Sudah lama saya tidak posting.....Btw, kisah kali ini
mengisahkan Batari Durga dan menantunya, Dewi Permoni. Dikisahkan Batari Durga
berubah menjadi Dhumawati, sang dewi pelindung nasib buruk juga perjalanan cinta dewi
Permoni dan Batara Kala. Saya padukan lakon ini dengan legenda versi India
tentang Dewi Niruti sang dewi pembawa ketakutan dan kemalangan, kisah para
Mahawidya (10 wujud Batari Durga dalam kepercayaan Tantrisme Hindu), lakon
Samodera Manthana di Mahabharata buku Adiparwa, kisah Batara Kala-Dewi
Setesuyara dari Bali, dan kisah Dewi Permoni versi Sunda dan Jawa dengan bumbu
romantisasi versi saya.
Jamuan di Iswaraloka
Pada suatu hari, Batari
Durga dan Batara Guru mengadakan jamuan di istana Iswaraloka. Seluruh dewa
diundang. Sang dewi yang disebut Uma itu mempersilahkan Batara Brahma dan Dewi
Saraswati makan duluan. Ia pun juga memepersilahakan Batara Wisnu dan Dewi
Srilaksmi makan duluan “Kalian makanlah duluan....aku akan memunggu suamiku
makan dulu” para dewa pun memakan jamuan. Batara Guru juga makan sampai-sampai Batari
Durga menderita kelaparan yang luar biasa. Sehingga makanana jamuan habis dan
para dewa kembali ke istana masing-masing, Batari Durga belum makan. Ketika
kembali ke meja jamuan, Batari Durga tidak disisakan satu butir nasi pun untuk
dimakan. Ia begitu lapar dan menci-cari sang suami. Ia melihat Batara Guru
sedang duduk dibawah pohon. Batari Durga
meminta Batara Guru memberinya sesuatu untuk dimakan namun sang Batara
Shiwa justru diam karena bersemadi. Batari Durga mengulang permintaannya
berkali-kali namun tetap tidak digubris.
Kemarahan Dhumawati
Karena terlalu lapar, sang Dewi Parwati marah besar lalu menjadi Dewi Mahakali kemudian menelan segala benda-benda di Trilokabuana, para dewa, bahkan Batara Guru. Setelah menelannya, Batara Guru memohon agar memuntahkannya.
Dhumawati menelan Batara Guru |
Permoni dan Kala
Peristiwa bangkitnya Dewi
Dhumawati terjadi sebagai penyeimbang buat menantunya, Dewi Permoni sebagai
dewi kemalangan. Dikarenakan sesaat setelah peristiwa pengadukan laut dan
legenda gerhana, Dewi Permoni yang baru keluar dari dasar laut semakin dekat
dengan Batara Kala, sang dewa penguasa malapetaka. Dewi cantik itu menerima
sang pangeran kahyangan berwujud yaksa itu sebagai suaminya. Hari-hari mereka
berlalu. Mereka hidup bahagia namun Batara Kala merasa malu pada dirinya
sendiri ketika bersama Permoni di penghadapan para dewa. Pada suatu ketika,
Batara Kala sedang merenung duduk terdiam di halaman belakang Istana
Nusakambana. Sepertinya dia banyak pikiran. Dewi Permoni bertanya kenapa
"kakanda kenapa termenung disini? Apakah ada yang mengganjal di hati
kakanda?" Batara Kala berkilah dengan berperumpama "tidak, dindaku.
Kakanda sedang melihat nasib cacing-cacing di akar rumput itu. Cacing yang
bentuknya buruk dan kecil itu menyuburkan rumput yang indah dan tinggi. Namun
ia terlalu malu untuk naik ke atas daun rumput yang hijau itu" Dewi
Permoni tak begitu paham apa maksudnya perumpamaan itu, maka ia menanyakan
kepada Batara Ganesha, adik iparnya yang terkenal dewa yang cerdas dan
waskita. Batara Ganesha mengerti apa
yang dimaksud kakaknya lalu berkata pada kakak iparnya "Yunda, sepertinya
kakang Kala sedang kalut hati karena minder dengan kecantikan Yunda. Dalam
pikirnya, ‘Yunda kok mau dengannya yang berwajah buruk’. Baginya, yunda adalah
rumput hijau dan Batara Kala merasa hina seperti halnya cacing di tanah
itu."
Tapa Brata Permoni
Mendengar hal demikian,
Dewi Permoni kaget bukan kepalang. Tak disangka, sang suami bakal minder dan
malu dengan dirinya sendiri karena beristrikan seorang yang wajahnya cantik
rupawan. Dewi Permoni hanya bisa tertunduk sahaja. Lalu dengan langkah gontai,
ia meninggalkan kahyangan Jonggring Saloka secara diam-diam.. Dalam
pengembaraan yang tak tahu arah, Dewi Permoni menghilangkan segala atribut
dewanya, menyegel kekuatannya, dan berganti pakaian menjadi sorang petapa
perempuan berbaju kumal dan lusuh. Ia lalu bersumpah akan kembali kepada
suaminya lagi dengan wujud yang baru sehingga sang suami tak akan malu dan
rendah diri lagi. Pengembaraan ini ia lalui dengan tapa brata keras, dari makan
serangga, duduk diam di dalam rawa berlumpur selama bertahun-tahun, dan mandi
dengan abu kremasi di ladang ksetra (tempat mengaben/membakar jasad) sambil
memakannya. Meski kekuatan dewanya telah disegel, namun sebagai seorang dewi pembawa
kekeringan dan kemalangan, perbawa yang ia bawa tetap muncul. Setiap tempat
yang ia kunjungi pasti mengalami kekeringan dan gagal panen. Hutan-hutan yang
ia kunjungi, pepohonannya akan meranggas kehilangan daun.
Sudah bertahun-tahun Dewi
Permoni meninggalkan kahyangan. Batara Kala terus mencari-cari sang isteri.
Karena sudah cupet pikiran, ia berniat untuk menghancurkan kehidupan. Hal iti
dicegah sang ayah Batara Guru (Shiwa). Batara Guru menyabarkan sang putra. Dia
yakin Dewi Permoni akan kembali membawa kejutan besar. Batara Guru lalu
memberikan sebagian aji Kawrastawam Miliknya kepada Batara Kala. Dia lalu
diminta turun ke bumi karena disana ia akan bertemu lagi dengan Permoni.
Wujud Baru Permoni
Di tempat lain, Batari Durga/Uma sedang mengawasi menantunya itu bertapa brata mengharap bisa kembali lagi bersama sang suami.
Wujud Baru Dewi Permoni |
Adharma dan Niruti
Alkisah ada seorang pengembara
pria muda yang tampan bernama Adharma. Walau disebut demikian, ia nampak
seperti orang linglung dengan baju lusuh dan compang-camping. Banyak orang yang
menyoraki dan melemparinya dengan batu. Hingga di suatu hutan, Ia bertemu
seorang gadis bertubuh tinggi besar mirip Batari Durga bernama Nyai Niruti. Dia
tinggal di pinggir hutan Krendawana. Adharma mengamati Niruti dari jauh dan
jatuh hati pada pandang pertama. Pada suatu hari, Adharma melihat Nyai Niruti
disoraki dan dicela para penduduk karena tubuhnya yang tinggi besar mirip
gergasi. Lalu Adharma datang menyelamatkan Niruti. Sekembalinya di gubuk
pinggir hutan, mereka saling berkenalan. Setelah perkenalan itu, mereka hidup
bersama. Kemanapun Niruti pergi, Adharma selalu menggendongnya. Ini ajaib
karena Adharma badannya seperti anak muda biasa namun punya kekuatan seorang
pegulat sehingga bisa menggendong Niruti yang tinggi besar.
Tak disangka, sejak
perkenalan itu, Nyai Niruti juga jatuh hati pada Adharma. Hingga pada suatu
ketika, Adhrma menyatakan perasaannya. Niruti tersanjung namun ia mengatakan
bahwa ia datang ke hutan itu untuk mencari suaminya. Adharma merasa pilu di
hati. Cintanya tak bersambut. Meski demikian, tanpa rasa canggung Adharma juga
mengutarakan tentang nasibnya. Ia juga ditinggalkan istrinya yang kabur entah
kemana. Dalam pikirnya, mungkin ia sudah mencari suami baru karena rupanya
tidak tampan baginya. Nyai Niruti mengingatkan Adharma agar tidak terlalu
menyoroti kekurangannya. Di saat mereka sedang mengingati nasib masing-masing,
mereka merasa ada gejolak di hati mereka seperti ingin bercumbu rayu. Dari
kejauhan, Batara Kama dan Dewi Ratih telah meniupkan ajian Padmasmara dan panah
Kembang Asmara ke sanubari mereka.
Adharma dan Niruti lalu saling berkejaran di padang rumput dekat hutan Krendawana seperti kijang di musim kahwin, berguling-guling diantara rerumputan dan akhirnya mereka saling kecup di bibir. Lidah mereka saling memilin, menyatu satu sama lain seakan berada dalam kemuncak cinta.
Adharma dan Permoni |
Kembali ke Kahyangan
Di alam mata batin,
tiba-tiba Adharma melihat Niruti seperti seorang dewi kahyangan. Sementara
Niruti melihat Adharma berubah menjadi dewa bertubuh tinggi besar seperti
raksasa. Keduanya mengenali bahwa mereka adalah Batara Kala dan Dewi Permoni.
Batara Kala sudah mencari-cari kemana Permoni dan akhirnya bertemu kembali
dengan isterinya. Dewi Permoni juga rindu pada sang suami namun juga
menamparnya karena ia meragukan ketulusannya. Ia menikahi Kala karena ia cinta
murni tanpa paksaan, tanpa mengincar keistimewaan apapun. Ia tak melihat wajah
suaminya buruk sebagai aib malahan sebagai berkah dari Sanghyang Widhi yang
Maha Kuasa. Dewi Permoni lalu memberikan nasihat Nyi Gauri kepada suaminya
"suamiku, jika kau menganggap dirimu cacing, maka lihatlah juga rumput. Ia
juga menderita karena tubuh pendeknya dan selalu diinjak-injak manusia dan
hewan besar, namun ia selalu tegak karena ia tahu manfaat dirinya di
lingkungan" . Batara Kala pun sadar berkat nasihat dari isterinya.
Ketika kembali ke alam
nyata, Adharma telah kembali sebagai Batara Kala dan Niruti kembali menjadi
Dewi Permoni. Namun Dewi Permoni memutuskan untuk memakai wujud barunya saja
yang tinggi besar pemberian Nyai Gauri. Karena terlalu lama di bumi, tanpa
sadar perbawa mereka membawa segala musibah dan kemalangan di seantero
Jawadwipa dan Hindustan. Dewi Sri dan Batara Sadana kewalahan mencukupi sandang
pangan dan mengatur kesuburan. Panen gagal dimana-mana, penyakit merebak, dan
bencana kekeringan parah meliputi tanah tempat mereka berdiri. Mereka pun
kembali ke kahyangan dan kembali menjalankan tugas sebagai dewa-dewi penguasa
segala petaka, bencana, dan kemalangan.