Hai semua pembaca dan penikmat wayang yang berbahagia, kisah kali ini menceritakan tentang menghilangnya Arjuna dan serangan kerajaan Bulukatiga terhadap kerajaan Dwarawati. Perang ini dapat diakhiri atas usaha seorang gadis bernama Dewi Sunggatawati dan ayahnya, Begawan Indrasakti. Kisah ini disadur dari sumbernya yakni blog albumkisahwayang.blogspot.com dan beberapa sumber dari internet.
Alkisahnya, sesaat
setelah datang kabar duka tentang nasib negara Tasikmadu, Selamirah dan Awu-awu
Langit, Arjuna pergi ke desa Indragiri, menjenguk isterinya yakni Dewi
Saptarini takut-takut kalau Prabu Jarasandha menyerang tempat mereka tinggal.
Namun setelah itu tidak ada kabar lagi sehingga terjadi sesuatu yang
mengejutkan. Kisah ini bermula saat Dewi Sumbadra pergi dari Madukara
diantarkan Gatotkaca dan Antasena menuju ke Dwarawati. Kepada Prabu Kresna dan
Prabu Balarama (Baladéwa) berkata " kakak, aku membawa kabar kalau
Kerajaan Amarta diserang suamiku. Kanda kulup sekarang hilang akal. Dia jadi
raja Bulukatiga bergelar Janaka. Dengan sembrono, dia menyerang kakak ipar dan
adik ipar. Dinda Srikandhi, dinda Larasati dan istri-istri lain begitu juga
Abimanyu dan anak-anak yang lain dipenjarakan. Untung saja aku, Gatotkaca, dan
Antasena masih bisa kabur." Prabu Baladewa marah sekali hendak pergi ke
Amarta. Tapi di luar ekspektasi, Prabu Janaka datang bersama pasukannya menyerang
Dwarawati. Kerajaaan Bulukatiga berperang dengan Dwarawati. Anehnya, kekuatan
pasukan Narayani yang dipimpin Baladéwa, Setyaki, dan Udawa seakan menghilang
dihadapan Prabu Janaka. Ketiga orang itu dibuat ketar-ketir. Ketiga senopati
Dwarawati itu dibuat tak berkutik karena Prabu Janaka kekuatannya jadi berlipat
ganda. Patih Udawa segera memerintahkan Pasukan Narayani menutup gerbang pulau
Dwaraka.
Sementara itu, di sebuah
gubuk di desa Indragiri, Begawan Indrasakti dan putrinya, Dewi Sunggatawati
sedang memikirkan nasib mereka. Terlebih Begawan Indrasakti sekarang sakit. Ia
meminta putrinya ke Dwarawati untuk bertemu dengan Dewi Sumbadra minta
dibuatkan jenang madumangsa. Singkat cerita berangkatlah Dewi Sunggatawati ke
sana. Namun di tengah jalan, ia tertarik dengan orang-orang yang sedang duduk
di sebuah warung bermain kuclak (permainan dadu). Entah apa yang di pikirkan
Dewi Sunggatawati, ia ikut bermain kuclak dan mempertaruhkan semua hartanya.
Tapi endingnya, Dewi Sunggatawati kalah dan kehilangan hampir semua uangnya.
Ketika seorang dari mereka berkata kalau sang gadis masih punya tubuh molek
untuk dipertaruhkan, Dewi Sunggatawati menolak keras dan segera kabur
melanjutkan perjalanan menuju Dwarawati. Singkat cerita ia sampai disana tapi
banyak pasukan Bulukatiga mengepung pulau Dwaraka. Dewi Sunggatawati dengan
diam-diam segera masuk lewat gerbang belakang. Rupanya di gerbang belakang,
Dewi Sunggatawati bertemu dengan kakek Semar dan para putranya. Dewi
Sunggatawati berkata "ampun, kakek. Aku diutus ayah untuk bertemu dengan
Dewi Sumbadra, istri utama Arjuna. Bolehkah aku bertemu dengannya?" Kakek
Semar seakan tahu siapa Dewi Sunggatawati mempersilakan gadis belia itu masuk
ke istana Dwarawati.
Singkat kata, Dewi
Sumbadra dan Dewi Sunggatawati bertemu dan gadis itu menceritakan apa maksud
kedatangannya. Ia menyerahkan bungkusan yang dibawanya yang ia kira itu beras
ketan untuk membuat jenang. Ketika Dewi Sumbadra membuka isi bungkusan itu,
sang Bratajaya pingsan tak sadarkan diri karena di dalam bungkusan itu bukan
berisi ketan melainkan baju terakhir yang dipakai suaminya, Arjuna. Prabu
Baladewa yang masih kesal dengan penyerbuan Prabu Janaka melihat adiknya jatuh
tak sadarkan diri dan merasa kesal. Ia lampiaskan kemarahannya kepada Dewi
Sunggatawati sehingga langsung memukul kepala gadis itu. Seketika gadis cantik
itu pun roboh kehilangan nyawa.
Kakek Semar hendak mencegah namun terlambat. Gadis yang diantarkannya kini telah tewas di tangan Prabu Baladewa. Tidak lama kemudian Prabu Kresna muncul didampingi Raden Samba. Mereka terkejut melihat Dewi Sumbadra pingsan dan ada pula mayat seorang gadis muda tergeletak dikelilingi para punakawan. Kakek Semar dan Dewi Sumbadra yang baru saja siuman menjelaskan semua kronologinya. Samba baru kali ini merasa kasihan kepada seorang gadis meminta ayahnya menghidupkan gadis cantik yang ada dihadapannya itu. Prabu Kresna lalu mengangkat Cangkok Wijayakusuma dan membaca mantra di atas kepala Dewi Sunggatawati.
Dewi Sunggatawati meminta dibuatkan jenang madumangsa |
Prabu Kresna berkata
bahwa Dewi Sumbadra telah memasak jenang madumangsa menggunakan tangannya
sendiri untuk mengobati penyakit Begawan Indrasakti. Dewi Sumbadra lalu maju
dan menyuapi Begawan Indrasakti. Begitu memakan jenang tersebut, Begawan
Indrasakti merasa tubuhnya segar dan juga pulih dari sakitnya. Sekarang Begawan
Indrasakti telah sembuh dan bisa bangkit berdiri. Ia berterima kasih kepada
Prabu Kresna dan berterus terang ingin meminang Dewi Sumbadra sebagai istri,
untuk menggantikan ibu Sunggatawati yang sudah meninggal. Prabu Kresna menyebut
Begawan Indrasakti sebagai orang tua tidak tahu diri, "dasar tua-tua
keladi. Sudah diberi hati meminta jantung tapi sekarang rumah tangga adikku ini
dengan Arjuna memang sedang ada masalah. Kemungkinan mereka akan bercerai.
Sekarang Arjuna sedang hilang ingatan dan jadi raja Bulukatiga. Kalau sanggup
mengalahkannya, akan kunikahkan kau dengan adikku yang cantik ini."
"Baiklah, aku sanggup mengalahkan Janaka. Dan aku memegang janjimu, gusti
prabu."
Singkat cerita, di depan
gerbang kerajaan Dwarawati terjadi lagi pertempuran antara pasukan Dwarawati
yang dipimpin seorang Begawan tua bernama Indrasakti melawan pasukan Bulukatiga
dipimpin Prabu Janaka. Entah dengan kekuatan apa, pasukan Bulukatiga berhasil
terdesak mundur dan mereka kucar-kacir meninggalkan Prabu Janaka seorang diri.
Bahkan patih sang raja yakni Patih Tejalelana menyerah di hadapan Begawan
Indrasakti. Sang patih diampuni oleh Begawan Indrasakti dan dipersilakan
kembali ke Bulukatiga. Prabu Janaka marah besar melihat patihnya berkhianat dan
segera menyerang Begawan Indrasakti dengan melontarkan panah-panahnya. Tak
ingin ketinggalan, sang Begawan melawan juga. Duel panahan terjadi begitu epik.
Hujan panah terjadi dimana-mana. Prabu Janaka lalu melepas panah yang disertai
mantra, begitu pula dengan begawan Indrasakti. Panah-panah mereka saling
mengenai sasaran masing-masing. Panah bermantra yang ditembakkan Begawan Indrasakti
mengenai dada Prabu Janaka. Seketika wujud Prabu Janaka musnah, badar sebagai
wujud aslinya, yakni Batara Kala sang dewa waktu dan malapetaka. Terkejutlah
semua orang melihatnya. Selama ini yang memerangi Kerajaan Amarta dan Kerajaan
Dwarawati adalah Raden Arjuna palsu. Sementara itu, panah yang dilepaskan Prabu
Janaka juga mengenai tubuh Begawan Indrasakti. Seketika wujud Begawan
Indrasakti pun musnah dan badar sebagai Arjuna yang asli. Melihat rencananya
menaklukkan Kerajaan Dwarawati telah gagal, Batara Kala pun terbang ke udara,
kembali ke Kahyangan Nusakambana. Perang pun berakhir. Arjuna segera
membebaskan kakak adiknya, para putra dan keponakannya dari penjara.
Setelah semua orang
dibebaskan, Arjuna bercerita bahwa saat menjenguk sang istri, Dewi Saptarini,
desa Indragiri diserang Batara Kala yang bekerjasama dengan Prabu Tejalelana
dari Bulukatiga yang menginginkan Dewi Sunggatawati. Karena serangan mendadak
ini, Dewi Saptarini gugur membela desanya. Sebelum wafat, Dewi Saptarini
meminta suaminya mencarikan jodoh untuk Sunggatawati. Arjuna kalap karena
istrinya tiada lalu ikut berperang tanding membela tanah air istri dan anaknya,
Sunggatawati. Namun Batara Kala menggunakan siasat liciknya sehingga ia kalah
dan terkena kutukan sampai ia bertukar wujud sebagai seorang pendeta tua. Dan
rupanya, Batara Kala justru mengkhianati perjanjian dengan Prabu Tejalelana
dengan melorot kedudukannya jadi patih. Ia lalu pergi menyerang Kerajaan Amarta
dan Kerajaan Dwarawati.
Prabu Kresna dan yang
lain bersyukur segala persoalan telah selesai. Mengenai jodoh untuk Dewi
Sunggatawati sesuai wasiat mendiang ibunya sebelum meninggal, maka lebih baik
Raden Samba saja yang memenuhi hal itu. Sepertinya Samba dan Dewi Sunggatawati
bisa menjadi pasangan yang serasi. Arjuna tidak keberatan. Ia pun menerima
lamaran Prabu Kresna tersebut dengan senang hati. Semua orang gembira
mendengarnya dan ikut merayakan perjodohan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar