Hai semua penikmat dan pembaca cerita pewayaangan. Kisah ini menceritakan tentang Dewi Srikandhi yang menyamar sebagai Bambang Kandhihawa bertukar kelamin dengan Begawan Amtuna yang merupakan penyamaran Arjuna dengan cara tak biasa. Berkat pertukaran itu, Dewi Srikandhi bisa menjadi ayah dari Arya Nirbitakawaca, yang kelak menjadi Prabu Niwatakawaca, yaitu raja raksasa yang kelak akan dilawan Arjuna dan Dewi Supraba. Dikisahkan pula karena Arjuna dan Srikandhi berkimpoi dalam keadaan tukar kelamin,, lahir pula seorang ksatria yang kelak membantu para Pandawa bernama Bambang Kesatradewa. Kisah ini mengambil sumber dari Kitab Mahabharata karya Mpu Vyasa, blog albumkisah wayang.blogspot.com dan beberapa sumber lain.
Alkisahnya, Dewi Srikandhi isteri Arjuna sedang mencari-cari suaminya yang hilang entah kemana. Maka ia menyamar sebagai lelaki atas bantuan Batara Narada bernama Kandhihawa. Rupanya dalam wujud penyamaran itu, putri kerajaan Manimantaka yakni Dewi Durniti jatuh hati. Tanpa tedeng aling-aling, Prabu Jayasudiga, ayah Dewi Durniti menjodohkan mereka. Dilangsungkan lah pernikahan antara Kandhihawa dengan Durniti. Namun samaran Srikandhi ada celahnya. Batara Narada hanya mengubah penampilannya tapi tidak bagian tubuhnya. Penampilan boleh lelaki tapi dia tetap perempuan tulen. Ketika hendak malam pertama, Bambang Kandhihawa menghilang dari Manimantaka. Ia kabur karena ia tidak sanggup melihat wajah kecewa isterinya menyadari bahwa suaminya adalah perempuan tulen. Ketika ia kabur ke hutan, Bambang Kandhihawa bertemu dengan seorang resi berparas buruk rupa bernama Begawan Amtuna alias Stunakarna. Sang resi itu berkata " hei nak....ahhh aku bingung harus menyebutmu le atau nduk...tapi terserahlah....kau pasti punya masalah dengan kewanitaanmu. Aku bisa membantumu. Dalam setahun ini, aku bersedia meminjamkan lingga milikku dan kau bisa menyerahkan yonimu padaku." Setelah berpikir keras, Kandhihawa setuju " baiklah aku setuju....aku akan menerima lingga milikmu di tubuhku."
Bambang Kandhihawa dan Begawan Amtuna bertukar kelamin |
Setelah menghilang
beberapa hari, Bambang Kandhihawa kembali ke Manimantaka. Dewi Durniti yang
sudah khawatir dengan suaminya bahagia kembali lalu berkata "
Syukurlah...kakanda kembali....aku khawatir sekali. Kakanda di saat malam
pertama, kita belum merasakannya. Ayo kakanda....kita ke kamar asmara
kita." "Ayo, dindaku yang ayu comel molek.....kakanda juga ingin
merasakannya." Malam itu, Kandhihawa dan Durniti saling bermesraan,
berkasih-kasihan di atas ranjang berbalut riasan bunga dan wewangian.
Puncaknya, mereka lalu membuka baju dan melakukan permainan asmara, nafsu, dan
tarikan renjana yang menggairahkan satu sama lain. Di saat melakukan demikian,
tanpa sadar ada ruh yang merasuk ke tubuh Bambang Kandhihawa. Itu adalah ruh
Arya Durnita, kakak Durniti yang sudah lama meninggal. Dikisahkan, Durnita
meninggal muda karena mengakhiri hidupnya sendiri. Alasannya karena tak sanggup
untuk menahan hasrat sensual kepada sang adik. Ruh Durnita pun mulai merasuk ke
tubuh Kandhihawa sambil berkata " aku dan dindaku tidak bersatu dalam
wujud fisik, tapi akan ku satukan hasratku dan hasratku lewat laki-laki baik
ini." Perkimpoian mereka sangat nikmat dan memuaskan. Setelah puas, mereka
semakin sayang dan cinta.
Demikianlah, Bambang
Kandhihawa dan Dewi Durniti pun hidup berumah tangga dengan perasaan bahagia.
Setelah berganti kelamin sebagai laki-laki dan dirasuki ruh Arya Durnita, kini
Bambang Kandhihawa bagaikan lupa diri bahwa ia sebenarnya adalah Srikandhi yang
sedang menyamar. Tak disangka, anak hasil perkimpoiannya dengan Durniti pun
lahir. Lahirnya laki-laki. Namun masalah pun seakan tak mau berhenti. Dewi
Durniti mengalami komplikasi pasca melahirkan yang membuat dia kehilangan
banyak darah. Tak sampai 24 jam, Dewi Durniti dinyatakan sudah tiada. Bersamaan
itu pula, ruh Arya Durnita ikut keluar dari tubuh Kandhihawa, menyusul sang
adik menuju alam kelanggengan. Sedihlah seluruh Manimantaka terlebih
Kandhihawa. Sementara itu, jabang bayi yang baru saja dilahirkan Dewi Durniti
tersebut menangis keras karena haus dan lapar. Bambang Kandhihawa berusaha
mencarikan ibu susu tetapi si bayi selalu menolak apabila digendong wanita
lain. Akhirnya Bambang Kandhihawa merasa putus asa. Ia pun menusuk jarinya
sendiri dan meminumkan darahnya ke mulut si bayi. Sungguh ajaib, begitu menelan
darah ayahnya, tubuh bayi itu berangsur-angsur berubah menjadi dewasa dalam
waktu singkat. Sekarang ia telah tumbuh sebagai seorang pemuda berbadan gagah.
Bambang Kandhihawa menamai anak itu Nirbitakawaca.
Sejak ditinggal
isterinya, Kandhihawa merasa kesepian. Nirbitakawaca kasihan pada ayahnya dan
berniat mencarikan sang ayah itu pendamping baru. Kebetulan ia mendengar ada
seorang putri yang cocok. Maka datanglah Nirbitakawaca ke Amarta tepatnya ke
Madukara. Kebetulan disana Prabu Yudhistira, Arya Wrekodara, dan Prabu Kresna
ada disana membahas menghilangnya Arjuna dan Srikandhi selama setahun ini. Ia
datang melamar Dewi Sumbadra, isteri Arjuna yang kabarnya telah menjanda.
" Ampun, Arya Wrekodara yang perkasa....aku Nirbitakawaca, putra
Kandhihawa dari Manimantaka hendak melamar Dewi Sumbadra untuk ayahku."
Arya Wrekodara yang kebetulan di Madukara murka mendengarnya. Iparnya dianggap
sudah janda. Namun Prabu Yudhistira punya pandangan lain . Begini katanya
" Adhi, menurutku sah-sah saja kalau dinda Sumbadra dianggap sudah janda.
Sudah setahun ini dinda tidak mendapat nafkah lahir batin dari adhi kita,
Arjuna. Rapi semua akan ku kembalikan pada kanda prabu Sri Kresna." Prabu
Kresna berkata " aku sebagi wakil Sumbadra bersedia saja asal dinda Sumbadra
dibawakan pohon Dewandaru dan Jayandaru dari kahyangan, baru dinda Sumbadra
akan ku serahkan pada Kandhihawa. Apa kau sanggup nak?" Arya Nirbitakawaca
menyatakan sanggup. Tanpa ba-bi-bu lagi, sang putra Kandhihawa menuju
kahyangan. Arya Wrekodara bertanya " lha..... kanda Jlitheng kok gitu? Wes
jelas masio sudah dianggap bercerai tapi dalam berkasnya dinda Sumbadra dan
adhi Jlamprong masih sah suami isteri." Prabu Kresna menjawab "
tenang adhi, ini cuma siasat saja. Aku punya firasat pemuda itu akan menjadi
sarana kemunculan dinda Parta dan dinda Srikandhi." Setelah mengutarakan
niatnya, Prabu Kresna pun mohon pamit kepada Prabu Yudhistira untuk kemudian
mengajak Arya Wrekodara mengawasi gerak-gerik Nirbitakawaca dari kejauhan.
Di kahyangan, Arya
Nirbitakawaca berniat meminta benda yang dimaksudkan Prabu Kresna. Tapi ada
suara hatinya berkata " Klo minta baik-baik pasti ditolak sama Batara
Indra....lebih baik pohon Dewandaru dan Jayandaru ku curi saja."
Berubahlah niat Nirbitakawaca. Ia menyusup ke kahyangan Kawidodaren, tempat
tinggal para bidadari. Di sana ia diam-diam mengintip para bidadari yang sedang
berada di kaputren bidadari. Ia mengintip dari balik lubang kecil di tembok.
Terlihat di sana ada Dewi Supraba, Dewi Lèng lèng Mandanu, Dewi Warsiki, Dewi
Tunjungbiru, Dewi Surendra, Dewi Wilotama, Dewi Gagarmayang dan Dewi Prabasini
yang baru saja selesai mandi dan hanya memakai kemben basahan saja, hendak
membuka pakaian itu. Dewi Supraba dan Dewi Surendra yang paling awas merasakan
ada orang tidak benar yang berusaha mengintip mereka " Dinda! kakangmbok!
Kalian tenang dulu ada orang yang hendak mengintip kita." Dewi Supraba
menyadari ada sebuah lobang kecil dan terlihat dari ekor matanya ada mata
seseorang yang mengintip. Dewi Supraba meminta senjata milik Surendra tapi sang
saudara sedang tidak bawa senjata, melainkan sebuah kancip, pisau untuk
mengiris buah pinang. Segera saja Dewi Supraba mengambil kancip itu dan
memasukkannya ke dalam lubang itu. Nirbitakawaca yang sedang terkesima
mengintip kecantikan Dewi Supraba tidak menyadari datangnya bahaya. Ia tidak
sempat lagi menghindar, sehingga matanya tertusuk kancip itu. Mata yang
tertusuk itu pun terluka parah dan menjadikannya picak (buta sebelah).
Berita keributan di
kahyangan Kawidodaren terdengar oleh para dewa. Terjadilah perang antara
pasukan Manimantaka dipimpin Nirbitakawaca dengan pasukan para dewa. Dewi
Supraba dengan lantang berkata " dasar pemuda lancang ....kelakuanmu bak
dênawa!" Seketika wujud Nirbitakawaca berubah wujud jadi raksasa/dênawa
dengan mata picak. Mengamuklah putra Kandhihawa dengan kekuatannya. Batara
Indra segera melemparkan petirnya dan jdaarr....Nirbitakawaca terjatuh ke
tengah laut. Pengawal sang pangeran, yakni Patih Jayasaramba dan Tumenggung
Jayaprakosa segera melapor kepada Bambang Kandhihawa dan Prabu Jayasudiga.
Mereka marah dan bergerak ke kahyangan dengsn kekuatan penuh. Begitu terlihat
pasukan Manimantaka mendekati kahyangan, Batara Narada segera mencari orang
yang bisa membuat pasukan itu bertekuk lutut.
Sementara itu, Begawan
Amtuna yang selama setahun ini menjelma sebagai perempuan telah berganti nama
menjadi Begawan Mitunawati. Ia bersama putranya, hasil perkimpoiannya dengan
Kandhihawa yakni Bambang Kesatradewa. Suatu keajaiban, walau masih berusia satu
tahun, Bambang Kesatradewa sudah mahir berbicara, berjalan, dan berlari.
Bambang Kesatradewa bertanya "ibu, kita sudah lama disini tapi tidak
melihat ayah. Katakan dimana ayah." Begawan Mitunawati berkata "
ayahmu itu bukan ayahmu melainkan ibumu, dan aku bukan ibumu tapi ayahmu. Aku
sebenarnya seorang kesatria dari Amarta. Namaku Arjuna. Aku dan ibumu melakukan
tukar kelamin setahun lalu sehingga seperti ini." Kesatradewa kaget
mendengar hal itu. Meski begitu, ia tetap ingin bertemu sosok ibunya itu. Lalu
datanglah Batara Narada membawa kabar " Amtuna atau bisa kupanggil
Arjuna...kami para dewa membutuhkan bantuanmu..." " bantuan apa yang
bisa ku berikan, pukulun Batara?" Batara Narada menceritakan segalanya.
Begawan Amtuna menyanggupi dengan syarat agar Kandhihawa jangan dihukum.
Demikianlah, Arjuna mulai membuka penyamaran namun tetap berkelamin wanita
akhirnya memutuskan untuk bersedia menjadi jago para dewa. Ia lalu berangkat
bersama Batara Narada menuju Kahyangan. Bambang Kesatradewa turut dibawa serta.
Di Kahyangan, Bambang
Kandhihawa masih mengamuk menghadapi pasukan Dorandara. Tiba-tiba datang
Arjuna, menghadang dan segera menghujaninya dengan anak panah. Kandhihawa sibuk
menangkis hujan anak panah tersebut sehingga membuat dirinya menjadi lengah.
Kesempatan ini segera dimanfaatkan Arjuna untuk membaca mantra. Seketika
Bambang Kandhihawa diam saja seperti kena pukau. Arjuna segera memeluk pria
banci itu. Beberapa saat kemudian, kelamin mereka pun kembali bertukar seperti
sediakala. Arjuna kini kembali berkelamin laki-laki, sedangkan Bambang
Kandhihawa kembali berkelamin perempuan. Prabu Jayasudiga kaget melihat
mantunya dipeluk pria lain. Mengira mantunya itu hendak diajak hubungan sesama
jenis, Prabu Jayasudiga menyerang Arjuna. Namun datang Bambang Kesatradewa menghalanginya.
Prabu Jayasudiga mengamuk seraya berkata " hei anak kecil...minggir dari
jalanku!" Sang Prabu lalu menginjak-injak Bambang Kesatradewa. Namun
terjadi keajaiban, meski diinjak-injak Bambang Kesatradewa tidak kesakitan
bahkan langsung berubah wujud menjadi pria dewasa dalam sekejap. Dengan panah
Sarotama pemberian ayah yang sekaligus ibunya, Bambang Kesatradewa menembak
raja raksasa itu dan tewaslah ia. Patih Jayasaramba dan Tumenggung Jayaprakosa
menyerah dan mohon ampun kepada para dewa. Batara Narada muncul dan mengampuni
mereka berdua. Keduanya pun dipersilakan untuk pulang ke Manimantaka. Batara
Narada berkaea "kalian berdua jangan khawatir. Nirbitakawaca tidak mati
karena serangan Indra. Dia sedang menjemput takdirnya. Sekarang dia sedang
bertapa di dalam laut. Kalian tunggu saja dia, dia akan baik-baik saja."
Maka pulanglah Patih Jayasaramba dan Tumenggung Jayaprakosa. Mereka pun
berganti nama menjadi Mamangdana dan Mamangmurka.
Setelah kembali menjadi
wanita, Kandhihawa seolah terbangun dari mimpi. Sejak merawat dan mengasuh
Nirbitakawaca, ia bagaikan hilang ingatan. Suatu hari alam pikiran bawah
sadarnya berkata bahwa wanita tercantik di dunia adalah Dewi Sumbadra, maka ia
pun berhasrat ingin menikahi madunya sendiri. Rupa-rupanya hasrat birahi
sebagai lelaki juga muncul karena ia memakai kelamin suaminya, dan ia tidak
mampu untuk mengendalikan.
Bambang Kandhihawa kini telah mendapatkan kesadarannya kembali. Sekarang ia ingat bahwa dirinya adalah Dewi Srikandhi yang sedang menyamar, dan lawannya adalah suami sendiri. Namun, untuk menguji cinta suaminya, terpaksa ia pura-pura tidak mengenali suaminya itu dan tetap menantang melanjutkan pertempuran. Raden Arjuna sendiri telah mendapatkan kembali kejantanannya pun langsung merayu sang isteri " duh dinda, aku kangen...duh jangan merajuk begitu." Lama-lama luluh juga Srikandhi " kakanda jahat.....sudah setahun ini ku cari kanda dimana tapi malah ngilang tanpa pamit." Arjuna menjelaskan kalau ia ingin merasakan jadi wanita tulen. Lalu datang Prabu Kresna, Arya Wrekodara, dan Bambang Kesatradewa. Arjuna dan Srikandhi menghaturkan salam. Prabu Kresna bertanya " Parta, kenapa sejak awal kau tidak datang kepada Kandhihawa dan merebut kembali kejantananmu?" Arjuna menjawab "Madhawa, ini suratan takdir kami. Selama ini aku sering menikah sana-sini dengan banyak wanita. Mungkin Yang Kuasa mengharuskanku memiliki kelamin wanita selama setahun ini. Itulah sebabnya aku tidak menemui Kandhihawa. Aku juga tidak berani pulang, tidak mungkin aku ketemu para para istri dengan berkelamin perempuan."Srikandhi lalu bertanya " kanda, siapa anak muda di sebelahku?"
Arjuna memperkenalkan Bambang Kesatradewa |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar