Salam semua, semoga diberi kelimpahan rahmat Tuhan. Kali ini, penulis akan menceritakan kisah cinta Prabu Kresna dengan Dewi Rukmini yang berujung peristiwa kawin lari. Dikisahkan pula bagaimana Prabu Supala alias Sisupala yang dahulu disembuhkan Prabu Kresna menjadi musuh abadi. Kisah ini disusun mengikuti versi India namun tidak meninggalkan ke-khas-an pedalangan Jawa. Sumber yang digunakan penulis berasal dari Kitab Mahabharata karya Mpu Vyasa, Kitab Pustakaraja Purwa karya Ngabehi Ranggawarsita, kakawin Hariwangsa karya Mpu Panuluh, dan Serial kolosal India Mahabharat Starplus dengan sedikit perubahan dan pengembangan seperlunya.
Dikisahkan
bahwa pada zaman kuno, Batara Wisnu sudah beberapa kali menitis ke Marcapada.
Pada penitisan pertama, Batara Wisnu berubah menjadi penyu raksasa untuk
menopang gunung Mahameru saat para dewa dan bangsa ashura mengaduk Laut Kidul
untuk mencari Tirta Amerta. Di penitisan kedua, Batara Wisnu turun ke bumi
menitis pada raja di Purwacarita bergelar Prabu Makukuhan. Sepeninggal Prabu
Makukuhan, Batara Wisnu dalam bentuk manusia setengah babi hutan bernama Waraha
dan Batara Brahma dalam wujud angsa menghabisi Ditya Hiranyaksa, pangeran
Alengka yang hendak menenggelamkan Marcapada ke dalam lubang hitam. Setelah Marcapada
selamat dari lubang hitam, muncul masalah lagi. Prabu Hiranyakasipu, kakak
Hiranyaksa, mendapat kesaktian tak bisa dibunuh apapun dan siapapun.
Kesaktiannya ini digunakan untuk menaklukan negeri lain dan hendak
menghancurkan Jawadwipa. Batara Wisnu tak tinggal diam. Dia turun sekali lagi
ke Marcapada menjadi manusia berkepala harimau bernama Narasingha dan berhasil
membunuh Hiranyakasipu. Yang kelima, Batara Wisnu lahir kembali menjadi Jaka
Wamana, seorang pendeta cebol, putra Dewi Aditi dan Maharesi Kasyapa untuk
menyadarkan Maharaja Bali. Di zaman berikutnya, Batara Wisnu menitis pada dua
orang, Prabu Harjunasasrabahu, raja Mahespati dan Begawan Ramabargawa
(Parasurama) dari Padepokan Dewashana. Setelah sepeninggal Harjunasasrabahu dan
setelah Ramabargawa menjadi dewa, Batara Wisnu menitis lagi pada Sri Ramawijaya,
sedangkan Dewi Sri Laksmi (Sri Widowati) menitis pada Dewi Sinta. Beratus-ratus
tahun kemudian, dari percampuran keturunan Wangsa Yadawa dan Wangsa Baharata,
Batara Wisnu menitis kembali sebagai Nara-Narayan menjadi Kresna (Narayana),
anak Basudewa dan Arjuna (Permadi), anak Pandu Dewanata. Sementara Sri Laksmi, isteri Wisnu menitis menjadi Sumbadra, adik Kresna. Istimewanya di penitisan kali ini, selain kepada Sumbadra, Dewi Sri Laksmi juga menitis belah menjadi empat wanita lainya. Pertama Dewi
Jembawati, putri Resi Jembawan. Yang kedua pada Dewi Rukmini, putri bungsu
Prabu Bismaka (Harya Prabu Rukma), yang ketiga pada Dewi Setyaboma, putri
sulung Prabu Setyajid (Ugrasena) dan yang keempat kepada Dewi Radha, putri Lurah Wresabanu dan Nyai Kirtidha dari Warsana, penggembala dan juragan lembu terkenal dari Widarakandang.
Pada
suatu hari, di kerajaan Kumbinapuri, Prabu Bismaka di hadap putra sulungnya,
yaitu Arya Rukmana sedang dirundung masalah karena kedatangan Prabu Supala dari
Cedi dan Resi Dorna dari Hastinapura yang ingin melamar Dewi Rukmini. Namun
Dewi Rukmini masih mikir-mikir dulu siapa yang ingin dinikahinya. Lalu Arya
Rukmana memberikan usulnya “Ayahanda, aku punya usul. Kita jadikan ini sebagai
sayembara. Siapa yang bisa mengalahkan aku, maka dialah yang berhak menikahi
rayi dewi.” “aku tidak setuju, kakang Rukmana. Aku sudah memikirkan sayembara apa
yang cocok. Siapa yang bisa menebak ‘sejatinya pria, sejatinya wanita’ dia yang
bisa menikahiku” potong Dewi Rukmini. Sebenarnya Rukmini jatuh cinta pada Prabu
Kresna, sepupunya sendiri. Namun nampaknya, kakaknya itu tak suka pada Kresna.
Jadi dia ingin membuat sayembara sendiri. Kedua kakak-beradik itu terus bersilang
pendapat. Akhirnya Prabu Bismaka memberikan keputusannya “cukup, anak-anakku.
Karena kalian berdua ingin pendapat kalian diambil, aku akan membuat dua
sayembara sekaligus. Siapapun yang bisa melawan Rukmana dan mampu menebak
‘sejatinya pria, sejatinya wanita’, dia yang berhak menikahimu, Rukmini.”
Segera saja, undangan sayembara disebarkan ke seluruh negeri dan negeri
tetangga oleh Arya Rukmana. Hanya Kerajaan Dwarawati yang tidak diberi undangan.
Benar saja, Arya Rukmana memang tak suka bahakan sangat benci pada Kresna
karena menurut penilaiannya, kelakuan Prabu Kresna di masa lalu bagai begundal
yang suka merampok dan membegal, tak pernah berperilaku yang mencerminkan seorang pangeran atau raja, bahkan menikahi Dewi Radha yang jelas sudah bersuamikan Arya Yadawa sehingga menurutnya, Prabu Kresna tak pantas bersanding dengan adiknya.
Sementara
itu, Prabu Kresna di Dwarawati dikunjungi Permadi dan para Punakawan. Setelah
beramah tamah, Raden Permadi membicarakan tentang Dewi Rukmini. Prabu Kresna
seketika teringat tentang keinginan Dewi Jembawati dan Dewi Radha yang ingin dimadu. Lalu
Prabu Kresna ingin bertandang ke Kumbina untuk mewujudkan impian kedua isterinya itu. Raden Permadi dan para punakawan ikut menyertai. Beberapa hari kemudian,
sampailah mereka di negara Kumbinapuri. Mereka melihat keramaian di kotaraja
“kakang Madawa, lihat ada ramai-ramai di kotaraja. Sepertinya akan diadakan
acara besar.” “Benar, Parta. Ayo kita ke sana tapi kita harus menyamar.”
Singkat cerita, Prabu Kresna kmudian
menyamar menjadi tukang roti bernama Danardana, Permadi menjadi penari perempuan
bernama Wrehanala. Sementara ki Lurah Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong menjadi
penabuh gamelan.
Sesampainya di kotaraja, Danardana melihat
adanya persiapan sayembara. Danardana kaget bahwa ada sayembara dan dia tak
diundang. Akhirnya Danardana masuk ke situ dan menawarkan roti pada Prabu
Bismaka. Prabu Bismaka berkenan dengan rotinya dan mempersilakan roti buatannya
dihadirkan sebagai jamuan. Disana, telah diundang Prabu Baladewa dari Mandura,
Prabu Setyajid dan Arya Setyaki dai Lesanpura. Prabu Yudhistira dan Arya
Bratasena dari Amarta. Dipihak Resi Dorna, datang Prabu Anom Suyudana, Patih
arya Sengkuni, Arya Dursasana, Arya Kartamarma, Bambang Aswatama dan beberapa
Kurawa lainnya. Sayembarapun digelar. Baik Resi Dorna maupun Prabu Supala
berhasil mengalahkan Arya Rukmana yang sombong lalu kini tiba menjawab
pertanyaan dari Dewi Rukmini. Prabu Supala atau sering dipanggil Sisupala menjawab “Dinda Rukmini, sejatinya
pria itu kuat dan sejatinya wanita itu lembut. Perempuan itu penuh sifat lembut
dan pria itu harus menjadi pelindung bagi si lembut.” Dewi Rukmini sebenarnya tak
berkenan dengan jawaban Prabu Supala tapi ditahannya. Dewi Rukmini segera
mempersilahkan Resi Dorna untuk maju. Sebelum menjawab pertanyaan, Resi Dorna berkata
“nak Rukmini, kehadiranku ikut sayembara hanya mewakili Prabu anom Suyudana
tapi aku akan menjawab pertanyaan itu semampuku. Menurut hemat saya, pria
sejati itu mengayomi, memenuhi nafkah lahir batin, dan mampu menentramkan si
perempuan. Sedangkan wanita sejati itu tak hanya cantik lahiriah tapi juga
cantik batiniyah. Maksudnya, wanita itu jangan hanya bermodal kan ayunya rupa,
kemolekan tubuh, dan genitnya tingkah tetapi juga memupuk sifat baik, ikhlas
dalam keadaan susah dan senang bersama pasangan, dan kesabaran.” Dewi Rukmini
masih ragu-ragu akan dua jawaban itu dan meminta sang ayah untuk menghentikan
sementara sayembara. Dia ingin ke candi Dewi Durga untuk merenung sejenak.
Karena
ini permintaan dari putrinya, akhirnya Prabu Bismaka akhirnya menghentikan sementara
sayembara. Tetamu dan peserta sayembara disilakan untuk menikmati jamuan dan
pertunjukan yang sudah digelar. Kresna yang masih menyamar menjadi tukang roti
secara diam-diam segera mengikuti Dewi Rukmini.
Dewi Rukmini merenung di candi Dewi Durga |
Sementara
itu, Wrehanala diperintahkan Arya Rukmana untuk menghibur tetamu undangan dan
peserta sayembara. Para punakawan yang menjadi penabuh gamelan memainkan musik
dengan sangat merdunya. Meskipun dikenal sebagai ksatria yang mahir menggunakan
senjata, Permadi sebagai Wrehanala juga pandai dan jago dalam menari.
Gerakannya sangatlah lemah gemulai mengikuti alunan musik. Hingga pada suatu
gerakan, seekor nyamuk hinggap di badan Wrehanala. Dengan sambil menari, dia
berusaha menepuk nyamuk itu. Berkali-kali ditepuk, nyamuk itu tetap bisa lolos.
Lalu nyamuk itu hinggap dan masuk ke lubang hidungnya. Tak ayal, hidung Wrehanala
gatal dan dia pun bersin. Tanpa disangka-sangka, rambut palsu yang dipakai
Wrehanala terlepas dan samarannya terbongkar. Wrehanala badar kembali menjadi
Permadi. Arya Rukmana marah “hei, kau rupanya Permadi, Pandawa antek-antek
Kresna. Apa yang kau lakukan disini?” Permadi dan para punakawan pun dibela
oleh Arya Bratasena dan Prabu Yudhistira. Tanpa disangka-sangka pula, terdengar
bunyi teriakan menggelegar dan barang rusak dari arah keraton. Rupanya di
kejauhan ada raksasa besar dan raksasa itu membawa lari Dewi Rukmini dari candi
Dewi Durga. Patih arya Sengkuni segera memanas-manasi Arya Rukmana”Pangeran
Rukmana, sepertinya itu makhluk yang di bawa oleh Permadi. Kita cukup tahu
kalau Permadi itu sakti dan berteman dengan berbagai makhluk bahkan raksasa.”
Arya Rukmana terprovokasi dan menyuruh Permadi untuk membawa makhluk yang
menjadi raksasa itu. Permadi yang tak terima dengan provokasi Rukmana segera
mengejar raksasa itu.
Dengan
ajian Sepi Angin, Raden Permadi berhasil menyusul si raksasa. Dewi Rukmini
kemudian diturunkan dengan lembut oleh raksasa dan raksasa itumemberikannya
sekuntum bunga melati kepadanya “Rukmini, bersembunyilah dan bawa sekuntum bunga
melati ini. Dia akan menjadi penjagamu.” Setelah berkata demikian, bunga melati
itu berubah menjadi Prabu Kresna palsu. Demikianlah, Prabu Kresna jelmaan bunga
melati membawa Dewi Rukmini sembunyi. Tanpa dikira-kira, Arya Rukmana yang
membuntuti Permadi melihat adiknya bersama Kresna. Lalu diseretnya Prabu Kresna
itu. Dewi Rukmini terkejut dan meminta untuk melepaskan kekasihnya itu namun
tak digubris. Dihadapan adiknya itu, Arya Rukmana menghajar Prabu Kresna lalu
memanah tubuh Prabu Kresna sampai tewas. Dewi Rukmini berlari sambil menangis
menyusul si raksasa. Di saat bersamaan Prabu Baladewa melihat tubuh adiknya
tewas di tangan Rukmana. Dia marah besar dan berniat membunuh sepupunya itu.
Karena ketakutan, Arya Rukmana lari dan menyusul adiknya.
Sementara
itu, Permadi terus menyerang si raksasa secara membabi buta. Raksasa itu mulai
kewalahan dan berubah menjadi Maha Brahalasewu, bentuk triwikrama Batara Wisnu
yang sangat menakutkan.
Permadi menjadi ketakutan dan tiba-tiba berubah menjadi
Maha Wisnurupa, bentuk dewata agung dari Batara Wisnu. Prabu Yudhistira yang
melihat dari kejauhan melihat dua wujud Batara Wisnu, yang satu berwujud dewa
dan yang satu lagi bentuk triwikramanya. Prabu Yudhistira secara spontan
berlari lalu tanpa sengaja tangannya meraba Kalung Robyong Mustikawarih di
lehernya dan berubah menjadi raksasa putih. Raksasa putih yang telah disusupi
Batara Dharma itu berusaha melerai “Hentikan, Wisnu. Sesama titisan Wisnu
janganlah bertengkar karena provokasi dan wanita, berdamailah.” Setelah itu
ketiga wujud kebesaran itu kembali ke keadaan semula. Raksasa putih kembali
menjadi Yudhistira. Maha Wisnurupa kembali menjadi Permadi, dan Maha
Brahalasewu kembali menjadi Prabu Kresna. Dewi Rukmini yang ada di situ memeluk
Prabu Kresna. Tak disangka, Arya Rukmana yang mengejar adiknya itu terkejut
bukan kepalang karena mengira Kresna telah mati bisa hidup lagi. Merasa dipermainkan,
Arya Rukmana kembali marah, lalu mengumpat dan memaki “ Hei, Kresna. Kau
titisan Wisnu tapi kelakuanmu bagai maling. Kau bahkan lebih hina dari maling
atau pezina. Kau rebut adikku yang sudah disayembara....” Arya Rukmana berniat
menyerang Prabu Kresna lagi. Prabu Kresna yang marah atas penghinaan Rukmana
mengeluarkan Cakra Widaksana dan melemparkannya ke arah Rukmana. Di saat yang
sama Baladewa yang marah pada Rukmana mengeluarkan tombak Nanggala dan
melemparkannya juga ke arah Rukmana. Alhasil bagian kepala Rukmana yang terkena tebasan Cakra Widaksana menjadi botak dan tubuh Rukmana hampir semuanya gosong terbakar
terkena tombak Nanggala. Rukmana menjadi koma karenanya. Dewi Rukmini memohon
pada kekasihnya untuk mengampuni dan menghidupkan lagi kakaknya “kakang Kresna
tolong ampuni kakakku. Ayah hanya punya satu anak lelaki. Nasib kelangsungan
takhta Kumbina bergantung pada kakak.” Prabu Kresna tergerak hatinya.
Kemarahannya mulai mereda dan memaklumi Rukmini lalu berkata “baik , Dinda
Rukmini aku akan memaafkan kakakmu.” Prabu Kresna meraba riasan bulu meraknya
dan keluarlah Cangkok Wijayakusuma.
Setelah bunga ajaib itu dibasahi air, lalu
bunga yang masih berair itu dikipat-kipatkan ke seluruh tubuh Rukmana. Berkat
percikan air cangkok Wijayakusuma, Rukmana hidup kembali. Rukmana menyadari
kesalahannya kemudian menghormat pada Prabu Kresna “maafkan aku, Kresna. Aku
telah menghinamu. Kau telah membuka mata dan hatiku yang tertutup kesombongan.
Karena kau sudah berhasil mengalahkan aku, aku menyetujui hubunganmu dengan
Rukmini, adikku tercinta.” Prabu Kresna dan Prabu Baladewa memaafkan Arya
Rukmana. Mereka pun berbaikan.
Maha Wisnurupa-Maha Brahalasewu |
Arya Rukmana menuai karma karena menghina titisan Wisnu. |
Lalu
mereka semua kembali ke alun-alun. Prabu Bismaka bahagia putrinya telah
kembali. Atas keinginan dari Prabu Bismaka, Prabu Kresna diizinkan ikut
sayembara oleh pamannya itu. Prabu Kresna kemudian menjawab pertanyaan siapakah
sejatinya pria, sejatinya wanita.”sejatinya pria dan wanita adalah pasangan
hidup, kawan hidup. Mereka saling melengkpi. Pria tak bisa berada diatas
wanita. Wanita juga tak bisa berada di bawah pria. Terdapat sebuah kisah dimana
pria sekaligus manusia permata diciptakan dari tanah oleh Sanghyang Widhi lalu
setelah itu wanita diciptakan dari tulang rusuk pria. Makna dari kisah ini
adalah wanita diciptakan sebagai kawan yang diperlakukan dengan lembut naman
tegas, bukan diperlakukan sebagai majikan apalagi budak para pria. Sejatinya
derajat, tanggung jawab, hak dan kewajiban antara pria dan wanita pada dasarnya
sama. Pelayanan juga diantara keduanya haruslah sinkron dua arah. Kedua belah
pihak sama- sama mendapatkan hak sekaligus kewajiban masing-masing. Demikianlah
pada dasarnya, sejatinya pria dan wanita adalah komplementer, diciptakan
berbeda dan sama-sama tak sempurna, namun ditakdirkan bisa saling melengkapi
sehingga sebuah terbentuklah kerjasama yang indah berupa terjalinlah kasih dan
sayang, kehidupan yang selaras, harmoni, dan berimbang. Setiap manusia yang
tahu hakikat ini, maka mereka akan menemukan kebahagian yang sejati.”
Jawaban
dari Prabu Kresna membuat Prabu Bismaka dan hadirin menjadi terharu. Dewi
Rukmini telah menetapkan pada siapa dia akan memilih. Dewi Rukmini memilih
Prabu Kresna lalu mengalungkan puspamala di lehernya. Tepuk tangan membahana
memuji Prabu Kresna. Prabu Supala yang gagal mendapatkan Dewi Rukmini menjadi
kesal lalu menghasut Prabu Anom Suyudana dan Patih Arya Sengkuni untuk
menyerang mereka saat hari pernikahan mereka. Hari itu para Kurawa, Resi Dorna,
dan Prabu Supala pura-pura mohon diri untuk kembali.
Beberapa
hari kemudian, pernikahan diselenggarakan. Di pelaminan, Prabu Kresna
bersanding dengan tiga istrinya, Dewi Radha, Dewi Jembawati dan Dewi Rukmini. Dewi
Jembawati senang sekali karena suaminya bisa mengabulkan keinginannya untuk
dimadu. Namun di suasana bahagia itu ada gangguan. Prabu Supala dan para Kurawa
menyerang mereka sebagai bentuk kekecewaan mereka. Di saat seperti itu, Arya
Setyaki dan Arya Bratasena segera turun tangan. Tak butuh berapa lama, Prabu
Supala dan para Kurawa berhasil dikalahkan. Namun sebelum kemabli diri negara
Cedi, Prabu Supala bersumpah serapah “Hei, Kresna. Kau manusia tak berbudi.
Dasar maling, pezina, penyihir!. Mulai saat ini kita musuh abadi!” Prabu
Baladewa hendak membunuh Prabu Supala namun dicegah oleh adiknya yang sedang
berbahagia itu. Setelah pesta selesai, Prabu Kresna memboyong tiga istrinya
itu itu ke Dwarawati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar