernikahan Irawan,
sekarang kalian harus sama. Siti Sundari, kamu pulanglah ! Kau bukan menantu
kesayanganku lagi!" Bagai petir menyambar di siang bolong, kagetlah
keduanya begitu juga para isteri Arjuna. Siti Sundari meninggalkan istana
Madukara dengan berlinang air mata. Sementara itu, Abimanyu gelagapan mendapat
perintah itu dan seketika jatuh pingsan.
Tak lama setelah perceraian paksa itu, datang Bambang Irawan disertai Kakek Semar dan para punakawan. Arjuna berkata bahwa Prabu Kresna membatalkan sepihak pernikahannya dan pengantin laki-lakinya diganti oleh Lesmana Mandrakumara, putra Duryudhana. Ia juga mengatakan bahwa Abimanyu dan Siti Sundari juga sekarang harus dicerai karena keputusan sepihak ini. Irawan sedih, bukan hanya pernikahannya batal tapi kebahagiaan orang lain juga harus direnggut akibat dari ini semua. Irawan bertekad membawa kembali Siti Sundari untuk saudaranya.
Keris Cendana Kembang Kendit Putih |
Dewi Siti Sundari masuk
melalui pintu depan istana, sedangkan Bambang Irawan dan para panakawan
menyusup melalui pintu belakang. Siti Sundari menghadap Prabu Kresna dan
berkata bahwa ia telah dipaksa untuk pisah dengan Abimanyu dan diusir pulang ke
Dwarawati oleh ayah mertuanya. Ia juga memberikan keris belum jadi yang dililit
kembang kendit putih dan kayu cendana dari Arjuna. Prabu Kresna tersenyum tipis
dan mempersilakan putrinya itu istirahat. Tak lama kemudian, datang Prabu
Baladewa, Raden Samba, Prabu Duryudhana, Dewi Banowati, dan Raden Lesmana
Mandrakumara yang sudah berpakaian pengantin lengkap. Prabu Kresna menyambut kedatangan
mereka dan mempersilakan untuk beristirahat terlebih dulu di wisma tamu.
Mengenai pernikahan antara Lesmana dengan Titisari akan dibahas nanti. Para
tamu itu pun senang dan bergegas menuju wisma tamu, kecuali Lesmana yang
penasaran ingin melihat seperti apa rupa calon istrinya. Sementara itu, Siti
Sundari telah berada di Taman Banoncinawi menemui adiknya, Titisari. Keduanya
lalu berbincang-bincang mengenai rencana pernikahan besok. Titisari mengaku
kecewa karena perjodohannya dengan Bambang Irawan dibatalkan, dan diganti
dengan Raden Lesmana Mandrakumara. Siti Sundari bertanya "Dinda, kenapa
kau bisa bicara begitu? Apa kau pernah bertemu Bambang Irawan dan Lesmana
sampai-sampai dinda bisa membandingkan mereka segala?"
Dewi Titisari menjawab
"belum, yunda Dewi, tapi aku pernah memimpikannya. Irawan itu sangat
tampan, mukanya sama seperti pamanda Arjuna. Di dalam mimpi, dia begitu ramah
dan juga baik kepadaku. Kami berpelukan dan saling kejar-kejaran dengan penuh
cinta. Aku merasa dia lah jodoh yang telah Hyang Widhi pilihkan kepadaku."
Dewi Siti Sundari kaget lalu memberikan perkataan yang langsung mengena "Begitukah?
Misalkan kalau pujaan adik kecilku ini beneran ada disini, gimana
reaksimu?" Dewi Titisari berkata "itu tidak mungkin, Yunda. Aku sudah
dijodohkan dengan Lesmana. Tapi jika benar dia ada di sini, aku akan sangat
bahagia." Siti Sundari pun memanggil Irawan agar keluar dari
persembunyian. Melihat sang kekasih muncul, Dewi Titisari terkejut bercampur
malu. Titisari bergumam " Aduh Hyang Widhi.....ini bukan mimpi, kan? Dia
datang kemari." Sebaliknya, Bambang Irawan juga merasa gugup, padahal
biasanya ia sangat pandai merayu perempuan, mewarisi sifat ayahnya "duh
gusti jagat Dewa Batara......dia benar-benar seperti yang aku impikan. Apa ini
yang namanya takdir cinta?" gumam Irawan. Karena semakin malu, Dewi
Titisari pun lari meninggalkan tempat itu. Siti Sundari lalu menyuruh Bambang
Irawan agar mengejar. Di saat mereka saling kejar-kejaran, datang paman Petruk
menyamar jadi hantu menakut-nakuti Titisari. Sontak, ia berbalik dan memeluk
Bambang Irawan. Keduanya saling terpesona. Sang bayangan Arjuna itu menggendong
pujaan hatinya dan membawanya duduk di bawah pohon trengguli yang tengah mekar
berbunga. Mereka menumpahkan segala rasa dan rindu.
Lalu datanglah Antareja,
Gatotkaca, dan Antasena lewat jalur bawah tanah mengabarkan kalau kabar pisahnya
Abimanyu dan kaburnya Irawan ke Dwarawati sampai ke telinga Prabu Yudhistira.
Prabu Yudhistira sekarang mengirimkan sepasukan prajurit Amarta dipimpin
langsung ayah mereka, Arya Wrekodara dan Arjuna untuk mengamankan Irawan bila
terjadi sesuatu. Mereka ingin memastikan keselamatan para sepupunya. Siti
Sundari berkata kalau Irawan baik-baik saja dan mereka akan segera menikah. Ia
sudah menyusun siasatnya. Irawan segera membawa Titisari pergi dari Dwarawati
lewat bawah tanah. Sementara itu, Siti Sundari sudah bersiap di taman dan
menjalankan siasatnya. Tanpa mereka
sadari, Lesmana Mandrakumara memergoki kalau ada orang lain di dalam taman
sedang memeluk lalu melarikan Titisari. Tapi sebelum itu, Antasena mengerjai
pangeran manja itu dengan menciptakan kolam air tak terlihat. Tak ayal ia pun
tercebur. Maka ia melaporkan hal itu kepada ayahnya “ayah, calon isteriku mau
dilarikan orang!” Prabu Duryudhana murka menganggap penjagaan di Dwarawati
sangat longgar. Prabu Kresna dan Prabu Baladéwa marah dikatai demikian. Maka
mereka menyiapkan pasukan Narayani untuk menangkap orang yang melarikan
Titisari.
Terjadilah perang antara Amarta dengan Dwarawati. Anehnya tidak ada satupun prajurit dari kedua belah pihak yang terbunuh ataupun terluka. Prabu Kresna baru sadar kalau Cangkok Wijayakusuma miliknya dicuri Siti Sundari. Kresna menganggap yang menyuruh putrinya berbuat demikian adalah Arjuna. Sementara itu, Antareja, Gatotkaca, dan Antasena telah sampai di Amarta bersama Dewi Siti Sundari, Dewi Titisari dan Bambang Irawan. Arya Wrekodara menyambut mereka dan menyuruh kedua pengantin bersembunyi di dalam istana Indraprastha.
Para putra Pandawa mendamaikan Kresna dan Arjuna |
Hari berikutnya, pernikahan
Irawan dan Titisari digelar meriah tapi tidak digelar di Amarta ataupun
Dwarawati melainkan di Desa Yasarata. Para Kurawa turut diundang tapi Prabu
Duryudhana dan Raden Lesmana Mandrakumara marah-marah tidak sudi ikut. Mereka
yang dipimpin Arya Dursasana malah mengacak-acak pesta namun hal itu bisa
dihindari dengan diusirnya mereka oleh Arya Wrekodara dan ketiga putranya. Pernikahan
bisa berjalan kembali tanpa gangguan. Beberapa
hari kemudian setelah pernikahan, status Desa Yasarata naik derajat menjadi
Kadipaten Yasarata. Irawan ditunjuk sebagai adipati Yasarata. Selama itu pula,
Kadipaten Yasarata telah jadi sebuah desa besar. Irawan telah membuktikan dirinya
sebgai anak desa yang sukses terlepas dari statusnya yang sebenarnya pangeran
negara besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar