Hai hai.....salam buat para pembaca...Kali ii, penulis akan mengisahkan seorang perempuan yang menjadi penyebab keretakan hubungan antara Arjuna dan Sumbadra. namanya ialah Dewi Juwitaningrat. Karena ulahnya ini, Dewi Sumbadra dan Abimanyu menghilang dari Madukara dan hidup di tengah hutan lebat. Dikisahkan pula kisah pertemuan dari wujud ari-ari Gatotkaca dan diruwatnya Senggoto, anak Arjuna dengan Dewi Juwitaningrat. Tentunya akhir ceritanya agak beda dari versi yang beredar dimana Senggoto justru ditewaskan oleh Abimanyu, seolah Abimanyu ini karakternya kasar dan kurang ajar kepada saudara sendiri. Saya memberikan ending yang lebih halus. Sumber kisah ini berasal dari blog albumkisahwayang.blogspot.com, caritawayang.blogspot.com, dan beberapa sumber lainnya.
Suatu ketika, Arjuna sedang mempersiapkan kelahiran putranya dari Niken Larasati dan Endang Sulastri. Ketika berburu di hutan, Arjuna bertemu seorang wanita cantik. Wajahnya ayu ladak, mirip sekali dengan wajah Banowati. Arjuna menolongnya, mengira kalau itu Banowati yang minggat dari Hastinapura. “Banowati, kau kah itu?” “ya kakandaku Arjuna...aku telah minggat dari Hastinapura. Aku tidak tahan dicerca pamanda Sengkuni yang meragukan kesucian hatiku.” Arjuna merasa kasihan dan membawanya ke Madukara untuk tinggal sementara. Dewi Sumbadra kaget tiba-tiba ada Dewi Banowati. Ada sedikit perasaan yang membuatnya merasa ada sesuatu yang tidak baik dengan Banowati, seperti itu bukan Banowati.
Arjuna dan Dewi Juwitaningrat |
Selama pernikahan itu, kebiasaan makan Dewi Juwitaningrat berubah aneh. Ia lebih suka makan danging mentah. Setiap kali waktu makan harus ada semangkung daging mentah yang masih segar. 7 tahun berlalu bagaikan kilat, anak hasil pernikahan Arjuna dan Juwitaningrat sudah cukup besar. Ia dinamai Bambang Senggoto. Bambang Senggoto berparas buruk seperti raksasa. Sifatnya lumayan sombong dan suka menyabung ayam. Jagonya selalulah menang. Namun ada seorang pemuda 12 tahun dan kakaknya yang berusia 23 tahun menantang Bambang Senggoto. Mereka bernama Jaka Pengalasan dan Bambang Aribawa. Bambang Senggoto kemudian melihat Jaka Pengalasan juga membawa seekor ayam jago. “Hei pemuda miskin, kulihat kau bawa ayam jago yang bagus. Bagaimana kalau kita adu jago?” “aku tidak mau, tuan pangeran. Ayam ini ayam yang akan kujual.”
Senggoto mengadu jago Jaka Pengalasan |
Raden Gatotkaca heran
melihat sosok Bambang Aribawa yang mirip dengan dirinya. “Hei....kau yang
membuat adikku pingsan!. Lawan aku kalau kau memang berjiwa ksatria.” “Pangeran
Gatotkaca, adikmu ini telah menghabisi ayam milik adikku dengan semena-mena Jadi
dia harus dihukum.” Gatotkaca marah dan terus menyerang Bambang Aribawa dengan
membabi-buta. Mereka bertarung sengit, sama-sama gagah, sama-sama kuat dan perkasa.
Namun, karena Raden Gatotkaca bisa terbang, lama-lama Bambang Aribawa pun
terdesak kalah dan akhirnya roboh tak berdaya. Tenaganya habis dan sepertinya
ia tidak dapat hidup lebih lama lagi. Menjelang ajal tiba, Bambang Aribawa
bertanya siapa nama pemuda yang berhasil mengalahkannya. Raden Gatotkaca pun
memperkenalkan dirinya “aku Gatotkaca, putra pangeran Bhima dan Dewi Arimbi.”
Bambang Aribawa terkejut mendengar nama itu dan berkata “Gatotkaca kakakku, sesungguhnya
aku saudaramu. Aku tercipta dari ari-ari yang ayah hanyutkan di sungai, lalu
ditemukan oleh bapa Resi Mandarasa.” Raden Gatotkaca antara percaya dan tidak
percaya mendengarnya. Namun waktu Bambang Aribawa tidak banyak. Bambang Aribawa
pun gugur. Gatotkaca duduk bersimpuh memeluk jasad saudaranya itu, tiba-tiba
tubuh Bambang Aribawa memudar dan berubah sebagai setitik cahaya yang merasuk
ke dalam tubuh Gatotkaca.
Jaka Pengalasan menangisi
kepergian saudaranya dan meminta keadilan kepada ayah Senggoto. “pangeran Gatotkaca...kau
dan adikmu telah membuat kakakku meninggal, kau harus bertanggungjawab. Pertemukan
aku dengan ayah pangeran Senggoto! Aku minta keadilan darinya.”Gatotkaca
menawarkan agar ke Madukara. Gatotkaca segera menggendong Jaka Pengalasan dan Senggoto
yang masih pingsan lalu terbang pergi. Sesampainya di Madukara, Arjuna kaget
dan murka, putranya pingsan “siapa yang telah membuat anakku jadi begini?!”
Jaka Pengalasan menjelaskan “kakakku yang melakukan hal itu, tapi sekarang ia
sudah gugur di tangan Gatotkaca. Aku meminta agar Gusti pangeran menegakkan
keadilan dan menghukum Gatotkaca atas meninggalnya kakakku!”. Arjuna tidak
terima malah ia meminta ganti rugi atas pingsannya Senggoto” tidak bisa!! Kau dan
kakakmu yang telah membuat keributan dengan ankku. Kau yang harusnya
bertanggung jawab! Bayarkan ganti rugi atas ini semua atau kau akan ku penjarakan!!”
Jaka Pengalasan tidak bersedia “enak
saja memilih kembali ke rumahnya di tengah hutan. Arjuna terkejut dan marah
mendapat jawaban demikian. Ia pun mengeluarkan panah Sarotama dan berniat
menghukum Jaka Pengalasan untuk menegakkan keadilan. Gatotkaca tak tega maka ia
menyambar panah itu dan berkata kalau ini tanggung jawabnya. “paman, aku
bersedia dihukum karena memang ini kesalahanku dan adhi Senggoto. Tapi jangan
melawan seseorang yang tak bersenjata.!” Arjuna makin murka. Cinta buta kepada
anaknya telah membutakan hati sang Permadi. Gatotkaca merasa akan ada hal tak
baik. Maka, ia pun menyambar tubuh Jaka Pengalasan untuk dibawa terbang jauh.
Raden Arjuna tidak mau menyerah dan segera mengejar mereka berdua menggunakan
Aji Sepi Angin.
Raden Gatotkaca terbang
di angkasa sambil meminta petunjuk Jaka Pengalasan, di mana tempat tinggalnya.
Jaka Pangalasan heran kenapa ia membelanya. Gatotkaca merasa ia yang harus
bertanggung jawab. Hukum harus ditegakkan seadil-adilnya. Jaka Pengalasan
terharu dan mengatakan kalau tempat tinggalnya di Gunung Argapudya. Akhirnya,
mereka pun sampai di Padepokan Argapudya. Resi Mandarasa dan Endang
Cahyaningsih, ibu Jaka Pengalasan terkejut melihat Jaka Pengalasan pulang
bersama Raden Gatotkaca. Mereka bertanya dimana Aribawa.”anakku, dimana kakakmu?
kenapa kau malah bersama pangeran Gatotkaca?” Jaka Pengalasan menjelaskan
segalanya. Mereka terharu tapi juga gembira. Aribawa menemukan alasan
kelahirannya yakni menyatu dengan Gatotkaca.”gusti Pangeran Gatotkaca. kau
tidak akan dihukum berat atas kesalahannmu karena inilah takdir. Namun aku akan
memberikanmu ganjaran yang setimpal .Kau harus kucambuk seratus kali.” Ucap Resi
Mandarasa. Dicambukilah tubuh putra Wrekodara itu. Lebam-lebam punggung si otot
kawat tulang besi sampai melepuh. Tak lama kemudian muncul pula Raden Arjuna
dan mendapati Gatotkaca dihukum cambuk. Arjuna murka hendak menyerang Resi
Mandarasa namun di halangi oleh Endang Cahyaningsih. Malah sang putri Begawan
itu menasehati Arjuna agar berlaku adil “Pangeran Arjuna, hentikan tindakan
membabi buta ini.! Gatotkaca mendapatkan ganjaran atas perbuatannya. Bukan kah itu
yang disebut keadilan? Keadilan sudah ditegakkan, pangeran. Cinta pangeran
kepada anak telah membuat mata hati pangeran menjadi buta. Pikirkan sekali
lagi. Jangan karena cinta buta, keadilan paduka pangeran jadi berat sebelah. Pemimpin
sepertimu haruslah teguh dan menetapkan keadilan tanpa pandang bulu. Siapa yang
bersalah harus dihukum.” Arjuna merasa
tertampar kenapa ia tidak bisa memberikan keadilan. Arjuna kagum dengan
kecerdasan Endang Cahyaningsih. Tanpa sengaja, Endang Cahyaningsih berkata ia
mendapatkan ilmu keadilan ini dari "kakanda kulup"
Arjuna heran kenapa ia
bisa tahu itu dan memanggilnya kakanda kulup. Resi Mandarasa menjelaskan bahwa
Endang Cahyaningsih yang dihadapannya itu adalah Dewi Sumbadra dan Jaka
Pengalasan sebenarnya adalah Abimanyu. Arjuna kaget bukan kepalang. Bagaimana
bisa isteri kesayangan itu ada di hutan ini. Resi Mandarasara menceritakan lima
tahun lalu Dewi Sumbadra dan Abimanyu diculik oleh Nini Juwitaningrat, sahabat
Arya Burisrawa dari Cindhe Kembang. Wujud asli Juwitaningrat adalah mirip
raksasa. Itulah sebabnya kenapa Dewi Sumbadra dan Abimanyu tiba-tiba
menghilang. Semua ini adalah rancangan Arya Burisrawa demi menikahi Sumbadra.
Namun Dewi Sumbadra berhasil melarikan diri tapi ia jatuh terbentur batu lalu
lupa ingatan. Sang resi yang kebetulan lewat situ menolongnya dan merawatnya
seperti anak sendiri. Arjuna terharu dan memeluk kembali isteri dna anaknya
yang lama hilang.
Singkat cerita, Raden
Arjuna, Dewi Sumbadra, Raden Abimanyu, dan Raden Gatotkaca telah kembali ke
Kadipaten Madukara. Kedatangan mereka pun disambut Dewi Srikandhi, Endang
Sulastri, Niken Larasati, dan Dewi Ratri. Keempat wanita itu gembira melihat
Sumbadra kembali bersama Abimanyu yang sudah besar. Arjuna menjelaskan kalau
menghilangnya Abimanyu dan Sumbadra itu akal-akalan Juwitaningrat. Arjuna
sangat marah ingin menghukum wanita yang sudah mempermainkan hati dan
perasaannya “Beraninya dia menyamar sebagai Banowati dan mempermainkan
perasaanku selama ini! Akan ku hukum dia!” Dewi Srikandhi tanggap “kakanda tenang saja. Biar
aku yang menghukumnya.” Srikandhi segera pergi ke dapur untuk menyeret Dewi
Juwitaningrat. Tersangka pun terkejut menyadari penyamarannya telah terbongkar.
Dewi Juwitaningrat pun kembali ke wujud raksasi dan menyerang Dewi Srikandhi.”hahaha
sepertinya samaranku sudah terbongkar....waktunya untukku membalaskan sakit
hati temanku, Burisrawa.” Kedua wanita itu lalu bertarung sengit. Dewi
Srikandhi yang sudah bersiaga dapat memenangkan pertarungan. Dengan panahnya
yang ampuh, ia pun berhasil menewaskan Dewi Juwitaningrat.
Prabu Yudhistira, Arya Wrekodara, si kembar Raden Nakula-Raden Sadewa, dan Prabu Kresna yang kebetulan berkunjung ke Madukara datang berbondong-bondong setelah mendengar keributan di istana. Arjuna menjelaskan semuanya. Mereka kaget namun juga ikut bersyukur dan bersuka cita karena masalah yang dihadapi Raden Arjuna telah teratasi. Tapi seketika wajah Arjuna terlihat lesu seperti memendam kedukaan. Rupanya, sebenci dan semarah apapun Arjuna kepada Dewi Juwitaningrat, ia tetap merasa kasihan dengan Senggoto yang merupakan darah dagingnya sendiri. “kakangku Madhawa, apa yang harus aku jelaskan pada Senggoto nanti? Ia tidak bersalah tapi menanggung dosa ibunya. Sekarang ia sudah tidak punya ibu lagi.” Prabu Kresna paham dengan sifat Arjuna yang gampang merasa kasihan apalagi dengan penderitaan. Ia memberikan solusi. “Adhiku Parta.....cepat bawa tubuh Senggoto ke ke taman Maduganda. Aku akan mengobatinya di sana.” Dengan sigap, Arjuna dan lainnya membawa tubuh Senggoto yang semakin dingin itu. Setelah dibaringakan di tengah rumput taman istana itu, Bambang Senggoto mulai diobati segala luka-lukanya. Setelah semua obatnya sudah diberikan, Prabu Kresna menyapukan Cangkok Wijayakusuma ke tubuh Senggoto dan ajaib, Senggoto siuman dari pingsannya dan berubah menjadi anak berwajah tampan. Prabu Kresna meruwat keponakannya itu menjadi lebih baik.
Bambang Sumbada menjadi tampan |