Rabu, 24 Mei 2023

Dewi Sunggatawati

 Hai semua pembaca dan penikmat wayang yang berbahagia, kisah kali ini menceritakan tentang menghilangnya Arjuna dan serangan kerajaan Bulukatiga terhadap kerajaan Dwarawati. Perang ini dapat diakhiri atas usaha seorang gadis bernama Dewi Sunggatawati dan ayahnya, Begawan Indrasakti. Kisah ini disadur dari sumbernya yakni blog albumkisahwayang.blogspot.com dan beberapa sumber dari internet.

Alkisahnya, sesaat setelah datang kabar duka tentang nasib negara Tasikmadu, Selamirah dan Awu-awu Langit, Arjuna pergi ke desa Indragiri, menjenguk isterinya yakni Dewi Saptarini takut-takut kalau Prabu Jarasandha menyerang tempat mereka tinggal. Namun setelah itu tidak ada kabar lagi sehingga terjadi sesuatu yang mengejutkan. Kisah ini bermula saat Dewi Sumbadra pergi dari Madukara diantarkan Gatotkaca dan Antasena menuju ke Dwarawati. Kepada Prabu Kresna dan Prabu Balarama (Baladéwa) berkata " kakak, aku membawa kabar kalau Kerajaan Amarta diserang suamiku. Kanda kulup sekarang hilang akal. Dia jadi raja Bulukatiga bergelar Janaka. Dengan sembrono, dia menyerang kakak ipar dan adik ipar. Dinda Srikandhi, dinda Larasati dan istri-istri lain begitu juga Abimanyu dan anak-anak yang lain dipenjarakan. Untung saja aku, Gatotkaca, dan Antasena masih bisa kabur." Prabu Baladewa marah sekali hendak pergi ke Amarta. Tapi di luar ekspektasi, Prabu Janaka datang bersama pasukannya menyerang Dwarawati. Kerajaaan Bulukatiga berperang dengan Dwarawati. Anehnya, kekuatan pasukan Narayani yang dipimpin Baladéwa, Setyaki, dan Udawa seakan menghilang dihadapan Prabu Janaka. Ketiga orang itu dibuat ketar-ketir. Ketiga senopati Dwarawati itu dibuat tak berkutik karena Prabu Janaka kekuatannya jadi berlipat ganda. Patih Udawa segera memerintahkan Pasukan Narayani menutup gerbang pulau Dwaraka.

Sementara itu, di sebuah gubuk di desa Indragiri, Begawan Indrasakti dan putrinya, Dewi Sunggatawati sedang memikirkan nasib mereka. Terlebih Begawan Indrasakti sekarang sakit. Ia meminta putrinya ke Dwarawati untuk bertemu dengan Dewi Sumbadra minta dibuatkan jenang madumangsa. Singkat cerita berangkatlah Dewi Sunggatawati ke sana. Namun di tengah jalan, ia tertarik dengan orang-orang yang sedang duduk di sebuah warung bermain kuclak (permainan dadu). Entah apa yang di pikirkan Dewi Sunggatawati, ia ikut bermain kuclak dan mempertaruhkan semua hartanya. Tapi endingnya, Dewi Sunggatawati kalah dan kehilangan hampir semua uangnya. Ketika seorang dari mereka berkata kalau sang gadis masih punya tubuh molek untuk dipertaruhkan, Dewi Sunggatawati menolak keras dan segera kabur melanjutkan perjalanan menuju Dwarawati. Singkat cerita ia sampai disana tapi banyak pasukan Bulukatiga mengepung pulau Dwaraka. Dewi Sunggatawati dengan diam-diam segera masuk lewat gerbang belakang. Rupanya di gerbang belakang, Dewi Sunggatawati bertemu dengan kakek Semar dan para putranya. Dewi Sunggatawati berkata "ampun, kakek. Aku diutus ayah untuk bertemu dengan Dewi Sumbadra, istri utama Arjuna. Bolehkah aku bertemu dengannya?" Kakek Semar seakan tahu siapa Dewi Sunggatawati mempersilakan gadis belia itu masuk ke istana Dwarawati.

Singkat kata, Dewi Sumbadra dan Dewi Sunggatawati bertemu dan gadis itu menceritakan apa maksud kedatangannya. Ia menyerahkan bungkusan yang dibawanya yang ia kira itu beras ketan untuk membuat jenang. Ketika Dewi Sumbadra membuka isi bungkusan itu, sang Bratajaya pingsan tak sadarkan diri karena di dalam bungkusan itu bukan berisi ketan melainkan baju terakhir yang dipakai suaminya, Arjuna. Prabu Baladewa yang masih kesal dengan penyerbuan Prabu Janaka melihat adiknya jatuh tak sadarkan diri dan merasa kesal. Ia lampiaskan kemarahannya kepada Dewi Sunggatawati sehingga langsung memukul kepala gadis itu. Seketika gadis cantik itu pun roboh kehilangan nyawa.

Kakek Semar hendak mencegah namun terlambat. Gadis yang diantarkannya kini telah tewas di tangan Prabu Baladewa. Tidak lama kemudian Prabu Kresna muncul didampingi Raden Samba. Mereka terkejut melihat Dewi Sumbadra pingsan dan ada pula mayat seorang gadis muda tergeletak dikelilingi para punakawan. Kakek Semar dan Dewi Sumbadra yang baru saja siuman menjelaskan semua kronologinya. Samba baru kali ini merasa kasihan kepada seorang gadis meminta ayahnya menghidupkan gadis cantik yang ada dihadapannya itu. Prabu Kresna lalu mengangkat Cangkok Wijayakusuma dan membaca mantra di atas kepala Dewi Sunggatawati.

Dewi Sunggatawati meminta dibuatkan jenang madumangsa
Seketika gadis itu pun hidup kembali seperti bangun dari tidur. Prabu Kresna berkata bahwa ajal Sunggatawati memang belum saatnya, sehingga masih bisa dihidupkan kembali menggunakan Cangkok Wijayakusuma. Dewi Sumbadra lalu bertanya apa yang harus ia lakukan saat ini. Prabu Kresna menjawab, “dinda masak saja jenang madumangsa dan serahkan secara langsung kepada Begawan Indrasakti.” Prabu Kresna yakin bahwa sang begawan inilah yang bisa mengalahkan Prabu Janaka dan membebaskan Prabu Yudhistira beserta para Pandawa lainnya. Singkat cerita, Dewi Sumbadra membuatkan jenang itu dan segera memberikan makanan itu. Begitu selesai, Dewi Sunggatawati memohon izin untuk pulang memberikan jenang itu dan menjemput sang ayah. Prabu Kresna ikut berangkat mengawal Dewi Sumbadra menuju desa Indragiri untuk menyerahkan jenang tersebut kepada Begawan Indrasakti. Sesampainya di sana, mereka melihat begawan tua itu terbaring lemah tidak berdaya. Pendeta itu tersenyum gembira melihat Prabu Kresna dan Dewi Sumbadra datang ke tempatnya.

Prabu Kresna berkata bahwa Dewi Sumbadra telah memasak jenang madumangsa menggunakan tangannya sendiri untuk mengobati penyakit Begawan Indrasakti. Dewi Sumbadra lalu maju dan menyuapi Begawan Indrasakti. Begitu memakan jenang tersebut, Begawan Indrasakti merasa tubuhnya segar dan juga pulih dari sakitnya. Sekarang Begawan Indrasakti telah sembuh dan bisa bangkit berdiri. Ia berterima kasih kepada Prabu Kresna dan berterus terang ingin meminang Dewi Sumbadra sebagai istri, untuk menggantikan ibu Sunggatawati yang sudah meninggal. Prabu Kresna menyebut Begawan Indrasakti sebagai orang tua tidak tahu diri, "dasar tua-tua keladi. Sudah diberi hati meminta jantung tapi sekarang rumah tangga adikku ini dengan Arjuna memang sedang ada masalah. Kemungkinan mereka akan bercerai. Sekarang Arjuna sedang hilang ingatan dan jadi raja Bulukatiga. Kalau sanggup mengalahkannya, akan kunikahkan kau dengan adikku yang cantik ini." "Baiklah, aku sanggup mengalahkan Janaka. Dan aku memegang janjimu, gusti prabu."

Singkat cerita, di depan gerbang kerajaan Dwarawati terjadi lagi pertempuran antara pasukan Dwarawati yang dipimpin seorang Begawan tua bernama Indrasakti melawan pasukan Bulukatiga dipimpin Prabu Janaka. Entah dengan kekuatan apa, pasukan Bulukatiga berhasil terdesak mundur dan mereka kucar-kacir meninggalkan Prabu Janaka seorang diri. Bahkan patih sang raja yakni Patih Tejalelana menyerah di hadapan Begawan Indrasakti. Sang patih diampuni oleh Begawan Indrasakti dan dipersilakan kembali ke Bulukatiga. Prabu Janaka marah besar melihat patihnya berkhianat dan segera menyerang Begawan Indrasakti dengan melontarkan panah-panahnya. Tak ingin ketinggalan, sang Begawan melawan juga. Duel panahan terjadi begitu epik. Hujan panah terjadi dimana-mana. Prabu Janaka lalu melepas panah yang disertai mantra, begitu pula dengan begawan Indrasakti. Panah-panah mereka saling mengenai sasaran masing-masing. Panah bermantra yang ditembakkan Begawan Indrasakti mengenai dada Prabu Janaka. Seketika wujud Prabu Janaka musnah, badar sebagai wujud aslinya, yakni Batara Kala sang dewa waktu dan malapetaka. Terkejutlah semua orang melihatnya. Selama ini yang memerangi Kerajaan Amarta dan Kerajaan Dwarawati adalah Raden Arjuna palsu. Sementara itu, panah yang dilepaskan Prabu Janaka juga mengenai tubuh Begawan Indrasakti. Seketika wujud Begawan Indrasakti pun musnah dan badar sebagai Arjuna yang asli. Melihat rencananya menaklukkan Kerajaan Dwarawati telah gagal, Batara Kala pun terbang ke udara, kembali ke Kahyangan Nusakambana. Perang pun berakhir. Arjuna segera membebaskan kakak adiknya, para putra dan keponakannya dari penjara.

Setelah semua orang dibebaskan, Arjuna bercerita bahwa saat menjenguk sang istri, Dewi Saptarini, desa Indragiri diserang Batara Kala yang bekerjasama dengan Prabu Tejalelana dari Bulukatiga yang menginginkan Dewi Sunggatawati. Karena serangan mendadak ini, Dewi Saptarini gugur membela desanya. Sebelum wafat, Dewi Saptarini meminta suaminya mencarikan jodoh untuk Sunggatawati. Arjuna kalap karena istrinya tiada lalu ikut berperang tanding membela tanah air istri dan anaknya, Sunggatawati. Namun Batara Kala menggunakan siasat liciknya sehingga ia kalah dan terkena kutukan sampai ia bertukar wujud sebagai seorang pendeta tua. Dan rupanya, Batara Kala justru mengkhianati perjanjian dengan Prabu Tejalelana dengan melorot kedudukannya jadi patih. Ia lalu pergi menyerang Kerajaan Amarta dan Kerajaan Dwarawati.

Prabu Kresna dan yang lain bersyukur segala persoalan telah selesai. Mengenai jodoh untuk Dewi Sunggatawati sesuai wasiat mendiang ibunya sebelum meninggal, maka lebih baik Raden Samba saja yang memenuhi hal itu. Sepertinya Samba dan Dewi Sunggatawati bisa menjadi pasangan yang serasi. Arjuna tidak keberatan. Ia pun menerima lamaran Prabu Kresna tersebut dengan senang hati. Semua orang gembira mendengarnya dan ikut merayakan perjodohan ini.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar