Minggu, 24 September 2023

Aji Narantaka

 Hai semua pembaca dan penikmat kisah pewayangan, kisah kali ini mengisahkan Gatotkaca mendapatkan ajian sakti bernama Aji Narantaka untuk mengalahkan Arya Durcala, putra Arya Dursasana. Kisah ini juga mengisahkan pernikahan kedua dan ketiga kali Gatotkaca dengan Dewi Suryawati dan Dewi Sumpani. kisah ini mengambil sumber dari blog https://wayang.wordpress.com/2010/03/10/aji-narantaka/ dan https://tokohpewayanganjawa.blogspot.com/2014/06/aji-narantaka-1

Di Negara Hastinapura Prabu Duryudhana, Patih Harya Sangkuni dan kerabat kerajaan Hastinapura sedang membicarakan perihal tentang keadaan politik yng tidak menentu pasca para Pandawa diasingkan olehnya selama dua belas tahun dan satu tahun penyamaran. Sekarang ini, keluarga Pandawa yakni para putra mereka sedang berada di sekitar Tegal Kurusetra. Sang raja menganggap hal ini menunjukan bahwa negara Hastinapura segera ingin dikuasai lagi pihak Pandawa. Ditambah lagi mereka datang kesana tanpa mendapatkan izin dari para Pandawa atau pun Kurawa. Yang memubuat Prabu Duryudhana risau bukan sekadar izin, tapi karena Prabu Gatotkaca mengajak saudara-saudaranya, para putra Pandawa, mengadakan latihan perang di Tegal Kurusetra. Latihan perang ini dianggap sebagai provokasi oleh pihak Kurawa dan juga bentuk rasa tidak hormat mereka kepada orang tua yakni para Pandawa dan Kurawa.”ini tidak bisa dibiarkan...Para putra Pandawa tidak menaruh hormat padaku! Paman Patih! Guru Dorna! Bagaimana kerja kalian ini?! Masa’ membereska para putra Pandawa kalian tidak becus? Aku tidak mau tahu! Aku mau tempe...eehh salah...aku mau kalian bereskan anak-anak itu dari Tegal Kurusetra!” Prabu Duryudhana marah-marah kepada kedua orang itu. Lalu ia beranjak dari takhta dan membubarkan pasewakan. Ia segera masuk ke kamarnya. Di dalam kamarnya, ia larut dalam pikirannya tentang mengantisipasi Negara Hastinapura agar tidak diserang para Pandawa. Lama-lama karena Prabu Duryudhana berpikir terlalu keras, ia jadi pusing sendiri tidak bisa menemukan jalannya. Di satu sisi ia merasa sayang dan tidak relakalau Tegal Kurusetra dijadikan sasana untuk latihan perang para keponakannya itu, tapi di sisi lain, ia tidak bisa serta merta langsung menyatakan perang terbuka.

Untuk itu segala daya upaya dicari untuk membinasakan keluarga Pandawa secara halus agar para Pandawa tidak selalu mengusik-usik negara Hastinapura dan Amarta tetap memang menjadi haknya. Patih Sengkuni lalu masuk ke kamar sang keponakan tercinta “Keponakanku gusti prabu...aku ppunya cadangan usul padamu!” “halahh...usulan paman pasti akan blunder lagi! Sudahlah mending aku tidur!” Patih sengkuni pun terus membujuk keponakannya itu “tunggu keponakanku..dengar dulu...kenapa kita harus pusing-pusing cari cara menyingkirkan para  Pandawa kalau solusinya ada disini!” “ maksud, paman ?” patih Sengkuni berkata “kita kan punya Durcala, keponakanmu itu.... anak si Dursasana.” Prabu Duryudhana baru ngeh...”oh iya..si Durcala...lalu apa hubungannya dengan anak-anak Pandawa...emangnya Durcala bisa mengalahkan mereka?” harya Sengkuni berkata bahwa Durcala, putra Arya Dursasana pasti sanggup.

Gatotkaca meguru
Patih Hastinapura yang bergelar harya Suman itu mengusulkan agar arya Durcala diberi tugas tersebut. Ia telah diberi kabar oleh Begawan Dorna kalau sekarang putra Dursasana itu baru saja pulang dari berguru kepada seorang Pisacaraja (makhluk halus) dan ia mendapat ilmu sakti bernama Aji Gineng. Menurut patih Sengkuni, kedatangan Arya Durcala di Tegal Kurusetra untuk memancing keributan dan perkelahian, dan ketika para putra Pandawa saling berperang dengannya, maka Durcala akan menggunakan ajian saktinya yang konon mampu menandingi kesaktian Prabu Gatotkaca itu.

Baru saja dibahas namanya, tak lama kemudian Arya Durcala bersama sang ayah, Arya Dursasana diiringi Begawan Dorna dibelakangnya datang ke pasewakan. Prabu Duryudhana memanggil sang keponakan “ohh Durcala...kau sudah pulang rupanya..kemarilah...aku ada tugasan untukmu.” Merasa dipanggil oleh uwanya, Arya Durcala memenuhi panggilan itu. “Ampun uwa prabu...ada apa kau memamnggilku hwehwehwehwe......” Prabu Duryudhana pun berkata kalau Durcala harus menghentikan latihan perang para putra Pandawa di Tegal Kurusetra. Harapannya, dengan Aji Gineng milik keponakannya itu, Prabu Duryudhana berharap Arya Durcala dapat mengalahkan semua kerabat Pandawa. Arya Durcala merasa senang hati mendapat perintah itu. Maka ia segera berangkat ke tegal Kurusetra.

Singkat cerita di Tegal Kurusetra, Prabu Gatotkaca dan Arya Antareja tengah melatih para adik dan sepupunya. Lalu datanglah arya Durcala bersma para paman Kurawa. Durcala menyampaikan perintah Duryudana untuk bubar “Gatotkaca, tindkanmu berani sekali menggunakan Tegal Kurusetra ini tanpa izin...aku perintahakan dirimu dan saudara-saudaramu pergi dari sini. Jika tidak aku akan menghajarmu!” Gatotkaca dan saudara-saudaranya menolak perintah itu “Hei Durcala, tidak bisa...Tegal Kurusetra ini tanah kosong kekuasaan.....tidak ada negara manapun yang menduduki tempat ini....menurutku bebas-bebas saja kami mau latihan perang disini!” Durcala terus mendesak, namun tetap saja Gatotkaca tidak mau pergi.  Akibatnya pecah perang di antara mereka. Dalam perang tanding, Durcala menggunakan Aji Gineng, Kemampuan Aji Gineng bila digunakan dan mengenai seseorang, maka jika bukan orang sakti, orang yang terkena aji Gineng akan hancur lebur bahkan sebelum mengernai tubuhnya. Prabu Gatotkaca terkena aji Gineng tidak mampu menahanya dan gemetar tubuhnya. “Ajian si Durcala gak main-main....ayo kakang dan adik-adikku gempur Durcala!!” para putra Pandawa terus melawan Durcala namun rupanya kekuatan Aji Gineng membuat mereka terdesak. Gatotkaca makin gemetar seakan tak sanggup lagi melawan aji Gineng.. Melihat Gatotkaca gemetar, Arya Durcala terus mengarahkan aji Gineng itu ke arah Gatotkaca sehingga lama kelamaan Gatotkaca roboh, terluka berat. Para putra Pandawa mengundurkan diri dari gelanggang, sedangkan Arya Antareja, arya Antasena, Prabuanom Srenggini dan Sri Pancasena membawa tubuh Gatotkaca ke tempat yang aman. Keempat saudara Gatotkaca itu lalu mengobati Gatotkaca hingga sembuh. “kakang...kayake awakmu harus meguru lagi....” ujar Antasena. Gatotkaca marah mendengarnya namun dilerai sang kakak “benar apa yang diucapkan adhi Antasena... dengak kekuatanmu yang sekarang, Durcala mustahil bisa dikalahkan.” Srenggini pun bertanya “lalu apa solusimu kakang Antareja? Dimana kakang Gatot harus meguru?” sekian lama mereka berpikir, lalu Sri Pancasena berkata “kakang semua, aku tahu solusi masalah ini.” Gatotkaca bertanya apa solusinya. Pancasena berkata “kakang masih ingat dengan Eyang Resi Seta? Aku pernah berkunjung padanya...kami beberapa kali saling bertukar ilmu dan aku pernah dengar darinya ada ajian yang bisa menjadi tandingan Aji Gineng. Sebaiknya kakang ke Padepokan Cemara Tunggal, ke rumah Eyang Resi Seta...jawabannya ada disana” Setelah sembuh Gatotkaca, dengan sisa-sisa tenaganya Prabu Gatotkaca berpamitan kepada kakak dan adiknya untuk ke Cemara Tunggal.

Singkat cerita, Gatotkaca sampai di Cemara Tunggal. Resi Arya Seta mempersdilakan cucunya itu masuk pertapaan Cemara Tunggal “Lho...Gatotkaca!? tumben kemari.....ada masalah apa sampai-sampai repot-repot datang ke pertapaan di tenah gunung ini?” Resi Arya Seta tak lain adalah putra prabu Matswapati, kakak kembar Dewi Durgandini, nenek canggah dari Gatotkaca sehingga hubungan Resi Arya Seta dan Gatotkaca layaknya kakek dan cucunya meskipun secara usia mereka mirip paman dan keponakan. Dia kakak dari Arya Utara dan Arya Wratsangka. “Begini, eyang Resi...aku ada masalah...Durcala...” Gatotkaca pun menceritakan semua kronologi apa yang ia dan saudara-saudaranya alami di Tegal Kurusetra. Resi Arya Seta mendegarkan dengan saksama. Setelah mendengarkan semuanya dari Gatotkaca, Resi Arya Seta berkata “ hoalah..ngunu tho....menurutku Durcala tidak sepenuhnya salah tapi dilihat dari caranya memberi peringatan padamu dan saudara-saudaramu tidak benar..menggunakan kekuatan saktinya denghan sembrono. Dia melakukannya pasti atas perintah pamannya, Duryudhana....aku melihat tindakan Durcala sebagai bentuk tumbal keserakahan Duryudhana dan para Kurawa lainnya. Sejak bapak, uwak dan para pamanmu dihukum dan diasingkan setelah peristiwa dadu, Duryudhana makin semena-mena pada rakyat Amarta. Aku akan melatihmu dan aku berjanji akan memberimu ilmu saktiku Aji Narantaka.”  Oleh Resi Arya Seta, Prabu Gatotkaca disuruh pergi bertapa brata dengan keras dan latihan fisik tanpa ampun. Selama berbulan-bulan, bahkan hampir dua tahun Gatotkaca melatih dirinya. Latihan fisik, meditasi, kultivasi diri, dan sebagainya dijalani tanpa kenal ampun. Singkat cerita, Resi Arya Seta memberikan padanya Aji Narantaka untuk menandingi Aji Gineng milik Arya Durcala. Setelah mendapatkan kesaktian dan aji Narantaka, Prabu Gatotkaca kembali menemui Durcala dan bertekad untuk membalas kekalahannya.

Singkat cerita, Gatotkaca telah kembali. Disana ia disambut oleh kakak, adik dan para sepupunya. Mereka mengucapkan selamat atas keberhasilan Gatotkaca meguru pada Resi Arya Seta. Di hari berikutnya, Prabu Gatotkaca kembali ke Tegal Kurusetra untuk menantang Durcala “hoii...Durcala ayo kesini!! akan aku balaskan kekalahanku dua tahun lalu....ayo kesini kalau berani..!!!”  Kabar itu terdengar ke Hastinapura, Prabu Duryudhana geram...Gatotkaca yang berhasil diusir dua tahun lalu bertani menantang Durcala, Kembali lah Durcala diutus untuk mengatasinya. Melihat kedatangan Prabu Gatokaca, Durcala sesumbar dan akan kembali mengalahkan Gatotkaca “hwehwehwehwe...berani betul Gatotkaca nantang aku...lupa dia kalau sudah ku percudangi.” Maka datanglah lagi Durcala dan para Kurawa ke Tegal Kurusetra. Tanpa pikir panjang lagi, terjadilah kembali perang tanding antara Gatotkaca dan Durcala. Berbagai ilmu kesaktian dikerahkan.

Aji Narantaka
Terjadi ledakan hebat dimana-mana. Bumi gonjang-ganjing, langit kolap-kalip.para dewa melihat kesaktian dua ajian mematikan itu, lalu batara Indra memerintahkan Batara Shani, putra Batara Surya yang juga hakim para dewa pencatat karmapala menghubungi Prabu Sri Kresna dan isterinya yang kelima yakni Dewi Kalindi. Dewi Kalindi sesungguhnya Dewi Yamuna, putri Batara Surya yang artinya ia adalah saudara Batara Shani. “Sri Kresna ini gawat....keponakanmu Gatotkaca tengah bertarung dengan Durcala. Sekarang Aji Gineng milik Durcala dan Aji Narantaka milik Gatotkaca tengah beradu. Bagaimana pendapatmu soal ini?” tanya Batara Shani. Sri Kresna dan Dewi Kalindi mengamati dari Kaca Benggala milik Batara Indra memberikan pendapatnya “kita lihat apa tindakan Gatotkaca setelah ini. Kalau dia sudah sesumbar kita kirim bala batuan dari sini untuk menyadarkannya.”ujar Sri Kresna. Dewi Kalindi pun memanggil dua adiknya yakni Dewi Sumpani dan Dewi Suryawati “adikku Suryawati dan Sumpani...persiapkan diri kalian... kalian akan menjadi bagian dari kisah Mahabarata yang menakjubkan ini....” “ baik kakang mbok...kami akan sedia menunggu arahan.....’” ucap Sumpani dan Suryawati bersama-sama. Singkat cerita,  Durcala terus menghantam Gatotkaca dengan aji Gineng namun dapat ditangkis dengan aji Narantaka milik Gatotkaca. Benturan Aji Gineng milik Arya Durcala dan Aji Narantaka milik Prabu Gatotkaca menimbulkan suara yang dahsyat. Akhirnya Aji Gineng tidak dapat mengalahkan Aji Narantaka milik Gatotkaca, akibatnya tubuh Arya Durcala hancur lebur terkena hantaman Aji Narantaka. Dengan kematian Arya Durcala, bala tentara Kurawa kucar-kacir dan melarikan diri kembali ke negara Hastinapura untuk memberi kabar kematian Arya Durcala.

Setelah Gatotkaca berhasil menghabisi Arya Durcala dengan Aji Narantaka, ia sesumbar “hahahahaha...aku tidak terkalahkan!!!...hahahahaha...tidak ada yang mampu menahan Aji Narantaka milikku, kalau ada yang bisa jika laki-laki akan ku jadikan saudara kalau perempuan akan aku jadikan istri!!” dengan kekuatannya nya yang bagaikan diluar nalar, Gatotkaca terbang kegirangan sampai-sampai menciptakan badai. Topan badai bercampur debu tebal menutupi seluruh daratan. Tegal Kurusetra nyaris hancur karenanya. Namun tiba-tiba, datang suara perempuan dari langit  “hei Gatotkaca! Jangan angkuh! Jangan sombong..... nanti hidupmu terpesong.. kau lupa Gatotkaca, di atas bumi ada langit dan di atas langit masih ada langit.” Gatotkaca melihat dari langit sepasang bidadari yakni Dewi Sumpani dan Dewi Suryawati. “Hei Gatotkaca...aku Suryawati dan adikku Sumpani akan mengalahkanmu.” Gatotkaca memandang remeh kedua bidadari itu dan berkata “hahaha nona bidadari berdua...kalian tidak akan mampu menahan kekuatanku...baiknya kalian menyingkir.... Dewi Sumpani pun berkata “kau jumawa sekali...ayo serang kami dari mana saja!” Gatotkaca merasa ditantang maka terjadilah perang tanding. Seorang pria melawan dua wanita. Gatotkaca mengerahkan seluruh kekuatannya dan menghantamkan Aji Narantaka ke arah Dewi Suryawati dan Sumpani. Dewi Suryawati berhasil menghindar namun tidak dengan Dewi Sumpani. Ia terkena namun anehnya Dewi Sumpani malah tidak apa-apa. Dewi Sumpani rupanya kuat, mampu menahan Aji Narantaka milik gatotkaca. Di tengah rasa keheranananya, Dewi Suryawati mengeluarkan kekuatan api dan nyaris mengenai Gatotkaca. Gatotkaca pun menghantamkan Aji Narantaka ke arah Suryawati. Ternyata Suryawati juga kuat menahan Aji Narantaka. Di saat lengah, Dewi Sumpani menjerat tubuh Gatotkaca dengan selendangnya, begitu juga Dewi Suryawati. Gatotkaca meronta-ronta namun seakan kekuatannya lenyap. Dewi Sumpani berkata “sekarang kau tidak bisa apa-apa. Selendang kami bisa menetralkan kekuatan apapun.” Gatotkaca pun merasa malu kerena sesumbar. Dewi Suryawati pun mendekat menenangkan Gatotkaca “sudahlah...yang lalu biar berlalu. sekarang kau sudah sadar, kan? Sekarang ayo penuhi janjimu, suamiku!” “Suamiku, maksudnya?” kagetlah Gatotkaca. “hei kalau sudah janji jangan dimungkiri....ayo tepati janjimu.” Suara yang lembut namun keras itu tidak asing . rupanya itu suara Pergiwa, isterinya. Ia sudah mendengar janji suaminya itu dari para iparnya dan Prabu Sri Kresna. “waduh aku kenek gepok iki...” gumam Gatotkaca. “ehehe.... sayangku cintaku manisku Pergiwa.... ini tidak...” “hop......kakanda ini bagaimana? mau ingkar janji...kene ta’gepok...wes ta’ siapne penjalin...!!.” “ hehehe..tolong!”gumam Gatotkaca sambil memelas. alhasil sekujur badan Gatotkaca lebam merah habis dicambuki isterinya dengan rotan. Dewi Pegiwa mendekati Dewi Suryawati dan Dewi Sumpani...”hei bestie....ayo kita sama-sama buat suami kita ini sadar akan sebuah tanggung jawab.....seperti motto ibuku, ayo buat dia bertanggung jawab.....” “yo!! mari kakang mbok...” Singkat cerita, sesuai janjinya, Gatotkaca menikahi Suryawati dan Sumpani.

Pernikahan Gatotkaca yang kedua dan ketiga kali
Di pelaminan, Prabu Gatotkaca nampak gagah dengan ketiga isterinya yang cantik-cantik itu. Kelak dari Suryawati akan berputra Bambang Suryakaca dan dari Dewi Sumpani berputra Jaya Sumpena.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar