Hai-hai karena kepikiran buat nulis lagi, kisah kali ini mengisahkan tentang kembaran (doppelganger) Prabu Kresna bernama Paundraka. Keberadaannya nyaris membahayakan pernikahan Arjuna dan Sumbadra. Sumber cerita : Serial Drama Kolosal India Radha Krishna dan Suryaputra Karna dengan pengubahan dan penyelarasan dengan pewayangan Jawa.
Dikisahkan setelah
mengalami putus cinta dengan Sumbadra dan gagal merebut Ulupi yang sedang
mengandung tempo hari, Arya Burisrawa semakin angau ingin merebut Sumbadra.
Patih Sengkuni berpikir tentang cara untuk memisahkan Arjuna dan Sumbadra yang
baru saja dikaruniai putra itu. Ia lalu teringat sesuatu “keponakan ku
Burisrawa...aku teringat pada temanku....raja Jarasandha dan dia punya sekutu
yang bisa kita mintai bantuan.” “benarkah itu paman Sengkuni? Aku akan
percayakan semuanya padamu, paman.. asalkan Arjuna bisa menderita dan Sumbadra
jadi milikku., akan kutempuh jalan manapun.” Sengkuni segera melakukan lobi
dengan Prabu Jarasandha (Jaka Slewah) selaku orang dekatnya setuju. Sang raja
Giribajra itu menjelaskan“paman Sengkuni...sahabatku ini sangat lihai
berkata-kata...ia dan adiknya orang yang paling nomor satu memusuhi Wangsa
Yadawa terutama Kresna yang licik itu. Temanku ini juga punya dendam pribadi
kepada Kresna karena menaklukan negerinya, Prabu Paundraka. Raja dari
Paundrapuri” Prabu Jarasandha juga menjelaskan ciri-ciri sang Paundraka. Wajahnya
sangat mirip dengan Prabu Kresna, bagaikan pinang dibelah dua. Cara berpakaian,
mahkota bulu meraknya, bertutur kata, pola pikir, kesaktian dan kekuatan juga benar-benar
sama persis. Bahkan namanya sangat mirip dengan sang raja Dwarawati yakni
Paundraka Wasudewa. Ia punya adik bernama Raden Dantawakra yang juga amat muak
dengan kisah para titisan Wisnu. Prabu Duryudhana yang ikut rombongan itu
tertarik untuk ikut dalam drama perebutan istri orang ini namun Adipati Karna
menyarankan kepada iparany” adikku gusti prabu Duryudhana.... jangan terlalu
ikut campur urusan ini. Adhi prabu baru saja diangkat sebagai raja baru
Hastinapura. Lagipula tidak baik merusak pagar ayu sebuah pernikahan.” Prabu
Duryudhana menimbang-nimbang, antara keinginan adik iparnya atau mengamankan
posisinya. Ia pun setuju dengan usulan Karna. Ia memutuskan tidak akan ikut
campur dengan drama yang akan dibuat Burisrawa dan paman Sengkuni. Ia pun
kembali ke Hastinapura bersama Adipati Karna.
Di istana Paundrapuri,
Prabu Paundraka dan Raden Dantawakra menyambut kedatangan Patih Sengkuni. Dengan
berbasa-basi, Patih Sengkuni mengutarakan niatnya untuk menjebak Arjuna dan
Sumbadra dalam lingkaran ketidakharmonisan juga memperdaya seluruh klan Yadawa.
“Gusti patih Sengkuni....tawaranmu ini nampaknya menarik...Kresna yang licik
itu sudah membuat kerajaanku seperti ini. Dia juga membuat adikku Dantawakra
kehilangan orang yang dikasihnya. Akan ku buat Kresna yang licin itu menderita
berkali-kali lipat. Aku terima tawaranmu, gusti patih. Dantawakra
bersiap-siaplah.....kita akan membuat Kresna merana berkali-kali lipat di
tengah perpecahan keluarganya.” “baik kakang prabu....aku juga akan mendukungmu.”
Oleh kesaktian sang kakak, wajah Dantawakra didandani menjadi sangat tampan. Sangat
mirip dengan wajah Arjuna.
Singkat cerita, pada
suatu ketika saat Prabu Kresna masih menemani Arjuna yang sedang di Yasarata,
Prabu Paundraka menyusup ke Dwarawati. Ia berpura-pura menjadi Prabu Kresna. Dengan
pakaian yang begitu mirip dan tutur kata yang sangat manis, ia mengelabui
banyak orang. Mulai Prabu Baladéwa, Patih Udawa, Arya Setyaki, Dewi Radha, Dewi
Rukmini, Dewi Setyaboma, Dewi Jembawati, bahkan Dewi Sumbadra dikelabuinya. Lalu
datanglah Dantawakra yang menyamar jadi Arjuna palsu. Ia berencana membuat Dewi
Sumbadra tidak nyaman dan menggugat cerai suaminya. Suatu hari, terjadi
pertengkaran antara Arjuna palsu dengan Dewi Sumbadra. “cukup kakang kulup.....
kemana sifat kakang yang dulu? Setelah dapat isteri baru kau tidak pernah
begini.... kita sudahi saja....kita berpisah sampai disini! ” Lalu Sumbadra
mengadu pada kakaknya, Prabu Baladéwa kalau Arjuna ternyata sangat kasar. Prabu
Baladéwa marah dan mengadukan hal ini kepada adiknya, Prabu Kresna. “Arjuna! Beraninya
kau melukai hati adikku!” Prabu Baladewa hendak menghajar Arjuna. Namun ia
dihalangi oleh Prabu Kresna palsu.”hentikan kakang Balarama!” Di saat demikian,
kebetulan patih Sengkuni dan Arya Burisrawa sedang datang berkunjung. Prabu
Kresna palsu (Paundraka) menyambut kedatangan mereka. Atas usulan patih
Sengkuni, pernikahan Arjuna dan Sumbadra tidak bisa dilanjutkan karena
ketiadaan cinta dimasing-masing pasangan. Ia menyarankan agar Dewi Sumbadra
untuk bercerai dengan Arjuna dan lebih baik dijodohkan kembali dengan Arya
Burisrawa. Prabu Baladéwa setuju. Singkat cerita, Arjuna palsu dan Dewi
Sumbadra bercerai. Lalu diadakan acara pertunangan Sumbadra dengan Burisrawa.
Acara pertunanagan itu digelar
meriah. Dewi Sumbadra merasa ini tidak benar. Ia masih cinta dengan Arjuna. Namun
ia sangat tidak tahan dengan kata-kata kasar mantannya itu. Di tengah acara,
datanglah Prabu Kresna dan Arjuna asli. Seluruh majelis Dwarawati kaget melihat
Prabu Kresna dan Arjuna ada dua. Arjuna asli kaget kenapa isterinya sekarang
bertunangan dengan Burisrawa. Dewi Sumbadra kaget sehingga pingsan melihat kakak
dan mantan suaminya ada dua orang. Prabu Kresna dan Arjuna palsu segera
memerintahkan Arya Setyaki untuk memenjarakan peniru dirinya. Seakan terhipnotis,
Arya Setyaki menaatinya. “kalian peniru kakang Prabu dan kakang Arjuna. Kalian harus
dipenjarakan.” Prabu Kresna asli dan Arjuna asli bersikap biasa saja dan
menerima hukuman itu. Mereka berdua dijebloskan ke penjara. Para isteri Kresna
merasa tidak sampai hati maka memilih pergi dari Dwarawati dengan alasan ingin pergi
ke pura pinggir kota. Di luar Dwarawati, para isteri Kresna yakni Dewi Radha
beserta Dewi Rukmini, Jembawati, dan Setyaboma berunding apa rencana mereka
selanjutnya. Setyaboma bertanya kepada Radha“Yunda Radha, bagaimana ini? Di istana
ada dua kakanda Kresna dan adhi Parta.” Sambung Jembawati “benar yunda....ini
semua membingungkan. Apakah ini permainan dari Patih Sengkuni demi memisahkan adhi
Parta dengan dinda Sumbadra?” Dewi Radha lalu berkata “tenang dinda Jembawati,dan
Setyaboma.... kita mengenal kakanda Kresna...kakanda tidak mungkin semudah itu menyetujui
usulan paman patih Sengkuni. Prinsip kakanda Kresna berlandaskan cinta kasih sedangkan
paman patih berlandaskan perpolitikan praktis. Ini kemungkinan sebuah
konspirasi. Patih Sengkuni tidak melakukan ini sendirian. Pasti ini juga ada
campur tangan Jarasandha. Apa kalian teringat sesuatu?” Dewi Rukmini lalu teringat sesuatu “Yundha
Radha...aku ingat sesuatu tentang kembaran kakanda. Di seberang negeri Kumbina,
ada negara bernama Paundrapuri. Rajanya bernama Paundraka. Wajahnya, tutur katanya,
pola pikirnya, dan bahkan tindak-tanduknya sangat mirip dengan kakanda.” Radha
kaget“apa..dinda Rukmini? Paundraka? Dia sekutu Prabu Jarasandha yang pernah
menyerang Mandura bersama Patih Kalayawana dulu saat Kangsa dikalahkan.”.Dewi
Jembawati kaget “gusti jagat Dewa Batara.....jika benar yang dikatakan Yunda
Radha, jangan-jangan Arjuna yang ada disana itu Dantawakra.” Dewi Setyaboma gantian kaget dan menjelaskan “Kemungkinan
itu dia, dinda Jembawati. ia juga hampir merogolku saat pencarian kakanda
Kresna. Untungnya hal itu dihalangi ayahku” Dewi Radha menyarankan ketiga
madunya untuk melakukan sembahyang di sebuah padmasana di pinggir desa
Widarakandang, memohon petunjuk dari Dewata. Sepanjang siang dan malam, mereka
berempat berdoa di depan padamasana. Tak lama, datang Batara Narada dan Semar .
Batara Narada mengabarkan “kembaran suami kalian akan terkuak kedoknya. Kalian akan
turut andil bagian di dalam nya.” Setelah Batara Narada dan Semar menghilang, keempat
isteri Kresna menyamar sebagai penggembala perempuan dan pemerah susu sapi
(gopika) yang suka menari-nari. Mereka akan menyerahkan upeti ke Dwarawati.
Para gopika datang di saat pernikahan antara Arya Burisrawa dan Sumbadra akan digelar. Mereka menawarkan diri untuk jadi penari di acara itu. Acara berlangsung semarak dengan tari-tarian dari para isteri Kresna yang menyamar itu sehingga para penjagaan istana menjadi lemah. Sementara itu, Ki Lurah Semar dan Batara Narada menyamar sebagai penjaga penjara dan membebaskan Prabu Kresna dan Arjuna yang asli. “ndoro Arjuna..ndoro prabu cepat keluar dari sini...biar aku dan adhi Narada yang mengurus disini.” “terima kasih ki Lurah...akan ku rebut kembali isteri tercintaku. Sudah cukup dengan konspirasi rendahan ini!!” singkat cerita, Ketika akan mendekati ijab kabul mendadak datang serangan ke kerajaan Dwarawati.
Kresna melawan Paundraka |
Terlihatlah Prabu Kresna dan Arjuna asli menaiki kereta Jaladara menembaki istana dengan panah. “Paundraka! Dantawakra! Kalau kalian ingin menghancurkan Dwarawati hancurkan saja. Tapi ka;lau ingin menghancurkan cinta kami,langkahi mayat kami dulu.” Teriak Arjuna asli dari atas kereta Jaladara. Arya Burisrawa ketakutan melihat kemarahan Arjuna dan memilih lari tidak melanjutkan pernikahan ini. Ia bersama Patih Sengkuni lari ke Hastinapura.
Prabu Kresna dan Arjuna
palsu tak mau kalah. Mereka menaiki sebuah kereta yang juga merupakan tiruan
dari kereta Jaladara. Mereka saling berperang. Keduanya sama kuat sama sakti.
Semua senjata yang dimilik Prabu Kresna asli dapat ditiru oleh Prabu Kresna
palsu (Paundraka). Bahkan, Cangkok Wijayakusuma, Cakra Widaksana, Terompet
Pancajanya, Gada Kumadaki, Kaca Lopian, dan Panah Aji Kesawa dapat ditirunya. Setiap
kali Prabu Kresna asli mengeluarkan senjata, Prabu Kresna palsu pasti bisa
mengeluarkan senjata yang sama. Prabu Kresna palsu menyombongkan diri,
mengangkat dirinya sebagai titisan Wisnu yang sebenarnya.”hahahahaha......aku
lah sang Wisnu yang asli dan dia yang palsu...akulah Yang Maha Kuasa!!” Semar
menyadari di saat orang diliputi kesombongan, disitulah titik lemahnya akan
kelihatan. Semar mengubah diri jadi bayangan dan berbicara kepada Prabu Kresna
dan Arjuna asli “Ndoro prabu, kelemahan Kresna palsu itu ada di kepalanya, di
jamang mahkotanya.” Prabu Kresna segera melemparkan seluruh senjatanya jadi
satu ke arah kepala Prabu Kresna palsu. Prabu Kresna palsu segera memerintahkan
Arjuna palsu terbang menjauh namun kemanapun mereka pergi, gabungan senjata-senjata
asli itu mengejar mereka sampai akhirnya jamang mahkota Prabu Kresna palsu
terpotong dan terlihat kepala botaknya. Seketika senjata-senjata itu berubah
wujud jadi Cakra Widaksana secara gaib dan menghancurkan kepala Paundraka
sampai meledak. Dengan tewasnya Paundraka, Arjuna palsu marah besar dan
menyerang membabi buta kearah kereta Jaladara.
“kematian kakangku tidak boleh sia-sia...Arjuna! ayo kalahkan aku....!!” Arjuna
geram dengan orang yang sudah membuat isterinya bercerai dengannya. Dengan penuh
kemarahan Arjuna, berkat tembakan panah Sangkali, Arjuna palsu bisa ditewaskan
dengan kepala meledak juga.
Prabu Kresna dan Arjuna
segera membebaskan semua orang dari ilusi yang diciptakan Prabu Paundraka. Ia
lalu mengeluarkan Cangkok Wijayakusuma dan mengibas-ngibaskannya ke awan
menciptakan hujan benama Udan Toyamarta. Semua orang di Dwarawati terbebas dari
sihir Paundraka. Arjuna dan Sumbadra rujuk kembali dan melanjutkan pernikahan
mereka. Acara bangun nikah digelar meriah kembali. Di dalam penglihatan batin
Kresna, ia melihat Dantawakra kembali ke wujud asalnya, bertukar wujud sebagai Wijaya,
salah satu penjaga gerbang kahyangan Waikuntaloka yang pernah dikutuk sebagai
musuhnya dalam tiga penitisan.