Hai semua. I'm comeback. Bisa nulis lagi setelah sekian lamanya. Kali ini saya mau menceritakan kisah kasih Maharesi Bhisma dengan seorang putri bernama Amba. Disini juga dikisahkan kematian adik kedua Bhisma, Prabu Citragada, sayembara memperebutkan para putri kerajaan Giyantipura dan pernikahan Prabu Wicitrawirya dengan dewi Ambika dan Ambalika. sumber yang diambil dari Kitab Mahabharata karya Mpu Vyasa dan dari serial televisi Karmapala karya Imam Tantowi yang dipadukan dengan unsur pedalangan Jawa
Tak terasa 25 tahun telah berlalu. Prabu Sentanu pun lengser keprabon madeg
pandhito*0.Di lain tempat, saudara kembar Dewi Satyawati, Durgandana
yang juga ipar sang Prabu baru menjadi raja di kerajaan Wiratha bergelar Prabu
Matsyapati menggantikan ayahnya, Prabu Wasuparisara. Kini, tahta Hastina
diberikan kepada putra pertamanya dengan Dewi Satyawati, Raden Citragada. Di
tahta itu bersebelahan pula dengan kakak dan adik-adik Citragada, Bhisma
Dewabrata, Raden Wicitrawirya dan Dewi Bandonsari. Raden Citragada dan Raden
Wicitrawirya berbeda sekali perangainya. Citragada bersifat sombong, keras
kepala dan cenderung pemarah tapi Wicitrawirya sangat lembut, baik, lagi
pemaaf. Didekat Dewi Bandonsari, duduklah sang ibu ratu, Dewi Satyawati. Didalam
hati sang ibu ratu, rasa senang, sedih, dan takut bercampur aduk. Senang karena
putranya bisa menjadi raja Hastina, sedih jua karena akan berpisah dengan sang
suami dan rasa takut menyerapnya ketika Citragada sesumbar untuk menaklukan
kerajaan-kerajaan di sekeliling Hastina. Benarlah hal yang ditakutkan Dewi
Satyawati, tak lama setelah menjadi raja, Citragada memerangi kerajaan Kausala,
Purwanegari, Bahlika, Waranawata dan negara-negara lain di sekitar Kerajaan
Hastinapura. Semua dijadikan tanah taklukan dan para penduduknya disiksa
habis-habisan dengan upeti yang tinggi. Karena itu, ibu ratu meminta Bhisma
berusaha untuk membujuk Citragada“Rayi Prabu, jangan perlakukan penduduk di
tanah jajahan seperti budak dan hentikan menaklukan negeri-negeri tetangga.
Lebih baik rayi prabu segera menikah demi kelangsungan tahta di negara ini”
Mendengar ceramah itu, Prabu Citragada sangat marah “Cuih, apa yang kanda
katakan? Aku tidak mau pikiran ku pada negara terpecah oleh urusan anak,
isteri, dan hal remeh-temeh macam itu. Aku ingin menciptakan negara ini adidaya
bahakan hingga sampai ke puncak Jonggring Saloka dan aku bersumpah selama
Jonggring Saloka belum menjadi wilayah kekuasaanku, aku tidak akan kawin!”
tiba-tiba petir dan kilat menyambar atap menara istana. Bhisma merasa ini akan
menjadi murka dewata mengingatkannya “jangan main-main dengan sumpah. Semoga
petir tadi adalah peringatan buatmu bukan murka dewata padamu!”
![]() |
Pertemuan pertama Abiyasa dan Bhisma |
Tak lama setelah Wicitrawrirya dilantik menjadi raja, Abiyasa dan Bhisma
datang menghadap memberitahu adiknya tentang sayembara tanding di Kerajaan Giyantipura
. Siapapun yang bisa mengalahkan putra sulung dan kedua Prabu Kasindra, Ditya
Wahmuka dan Ditya Arimuka, berhak menikahi tiga putrinya, Dewi Amba, Ambika,
dan Ambalika. Mendengar undangan itu, ibu ratu mengajukan Bhisma saja yang
datang untuk menjadi wakil Prabu Wicitrawirya.”anakku Bhisma, ikutilah
sayembara di negeri Giyantipura. Jadilah wakil adikmu. Dengan kesaktianmu kau
bisa mengalahkan mereka.” “Baiklah, ibu ratu. Ananda akan datang dan memboyong
putri-putri itu.”. berangkatlah Bhisma ditemani Ki Semar dan para putranya. Mereka
pun sampai di negeri Giyantipura setelah menempuh perjalanan dua hari dan
sayembara sudah dimulai. Ditya Wahmuka dan Ditya Arimuka sudah mengalahkan para
pelamar. Ketika Bhisma hendak naik gelanggang, Semar membisikkan sesuatu “
Raden, lumuri dulu tangan mu dengan kunyit dan baca doa ruwat saat kalian
bertanding. Itulah cara mengalahkan Wahmuka dan Arimuka” “Terima kasih, kakang
Semar. Akan kupakai cara dari mu.”
Setelah melumuri tangannya dengan bubuk
kunyit, Bhisma naik dan bertarung dengan Wahmuka dan Arimuka. Pertarungan amat
sengit. Senjata-senjata mereka beradu bagai kilat. Ketika bertarung dengan
tangan kosong, Bhisma mulai membaca doa ruwat dan begitu tangannya menyentuh
dua raksasa putra Prabu Kasindra itu, kedua raksasa itu tumbang tak berdaya
lagi bahkan tewas dan berubah menjadi debu. Bhisma dinyatakan sebagai pemenang
sayembara. Tatkala hendak memboyong para putri, datanglah seorang ksatria
bagus.”Hei, kisanak. Tunggu sebentar, kau belum mengalahkan aku. Aku Salwa, raja
negara Saubalapura, kekasih Dewi Amba. Kudengar kau itu Resi Brahmacarin tapi
sekarang kau hendak mengawini adik-adik Amba? Huh, budimu itu tak lebih dari
budi raksasa !. Kalau kau ingin membawa adik-adikanya, lawan aku dulu” Bhisma
dan para hadirin yang ada disitu terkejut, namun sebagai seorang ksatria
pantang menolak tantangan. “Dengar,Salwa. Ketahuilah, aku kesini ikut sayembara
untuk mewakili adiiku, Wicitrawirya,tapi karena mulut lancangmu dan kau ingin
menantangku,akan ku ladeni tantanganmu!” Bhisma dan Salwa bertarung dengan
hebat. Tapi karena sombong, Salwa bisa dikalahkan dengan mudah. Ketika Salwa
hendak dipiting, Dewi Amba meminta
dengan belas kasih untuk membebaskan Salwa. “Bhisma, tolong lepaskan Salwa.
Akulah Amba. Tolong lepaskan dia!” Bhisma tahu diri dan melepaskan Salwa. Salwa
pun berterima kasih atas kemurahan Bhisma dan meminta Amba untuk melepas kisah
cinta mereka. Setelah memohon diri, Bhisma dan para putri boyongan berangkat ke
Hastina. Dewi Amba tidak mau menikahi Wicitrawirya. “Bhisma tolong nikahilah
aku. Kau sudah mengalahkan Kakang Salwa.” Bhisma sebenarnya ingin menikahi Amba
tapi sudah terikat sumpahnya “ Dinda Amba, aku tak bisa menikahimu. Aku telah
terikat sumpahku tidak kawin seumur hidup. Aku ikut sayembara untuk mewakili
adikku. Lebih baik menikahinya bersama adik-adikmu” Amba merasa terhina dan
marah“ Kakang Bhisma, tak kusangka kau perlakukan aku seperti sampah. Aku tak
terima. Aku akan datang lagi untuk membuatmu melepas sumpahmu”. Amba pun pergi meninggalkan
Bhisma.
![]() |
Sayembara Dewi Amba, Ambika, dan Ambalika |
Sesampainya di Hastinapura, Bhisma dan para Punakawan menyerahkan para
putri boyongan. Pada hai yang dianggap baik, diselenggarakanlah pesta
perkawinan tujuh hari tujuh malam. Di tegah pesta itu, datanglah Dewi Amba dan
seorang dewa bertubuh tinggi. Bhisma mengenali dewa itu. Dia Batara Resi
Ramabargawa.
![]() |
Bhisma melawan gurunya sendiri, Batara Resi Ramabargawa |
Ramabargawa datang untuk membujuk Bhisma untuk menikahi Amba “ Anakku,
Bhisma. Aku kesini datang bersama Amba untuk memenuhi permintaannya. Nikahi
dia.”. Bhisma merasa keberatan dan menolaknya “Ampun, guru. Bukan hamba
menolak, hamba sudah terikat sumpahku. Aku tidak akan membatalkan sumpahku,
siapapun yang memintanya karena inilah bentuk dharma ku sebagai ksatria .”Batara
Ramabargawa merasa tersinggung “ Bhisma, kau sudah menelantarkan seorang wanita
dan sekarang kau hendak melawan gurumu sendiri. Sekarang rasakan kemarahanku”
Bhisma pun diserang oleh Batara Ramabargawa. Pertarungan mereka sengit sekali
sampai keluar ibukota Hastinapura. Pesta pun dihentikan. Mereka terus bertarung
hingga seluruh alam merasakan pengaruhnya. Hujan turun salah musim. Gempa bumi
terjadi dimana-mana. Angin dingin bertiup kencang bahkan sampai ke kahyangan. Tiba-tiba
Batara Guru datang melerai “Hentikan pertarungan mu, Parasurama*3,
Bhisma. Perbuatan kalian telah membuat kahyangan geger. Parasurama, muridmu ini
sudah digariskan oleh Ida Hyang Widhi Wasa*4 membujang selamanya dan
kamu, Bhisma. Kelak perlakuanmu pada Amba akan mendapat karmanya. Ingat itu”.
Setelah iu Batara Guru menghilang dan Batara Ramabargawa bersumpah tidak akan
mengajarkan ilmunya pada para bangsawan.
Dewi Amba merasa kasihnya tak sampai dan gagal membujuk Bhisma, melakukan
bunuh diri dengan loncat ke api. Sebelum loncat, Dewi Amba pun bersumpah “
kakang Bhisma, Kasihku padamu memang tak sampai di dunia ini tapi dengarlah
sumpahku.. Kelak ada seorang prajurit wanita yang akan mampu mengalahkanmu dan
di saat itulah aku akan menjemputmu.”. Bhisma menerimanya dengan lapang dada
dan menunggu kesempatan itu.
Setelah bakar diri, sukma Dewi Amba yang sedang
mengembara berdoa pada Batara Kartikeya memohon petunjuk. Tiba-tiba Batara
Kartikeya yang juga disebut Batara Rare Kumara muncul “ Amba, permohonanmu akan
ku kabulkan. Lemparkan puspamala*5 ini ke balairung istana Pancalaradya.
Siapapun yang mengambilnya, dia yang kelak mengalahkan Bhisma. Dia adalah
titisanmu.”Dewi Amba menerima puspamala itu dan membawanya ke Kerajaan Pancalaradya.
Sesampainya disana, Dewi Amba melemparkannya ke balairung istana dan tak ada
siapapun yang berani mengambilnya. Kelak puspamala itu diambil oleh salah satu
cucu Prabu Gandabayu, raja kerajaan Pancalaradya.
![]() |
Permohonan Dewi Amba |
*1 Sejenis Makhluk halus.
*2 Punakawan adalah pengikut para ksatria. Biasanya mereka sering mengingatkan junjungan mereka bila mereka salah.
*3 Parasurama adalah gelar Ramabargawa setelah diangkat menjadi Dewa. Ramabargawa adalah seorang resi yang hidup sejaman dengan Rahwana dan Harjuna Sasrabahu. Karena kematian ayah dan ibunya ditangan para bangsawan, Ramabargawa melakukan perjalanan keliling dunia sembilan kali untuk menghabisi para bangsawan lalim. Dia adalah titisan Batara Wisnu bersama Harjuna Sasrabahu. Dia dikalahkan oleh Ramawijaya yang juga sesama titisan Wisnu.
*4 Sebutan untuk Tuhan yang Maha Tunggal dalam agama Hindu
*5 kalung bunga teratai
*2 Punakawan adalah pengikut para ksatria. Biasanya mereka sering mengingatkan junjungan mereka bila mereka salah.
*3 Parasurama adalah gelar Ramabargawa setelah diangkat menjadi Dewa. Ramabargawa adalah seorang resi yang hidup sejaman dengan Rahwana dan Harjuna Sasrabahu. Karena kematian ayah dan ibunya ditangan para bangsawan, Ramabargawa melakukan perjalanan keliling dunia sembilan kali untuk menghabisi para bangsawan lalim. Dia adalah titisan Batara Wisnu bersama Harjuna Sasrabahu. Dia dikalahkan oleh Ramawijaya yang juga sesama titisan Wisnu.
*4 Sebutan untuk Tuhan yang Maha Tunggal dalam agama Hindu
*5 kalung bunga teratai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar