Hai semua pembaca dan penikmat kisah pewayangan. mumpung ada waktu luang, penulis akan mengisahkan tentang kedatangan sosok dewi yang menakutkan dan membawa petaka di setiap kehadirannya. Sosok dewi itu ialah Dewi Jyeshta atau sering dipanggil Dewi Alakshmi. Kedatangan Dewi Alakshmi membawa bencana dan hampir membuat seluruh dunia mengalami kiamat. Semuanya pun berakhir berkat kerjasama Dewi Sri Mahalaksmi, 8 wujud Astalaksmi dan Batara Kala-Dewi Permoni. Kisah ini mengambil sumber dari Serial Kolosal India Radha Krishna Star Bharat dengan pengubahan, penambahan, dan penyelarasan dengan kisah pewayangan jawa seperlunya.
Dewi Jyeshta Alakshmi
Tepat lima tahun setelah sesaji Aswamedha, terjadi berbagai kejadian luar biasa. Seluruh Jawadwipa dan tanah Hindustan bergetar hebat. Hujan salah musim, tanaman-tanaman pertanian mengalami gagal panen, angin panas menyapu habis dan membakar hutan sehingga kering kerontanglah tempat itu. Tapi disisi lain, datanglah angin yang sangat dingin membawa badai es yang membekukan tanaman-tanaman umbi dan bunga-bunga. Gempa besar melanda seluruh negeri.
Kedatangan sang bencana, Dewi Alakshmi |
Sementara itu di
kahyangan Nusakambana, Batara kala dan Dewi Permoni kalang kabut.”waduh
suamiku, Dia berhasil menyelesaikan meditasinya selama puluhan ribu tahun. Pintu
gua penjara buatnya telah jebol.” Batara Kala kaget “duh, padahal dia sudah
kita kurung sejak peristiwa pengadukan laut hari itu. Tidak bisa dibiarkan,
seluruh tanah Jawadwipa dan Hindustan bisa dibuat sengsara. Padahal perang Bharatayudha
baru saja selesai.” Dewi Permoni setuju “benar kakanda, baiknya kau segera
menghadap ayahanda dan ibunda, Batara Guru dan Batari Durga. Kita perlu
penyelesaian dan saran-sarannya sekarang juga. Aku akan berkeliling ke seluruh
tanah ini mencarinya. Siapa tahu dia ada di salah satu sudut negeri ini” Mereka
pun berbagi tugas. Batara Kala segera menuju ke Jonggring Saloka dan Dewi
Permoni berkeliling bersama sebagian pasukan mencari orang yang dimaksud.
Negara Hastinapura pun
merasakan apa yang dirasakan di Dwarawati. Kakek Semar diiringi Dewi Dtupadi
menemui Arya Wrekodara dan Arjuna untuk bertanya apa yang terjadi. Mereka berdua
berkata tidak tahu. Kakek Semar lalu memberikan pendapatnya “hmmm blegedag
gedug...dari pada kita berdebat karena ketidaktahuan, mari kita ke kamar
pamujan gusti Prabu..” “benar kakek... mari kita kesana...” sementara itu
ditengah goncangan alam, Prabu Yudhistira Kalimataya lalu duduk tafakur,
melihat apa yang ada di dinia batin. Dewi Drupadi diiringi dua iparnya, Arya
Wrekodara dan Arjuna memasuki kamar pamujan. di sana Drupadi kepada suaminya
bertanya "kakanda, ada apa gerangan dengan negeri ini? banyak bencana dan
petaka begini? Aswamedha Yadhnya telah kita lakukan tapi apa kenapa bencana
seakan tak hentinya tiba?" lalu jawaban disambut oleh Arya Wrekodara
"Benar kakangku. opo iki murka dewa kepada kita?" Arjuna pun menyela
"yang pasti sesuatu yang sangat mengerikan akan segera tiba. Kita harus
bersedia apapun itu." "kau benar adikku, Arjuna. Aku melihat di dunia
batin, akan muncul sosok mengerikan dengan berpakaian serba hitam membawa
segala kemalangan dan bencana ke jawadwipa ini." Wrekodara pun bertanya
"waa...sapa iku? apakah Dewi Permoni?" Prabu Yudhistira berkata "aku
tak pasti soal itu tapi yang jelas bukan adikku. Dia lebih mengerikan dari Ida
dewi Permoni. isteri Gusti batara Kala itu masih lebih baik darinya." Dewi
Drupadi pun berkata "apapun itu, aku takut kalau ia akan membuat seluruh
negerti ini dalam sengsara." "maka dari itu yunda Drupadi, mari kita
berdoa kepada Hyang Widhi semoga yang yunda takutkan tidak terjadi...."
Belum selesai Arjuna menyelesaikan kata-katanya tiba-tiba ada suara orang ramai
di luar istana. Prabu yudhistira kalimataya pun datang. di sana ia kedatangan
dua adiknya yakni Prabu Nakula dan Patih Sadewa juga beberpa penduduk
Mandaraka. Mereka nampak panik dan ketakutan. Prabu Yudhistira menyambut
kedatangan dua adiknya itu dan bertanya "Nakula! Sadewa! ada apa dengan
kalian? kenapa macam tergopoh-gopoh begitu?" Setelah berhasil menenangkan
diri, Prabu Nakula bercerita "kakang prabu, Mandaraka dilanda
bencana." Prabu Yudhistira bertanya bencana apa yang dimaksud. Lalu
sambung Patih Sadewa "Bencana ini tak mampu kami tangani. datang seorang
perempuan aneh. pakaiannya serba gelap, hitam legam laksana hitamnya batu bara.
Tatapannya seakan mata jahat, siapapun yang dipandangnya akan terkena petaka.
Jika sawah atau ladang yang ia lihat, maka sawah dan ladang itu akan kena gagal
panen. Kalau hewan, hewan itu akan terkena sampar. tapi jika manusia, manusia
itu akan sakit parah sampai mati." Prabu Yudhistira khawatir mendengar
cerita itu. ia segera menyuruh adik-adik beserta rakyat mereka untuk masuk ke
bale pengungsian di dalam istana. Patih Sadewa lalu berkata "kakang
bersiap-siaplah, mungkin sebentar lagi dia akan ke Hastinapura."
Benar saja, prediksi
dari Sadewa ternyata tak meleset. Beberapa hari kemudian datang wanita
berpakaian serba hitam itu ke Hastinapura. Wajahnya ayu tapi tatapan matanya
tajam sekali seperti membawa kejahatan. para penduduk Hastinapura ikut pun
mengungsi ke istana. Prabu yduhistira segera mengatur para pengungsi. Tak
dinyana, seketika langit tiba-tiba menjadi gelap kelam dengan petir
menyambar-nyambar. Istana Hastinapura berguncang hebat. Tanaman-tanaman di
sekeliling istaana menjadi layu dan mati. Hewan-hewan ketakutan. Wanita itu
lalu muncul di hadapan Prabu Yudhistira dan berkata "Dimanakah Sri Wisnu?
aku mencarinya keman-mana tidak berjumpa." "prabu Yudhistira balik
bertanya "kau sendiri siapa?dan kenapa kau bertanya seolah-olah aku tau
dimana Ida Batara Wisnu?" Wanita berpakaian hitam itu memperkenalkan
dirinya"Aku....Alakshmi! aku mencari Sri Wisnu dan adikku Sri
Laksmi...." belum selesai memperkenalkan diri, Arjuna segera melawan dewi
Alaksmi dari belakang. namun entah kekuatan apa yang dimilikinya, serangan
Arjuna mentah bahkan berbalik. Arjuna kalang kabut. Busur Gandewa tiba-tiba
menjadi tidak berguna. Arya Wrekodara yang membantu Arjuna ikut terkena. gada
Rujhapala tiba-tiba kehilangan kesaktiannya bahkan kuku Pancanaka pun menjadi
tumpul seketika. lalu dengan tanpa ampun, Dewi Alaksmi terbang ke angkara dan
menurunkan segala bala bencan. Topan badai, hujan deras dan salju lebat,
kebakaran, dan gempa melanda seluruh negeri. Orang-orang berlarian
kesana-kemari dalam kepanikan. Para Pandawa pun segera mengarahkan orang-orang
dan segenap rakyat untuk pergi ke Dwarawati. Setelah seluruh rakyat mengungsi
duluan, Para Pandawa beserta seluruh keluarga segera melarikan diri ke Dwarawati.
Prabu Yudhistira melihat dari kejauhan, Dewi Alakshmi menumbuhkan tanaman
berduri dan onak menuntupi seluruh negeri Hastinapura.
Di Kerajaan Dwarawati, bencana yang melanda juga tak kunjung reda. Prabu Sri Kresna melihat dari kejauhan para Pandawa dan segenap rakyat mengungsi kemari. Prabu Sri Kresna bertanya kepada para Pandawa "adik-adikku, apa yang terjadi?" ada apa kok membawa seluruh rakyat Hastinapura. apa yang terjadi dengan Hastinapura?" Para pandawa bercerita bahwa kerajaan mereka kedatangan Dewi Alaksmi. Prabu Sri Kresna seakan sudah tahu itu semua. Segeralah ia mempersilakan para pengungsi memasuki kotaraja. Belum lama mereka masuk, tiba-tiba istana Dwarawati dilanda gempa besar. laut bergolak dan angin badai berhembus sangat kencang. Orang-orang dilanda kepanikan. Di pinggir laut terlihatlah Dewi Alakshmi. Sang dewi yang menakutkan itu berusaha memasuki Kotaraja Dwarawati namun tidak bisa karena ada dinding penghalang. Maka ia mengeluarkan kekuatannya untuk membuka penghalang itu. Akibat penghalang itu tak bisa ditembus, Dewi Alakshmi murka dan menurunkan segala bala bencana. Kegelapan melingkupi seisi istana. Kebetulan di saat itu, prabu Baladewa yang juga ikut mengungsi tidak tahu dengan kedatangan Alakshmi terkena kekuatan Alakshmi. Prabu Baladewa melihat wajah dan bentuk tubuh Alakshmi sekilas mirip perpaduan Dewi Rukmini dan Dewi Radha. "Radha! kenapa kau lakukan itu?" Dewi Alakshmi berkata "Radha? aku bukan Radha!" Prabu Baladewa lalu berkata "kalau kau bukan Radha, kau pasti Rukmini! Rukmini jangan hancurkan istanamu sendiri!" "kau ini bodoh kah peka?! Aku bukan Radha apalagi Rukmini! Aku....Alakshmi!! aku kemari ingin menjemput Sri Wisnu dan adikku, Sri Laksmi...agar dendamku terbalaskan!" Prabu Baladewa kaget mendengarnya. Tanpa bersiap-siap, tiba-tiba terpelantinglah Prabu Baladewa terkena kekuatan Alakshmi. Dengan sedikit menahan sakit, Prabu Baladewa akan berusaha menghalangi Alakshmi sementara para pengungsi dari Mandura segera menuju kotaraja. Prabu Baladewa mengeluarkan senjata Nenggala. Tombak berbentuk luku (bajak sawah) itu dihantamkan dan seketika tanah yang dipijak Alakshmi bergoncang dan longsor, namun Alakshmi berhasil menghindar. Alakshmi lalu menyebarkan hawa pagebluk dan membuat semua orang terkena sawan dan demam. Para Pandawa, Dewi Radha dan Dewi Rukmini kelabakan menangani para penduduk dan pengungsi yang terkena sawan, bahkan air dari Cupu mayahadi milik Nakula dan Sadewa hanya mengobati sementara saja. Di tempat lain, Prabu Baladewa tak mampu mengalahkan Alakshmi bahkan senjata Nenggala menjadi tak berguna, kesaktiannya menjadi lenyap. Lalu datang Prabu Sri Kresna muncul dan berkata "Alakshmi!!....Hentikan menyebarkan hawa penyakit dan kekacauan!" "haahh...Sri Wisnu telah datang menjemputku. Dimana adikku, Sri laksmi? aku akan membuat perhitungan denganya!" Prabu Sri Kresna lalu berkata "jangan kau sentuh Radha dan Rukmini!" "ohhh rupanya adikku membelah dirinya menjadi dua isterimu! akan kirimkan teluhku padanya." tiba-tiba Dewi Radha dan Dewi Rukmini beserta para Pandawa terkena sakit parah di saat mereka sedang melakukan sembahyang di kamar pamujan. Sri Kresna murka dan hendak melawan Alakshmi namun ditahannya.
Perlindungan Dewi Shitala |
Dewi Alakshmi senang ia
diundang sendiri oleh Sri Wisnu. Maka ia masuk ke kotaraja. Begitu memasuki
kota, angin kencang dan badai dahsyat berhembus semakin kencang. Disana Alakshmi
memperkenalkan diri sebagai Dewi Jyestha. Para isteri Sri Kresna menyambut Dewi
jyestha dan menganggapnya seperti saudari muda. Namun berbeda dari para isteri
Sri Kresna lainnya, hanya Dewi Radha, Dewi Rukmini, dan Dewi Kalindi yang agak
curiga dengan kedatangan Jyestha. Pada suatu hari, Jyestha mengundang para
saudari angkatnya yakni para isteri Sri Kresna. Jyestha berkata “aku tadi
bermimpi bahawa aku mendapatkan anugerah dewa bisa mengabulkan segala
keinginan. Mintalah, akan ku panjatkan doa kalian kepada dewa.”para isteri
Kresna saling berebut meminta permohonan “Jyestha aku ingin permata” kata
Charuharsini. Lalu Bhadra berkata “aku ingin intan dan berlian.” Mitrawinda tak
mau kalah “aku mau segulung kain sutra mahal.” Nagnajiti menyela “aku mau
sekarung perhiasan.” Lalu ketika giliran Dewi Kalindi “aku hanya minta air
seteguk.” Semua orang tertawa mendengarnya. Lanjut ke Dewi Setyaboma “aku ingin
lima ratus ribu tahil emas.” Ketika mendekati giliran Dewi jembawati “maaf aku
masih ragu apa yang aku minta. Aku akan meminta kalau Yunda Radha dan Yunda
Rukmini selesai membuat permintaan.” Dewi Radha berkata “Jembawati, aku tidak
meminta apa-apa.” Sambung Dewi Rukmini “benar, aku sama sepeti yunda Radha. Aku
tidak meminta apapun. Kami sudah punya yang kami inginkan..yang tidak terbatas.”
Dewi Jyestha berkata kepada Jembawati “jembawati, lihatkan, kedua yundamu tidak
ingin apa-apa. Katakan apa keinginanmu!” “baiklah, aku meminta kekayaan Batara
Kuwera, yang tidak terbatas. Biarkan kamarku penuh dengan emas.” Semua orang
kaget mendengarnya. Para pandawa ikut termangu-mangu mendengarnya. Akhirnya Dewi
Jyestha mengabulkan permintaan mereka sesuai keinginan. Kakek Semar lalu
berbisik kepada Arjuna ‘ndoroku Arjuna, ini tipu daya Alakshmi semata. Yang ia
bawakan bukan anugerah tapi kutukan. Apa yang diminta para isteri Kresna akan
menjadi tulah.”
Beberapa hari kemudian kerajaan Dwarawati gempar. Semua yang diminta para isteri Kresna berubah menjadi kutukan. Permata, intan, dan berlian yang disentuh Charuharsini dan Bhadra berubah menjadi batu dan bata. Kain sutra mahal berubah memnjadi kain goni dan kertas daluwang begitu disentuh Dewi Mitrawinda. Air yang diminta Dewi Kalindi membuatnya sakit dan seluruh sungai di sekitaran Dwarawati kering kerontang membawa kekeringan dan paceklik. Segala perhiasan dan emas yang diminta Dewi Nagnajiti dan Dewi Setyaboma berubah menjadi besi berkarat. Tapi itu baru permulaan, apa yang diminta Dewi Jembawati sangat banyak dan akhirnya membuat apapun yang ia sentuh berubah menjadi abu. Emas, perhiasan bahkan benda-benda remeh sekalipun pun menjadi debu atau benda-benad yang menyakitkan dalam sekali sentuh. Seluruh isteri Sri Kresna kalut. Para Pandawa berusaha menenangkan namun tak ada yang bisa menahan kesedihan mereka. Dewi Radha segera menenangkan Dewi Jembawati namun begitu Dewi Jembawati menyentuh pakaian yang dikenakan Dewi Radha, semua yang dikenakannya berubah menjadi kain goni. Gelang, cincin dan giwang bunga miliknya berubah menjadi onak dan duri-duri. Dewi Rukmini kaget melihatnya. Nasib buruk tak hentinya datang. Dewi Rukmini tak sengaja terkena sentuhan Dewi Jembawati ikut bertukar wujud. Pakaiannya berubah menjadi putih lusuh seperti kain kafan kotor. Tampilan wajahnya menjadi seperti nenek tua. Para Pandawa,, Dewi Drupadi, para isteri Arjuna, Prabu Baladewa bahkan Kakek Semar bertukar wujud menjadi sososk seperti pengemis dan peminta-minta yang lemas, sakit-sakitan, dan hina. Prabu Sri Kresna lalu berusaha menenangkan keadaan dengan kekuatan nada seruling Pemikat Rahsa miliknya. Namun bukan nada-nada indah yang keluar melainkan suara-suara menakutkan dan seruling itu berubah menjadi gosong seperti habis terbakar. Segala yang disebut sebagai kekayaan dan kesejahteraan lenyap tak berbekas dari Dwarawati bahkan istana Dwarawati yang megah berubah menjadi kelam...seperti istana terbengkalai nan angker. Kosong, suram, dan menyeramkan. Kesembilan isteri Sri kresna segera berdoa di kamar pamujan. Mereka berdoa namun gangguan tak hentinya datang. Tiba-tiba angin berhembus kencang menerbangkan apa yang ada di kamar pamujan. Para isteri Sri Kresna mendadak jatuh pingsan terkena benda-benda yang beterbangan. Ketika mereka bangun, mereka hilang ingatan dan saling bertanya. “siapa aku...aku dimana sekarang...siapa kamu...aku tidak kenal denganmu...tolong siapa saja...jelaskan kami ini siapa?!” Prabu Sri Kresna lalu mendatangi mereka bersembilan “para isteriku..ingatlah..kalian adalah Sri Laksmi. Hong Sri Mahalaksmi Namaha.....” seketika ingatan para isetri Kresna kembali. “kakanda Prabu Sri Kresna, kami ingat semuanya....” Namun kemarahan dan dendam Dewi Alakshmi semakin memuncak. Bukan hanya Dwarawati yang ditimpa kemalangan, kini Hastinapura , Amarta, Upalawaya dan negeri-negeri lainnya di seantero Jawadwipa dan Hindustan dilanda kemalangan. Bukan cuma panen gagal atau wabah penyakit, kebodohan, kesengsaraan, kelemahan, cahaya ikut menghilang dari dunia. Matahari tak lagi bersinar karena langit diseliputi kegelapan. Bulan pun sama, tak ada lagi terang. Dewi Alakshmi pun medatangi Sri Kresna dan berkata “sekarang kau adalah milikku, Wisnu.” Ketika tangan Alakshmi menyentuh tubuh Sri Kresna, tubuh gelap Sri Kresna jadi semakin gelap menghitam. Namun entah kekuatan dari mana, muncul sembilan cahaya menuju arah Sri Kresna. Delapan cahaya berwarna pelangi menyatu ke dalam cahaya yang paling besar berwarna putih dan bertukar wujud menjadi Dewi Sri Mahalaksmi, bentuk tertinggi dari Dewi Sri Laksmi. Sentuhan tangan Dewi Sri Mahalaksmi membuat sebagin tubuh Sri Kresna bercahaya. Dengan kesaktian Dewi Sri Mahalaksmi, kekuatan Dewi Alakshmi perlahan pudar. “apa-apaan ini Laksmi? Beraninya kau! Akan kukalahkan kau!” adu kekuatan dan kesaktian pun terjadi di angkasa. Awan badai dan cuaca cerah bergerak cepat sekali. Dewi Sri Mahalaksmi mengeluarkan 8 kekuatannya yakni Dewi Adi Laksmi, Dewi Dhanalaksmi, Dewi Dhanyalaksmi, Dewi Gajalaksmi, Dewi Santana Laksmi, Dewi Dhairya Laksmi, Dewi Wijaya Laksmi, dan Dewi Widya Laksmi. Ke delapan wujud Dewi Sri Laksmi itu berperang melawan seorang Alakshmi yang berkekuatan besar. Seketika delapan warna kekuatan menyerang Dewi Alakshmi..
Sri Mahalaksmi, Astalaksmi vs Alakshmi |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar