Matur slam, para pembaca. Kali ini saya akan menceritakan punakawan Gareng menjadi seorang raja di negara asing karena kelakuan Arjuna yang gegabah. Dikisahkan pula permintaan idam-idaman Sumbadra yang hamil tua, diculiknya tiga istri Arjuna ke negara Paranggumiwang oleh Prabu Pandubergola dan turunnya wahyu kepada jabang bayi Dewi Sumbadra. Sumber yang saya gunakan berasal dari blog albumkisahwayang.blogspot.com dengan perubahan dan pengembangan yang seperlunya
Idaman
Dewi Sumbadra
Kicauan
burung-burung perkutut dan kutilang bersahutan. Embun pagi turun melembabkan
tanah Madukara. kala itu, Dewi Sumbadra sedang hamil tujuh bulan ditemani kedua
madunya, Niken Larasati dan Dewi Srikandhi. Kali ini Dewi Sumbadra ingin
mengungkapkan keinginannya kepada sang suami. Ditemani kedua madunya. Ia
menghadap sang suami “kanda kulup, sekarang aku sedang hamil besar. Sebelum
upacara siraman tingkeb . Aku minta satu permintaan.” “apa itu, dinda kulup?
Apapun akan aku kabulkan.” Dewi Sumbadra mengutarakan keinginannya “kanda, aku
ingin makan ikan wader.” “kalau itu akan aku perintahkan seluruh prajurit
membeli semua ikan wader di pasar.” Namun Dewi Sumbadra berkata lagi “kanda,
bukan ikan wader biasa yang aku inginkan. Aku ingin ikan wader abang sisik
kencana. Ikan wader merah dengan sisik emas dan kanda sendiri yang harus mencarinya.”
Arjuna sangsi apa ada ikan wader abang sisik kencana namun demi idaman sang
istri, maka ia bersama para punakawan segera berangkat . tak lupa ia membawa semua
alat memancing termasuk sebuah jaring pusaka, Jalasutra Tampal Kencana.
Diam-diam setelah kepergian sang suami, Dewi Sumbadra ditemani Larasati dan
Srikandhi mengikuti dari belakang.
Angaunya
Raja Paranggumiwang
Di
negeri Paranggumiwang, sang raja yang bertakhta disitu, Prabu Pandubergola
mendapatkan mimpi. Dia duduk bersama seorang wanita cantik bernama Rara Ireng.
Lalu ia pun terbangun. Sang raja terbayng-bayang wajah ayunya itu lantas ia
tanyakan kepada Ki Lurah Togog “ki Lurah,
aku bermimpi bertemu wanita cantik. Namanya kalau tidak salah Rara
Ireng.” Wajah ki Lurah Togog seketika pucat pasi dan ia pun berkata “waduh
tuanku.... mending buang saja mimpimu itu. Rara Ireng itu nama masa kecil gusti
Dewi Sumbadra, istri Raden Arjuna, sang penengah Pandawa. Kakak-kakaknya, Prabu
Baladewa dan Prabu Kresna adalah raja besar Mandura dan Dwarawati. Tuanku bisa
habis kalao berani mengusik gusti Dewi Sumbadra.” Sang raja agak gentar
mendengarnya namun ia tidak mau menikahi siapapun kecuali Rara Ireng maka ia
persiapkan sepasukan prajurit buat menyerang Amarta. Namun di tengah jalan,
pasukan Paranggumiwang diserang oleh pasukan Mandura dan Dwarawati yang
berkunjung ke Amarta. “adhi Kresna, akan aku obrak-abrik pasukan yang
menghalangi kita. ” “kalau menurut kakang Balarama benar, lakukanlah” Prabu
Kresna mengizinkan kakaknya, Prabu Baladewa ikut menyerang. Dibantu dengan Arya
Setyaki dan Patih Udawa, alhasil pasukan Paranggumiwang tercerai berai. Prabu
Pandubergola sendiri melarikan diri dengan mencebur ke sungai. “kakang, aku
merasa orang-orang Paranggumiwang punya niat tidak baik. Kakang duluan saja
dengan yang lain ke Amarta. Aku akan menyusul.” “baik, adikku.” Singkat cerita,
Prabu Kresna dan Prabu Baladewa berpisah jalan.
Sumbadra
ditawan Raja Paranggumiwang
Setelah
keluar dari air, Prabu Pandubergola melihat seorang wanita cantik yang dikawal
dua wanita cantik pula. Dengan paras mereka yang cantik, anggun, dan jelita,
Prabu Pandubergola dapat menduga bahwa ketiga wanita itu adalah para istri Arjuna.
Maka Prabu Pandubergola segera menyerang ketiga wanita itu. Dewi Sumbadra
hendak melawan namun dicegah oleh Dewi Srikandhi “Yunda, biar kami saja. Lebih
baik jaga kandungan anak kita.” maka terjadilah perang tanding antara seorang
pria melawan dua orang wanita. Sebenarnya kesaktian sang raja Paranggumiwang
masih satu tingkat di bawah kedua istri Arjuna itu namun ia licik. Ia lemparkan
tanah debu sehingga mengaburkan pandangan dua wanita itu. di saat yang tepat,
Prabu Pandubergola menyandra Dewi Sumbadra dan mengancam akan membunuh
Sumbadra. Dewi Srikandhi dan Niken larasati tak bisa berbuat banyak. Ketiga
wanita itu diikat pada sebatang pohon. Lalu sang Prabu merayu Dewi Sumbadra“hei
dewi cantik. Kau pasti Rara Ireng, sang Sumbadra dari Amarta itu. Mari
menikahlah denganku dan tinggalkanah suamimu yang doyan keluyuran itu. Aku bisa
memberikan banyak harta dan rumah mewah di Paranggumiwang. Aku pun akan
memuaskanmu” “maaf paduka raja, aku tidak tertarik harta, namun bila kau
sungguh cinta padaku maka carikan aku ikan wader abang sisik kencana. Aku akan
senang hati dan akan segera cerai bila kau bisa carikan ikan macam itu.” prabu
Pandubergola sangat senang mendengarnya. Maka ia segera kembali mencebur ke
sungai dan mencari ikan aneh itu.
Robeknya
Jalasutra Tampal Kencana
Di
sungai yang sama itu pula, tampaklah Arjuna dan para punakawan tengah sibuk
memancing ikan wader abang sisik kencana itu. Berkali-kali menebar jala pusaka
ke dalam air, namun Arjuna hanya mendapat ikan-ikan biasa. Karena kelelahan,
raden Arjuna menyerahkan Jalasutra Tampal Kencana kepada para punakawan
sementara ia akan beristirahat. Lalu Ki Lurah Semar memanggi ketiga putranya
“Hmm...Blegedag gedugg...ndoro Arjuna sudah capek menjaring ikan. Dia
menyerahkan pada kita. nahh siapa mau duluan?” para punakawan saling tunjuk “Kamu
aja duluan, reng.” “kamu aja, Truk” “gak mau, kamu aja duluan, Gong.” “lah kok aku, kan yang paling tua duluan.” Para
punakawan masih terus bedebat lalu Ki Lurah Semar memutuskan “udah-udah. Karena
saling nunjuk. Lebih baik hompimpa dulu. Yang kalah harus duluan.” Maka
dilakukanlah hompimpa dan yang kalah adalah Petruk dan yang menang Gareng.
Petruk
segera menebar jaring dan ditariknya hati-hati. Hasilnya tetap sama saja, hanya
ikan-ikan biasa yang tertangkap. Lalu tiba giliran Bagong. sama seperti Petruk,
yang tertangkap juga hanya ikan biasa. Tibalah gGareng yang melemparkan Jalasutra
Tampal Kencana. Secara bersamaan, Prabu Pandubergola yang sedang menyelam kena
jaring pusaka itu. maka ia meronta-ronta dan jala ajaib itu justru makin kuat
menjeratnya. Sementara itu, Gareng merasa dapat ikan besar segera menarik jala
pusaka bendaranya itu. Tarik-menarik itu makin kuat hingga akhirnya Prabu
Pandubergola mengerahkan kesaktiaanya dan merobek jala itu lalu meloloskan diri.
Gareng merasa kok jalanya tiba-tiba jadi ringan. Keringat dingin mulai
bercucuran. Gareng mulai gemetar saat menarik jala itu dan jala tersebut telah
rusak. Jalanya robek dan menganga cukup lebar.
Ketika
Nyawa hanya Seharga Jaring Rusak
Ketakutanlah
tiga punakawan itu terutama Gareng. Gareng tahu jika jalanya rusak, jala itu
hanya bisa diperbaiki dengan tumbal nyawa yang merusakkannya. Tak lama,
datanglah Arjuna dan Semar. terkejutlah Arjuna jaringnya rusak di tangan
Gareng. Ia pun meletup kemarahannya “paman Gareng, Kok bisa rusak. Paman
tahukan kalau jala ini rusak, maka nyawa sang perusaklah yang menjadi
tumbalnya!” terpakasalah aku harus mengorbankan nayawamu, paman.” Gareng hanya
bisa menangis mohon ampun. Begitupun dengan Ki Lurah Semar, Petruk, dan Bagong
yang hanya mampu terdiam kebingungan. Arjuna tiba-tiba hendak menghunuskan
keris ke arah Gareng. Maka Gareng berlari ke arah jeram sungai. Dia menyuruh
bendaranya untuk memasukkan keris “ndoro, jangan hunus kerismu. Aku sedih
ternyata selembar jala jauh lebih berharga daripada nyawaku. Maka
aku....selamat tinggal.” Gareng segera mencebur ke sungai dengan putus asa.
Dalam sekejap, tubuh Gareng langsung lenyap terbawa arus sungai yang banjir.
Raden Arjuna segera memeriksa jala pusakanya dan taka ada yang berubah. Jala
itu tetap rusak. Arjuna menyesal karena bukan Gareng yang merusak jala
pusakanya. Namun terlambat sudah, Gareng telah hanyut terbawa arus sungai dan
menghilang jasadnya. Lalu datanglah Prabu Kresna menjemput sepupu sekaligus
iparnya itu. Arjuna kemudian menceritakan apa yang terjadi. Prabu Kresna yang
berpandangan luas menabahkan iparnya itu “Parta, bertabahlah. Mungkin sekarang
Gareng mendapat perlindungan Sanghyang Widhi. Daripada kita bersedih, ita
kembali saja ke Amarta. Toh sebentarlagi upacara siraman adikku.” Maka
beranjaklah mereka semua kembali ke Amarta.
Rancangan
para Istri Arjuna
Tak seperti yang dipikirkan Arjuna dan yang lainnya, Gareng selamat dan terdampar di pinggir sungai. Ketika bangun dia melihat para istri Arjuna sedang diikat sebatang pohon. “lho..ndoro Sumbadra, ndoro Srikandhi dan Ndoro Larasati. Kenapa ada disini dan diikat begini?” Srikandhi menjawab “ceritanya panjang, paman Gareng. Intinya, kami diikat prabu Pandubergola dari Paranggumiwang. Dia ingin menikahi yunda Sumbadra. Lha paman Gareng kok kesini bisa sampai kesini?” Gareng menceritakan kejadian yang dialaminya. Para istri Arjuna kesal mendengar kisah dari Gareng terutama Dewi Sumbadra, ia ingin menyadarkan kesalahan suaminya. Tiba-tiba Niken Larasati mendapat siasat. “paman Gareng, paman pakai baju raja Paranggumiwang itu yang ada di sana. Aku punya rencana bagus.” Gareng segera memakai pakaian itu lalu setelah membebaskan para istri junjungannya itu, para istri Arjuna segera merias Gareng sehingga ia menjadi tampan dan sukar dikenali lagi.
Gareng dirias jadi tampan |
Siasat
Pandubergolamanik
Setelah
tubuh Pandubergola hanyut, maka para istri Arjuna dan Gareng bertemu dengan
para prajuritnya. Sesuai rancangan di awal, Gareng mengaku sebagai Prabu
Pandubergola masih hidup dan telah berhasil menculik Dewi Sumbadra bahkan
seluruh istri Arjuna ikut diboyongnya. Tak sampai disitu, dia menambahkan nama
baru yaitu Pandubergolamanik karen badannya menjadi lebih imut dan tampan.
“dengarkan aku para prajurit. Sekarang aku berhasil merebut para istri Arjuna,
sekarang sebagai pelengkapnya aku ingin memiliki Madukara juga ohh tidak aku
ingin kalian seluruh Amarta berikut negara bawahannnya.” “tapi gusti prabu,
orang-orang Amarta sangatlah kuat belum lagi sebelum menyentuh pasukan Amarta,
kita sudah kalah dengan sekutu mereka, pasukan Sangkarsana dari Mandura dan pasukan
Narayani dari Dwarawati..” kata patih Jayadenda, sang perdana menteri
Paranggumiwang. Namun Prabu Pandubergolamanik terus mendesak dan meyakinkan
sang patih “apa kamu sendiri tidak sadar, patihku. Aku sekarang tidak hanya menjadi
imut dan tampan, namun aku juga menjadi semakin sakti. Ayo kita taklukan
Amarta!” tanpa banyak waktu lagi, Prabu Pandubergola beserta seluruh pasukannya
segera bertandang ke Amarta.
Laga
Paranggumiwang di Amarta
Sementara
itu di Amarta, Prabu Yudhistira di keraton Indraprastha menerima kedatangan
Prabu Baladewa. “selamat datang kakang Prabu. Aku punya berita buruk untuk
kalian. Dinda Sumbadra bahkan dinda Larasati dan Srikandhi kini menghilang
entah kemana. Acara siraman bakal batal kalau begini jadinya.” Prabu Baladewa
menjadi resah dan berniat untuk mencari adiknya. Namun sebelum ia beranjak,
datanglah Prabu Kresna dan raden Arjuna bersama Ki Lurah Semar, Petruk, dan
Bagong. Arjuna juga membawa kabar buruk bahwa ia telah menghukum Gareng tanpa
penelisikan lagi lebih dalam. Sekarang Gareng sudah tidak ada bahkan jasadnya
sudah hanyut di sungai entah dimana. Tiba-tiba patih Tambakganggeng datang
melapor bahwa Prabu Pandubergolamanik dari Paranggumiwang menyerang Amarta. Prabu
Baladewa, Arya Wrekodara dan Arjuna segera keluar memimpin pasukan untuk
mempertahankan Amarta.
Betapa
terkejutnya mereka seperempat pasukan Amarta, pasukan Sangkarsana dan pasukan
Narayani ternyata kalah dengan kesaktian Prabu Pandubergolamanik. Bahkana Arya
Setyaki dan Raden Gatotkaca sampai kalah. Lebih mengejutkannya, Arjuna melihat
ketiga istrinya berdiri di belakang raja bertubuh imut itu dan mereka berkata
“kami tidak sudi menjadi istrimu lagi, Arjuna!” meledaklah kemarahan Arjuna dan
Baladewa. Maka menyeranglah mereka berdua. Pertempuran berlangsung seru. Namun
yang terjadi sungguh di luar dugaan, Arjuna dan Prabu Baladewa kalah telak dan
mundurlah mereka berdua. Arya Wrekodara menjadi gusar lalu dihantamkanlah Gada
Rujakpala nya namun aneh bin ajaib, gada yang luar biasa berat itu mampu
ditahan hanya dengan tangan kosong oleh sang prabu Paranggumiwang itu. lalu
dikembalikan gada itu dan terpentallah Arya Wrekodara.
Petruk,
sang Jago Amarta
Prabu
Yudhistira menjadi prihatin melihat pasukannya terdesak. Maka ia meminta
petunjuk dari Prabu Kresna. Prabu Kresna melihat dari mata batinya lalu berkata
“hmmm.... dari apa yang ku lihat, kurasa yang bisa mengalahkan pasukan
Paranggumiwang dan rajanya hanyalah kakang Petruk saja.” Petruk menjadi keberatan
“ehhh......tunggu ndoro Prabu. Yang sekelas ndoro Arjuna dan Wrekodara aja
kalah lha kok aku yang orang biasa disuruh melawan?” “ayolah, kakang Petruk. kakang
minta apa saja akan aku kabulkan.” Maka Petruk mengajukan permintaan “baiklah,
aku meminta seekor anak ayam cemani darimu, ndoro Prabu.” Prabu Kresna mengerti
maksud anak ayam cemani itu adalah kiasan tentangnya yang berkulit gelap.
Maksudnya Petruk ingin dinikahkan dengan salah satu putri Prabu Kresna. Sang
prabu Dwarawati itu menyanggupi dan mengatakan kelak Petruk akan berjodoh
dengan putrinya dari Dewi Radha namun saat ini ia masih kecil. Petruk menagih
janji itu suatu hari nanti.
Badarnya
Siasat Pandubergolamanik
Petruk kemudian menuju ke medan laga. Dengan pethel (kapak) miliknya, ia mengalahkan nyaris seluruh prajurit Paranggumiwang bahkan Patih Jayadenda juga berhasil ditewaskan sabetan kapaknya. Setelah membuat seluruh pasukan Paranggumiwang tak berkutik, tibalah masanya duel antara Petruk melawan Prabu Pandubergolamanik.
Petruk melawan Pandubergolamanik |
Melihat
sang prabu telah kembali ke wujud asal, Arjuna segera maju dan minta maaf pada
Gareng ”aduh paman Gareng. Maafkan ndoromu ini sudah membuat paman jadi hampir
celaka. Aku sudah sangat lancang menghukum paman tanpa diteliti dulu.” “duh,
ndoro Arjuna. Sudah tidak usah dipikirkan. Aku juga mengerti kalau ndoro memang
sedang banyak pikiran, wajar jika ndoro bisa berpikir tanpa pikir panjang saat
seperti itu.” Setelah Arjuna meminta maaf kini ganti Dewi Sumbadra yang minta
maaf pada sang suami “kanda kulup, aku juga sebenarnya bersalah. Permintaan
dinda terlalu aneh sampai membuat paman Gareng nyaris celaka. Dinda membuat
semua ini hanya agar kanda memperhatikan istri-istri kanda malah justru membuat
orang lain kesusahan” “tidak, dinda. Dinda kulup dan dinda semua tak bersalah.
Kanda yang salah, selama ini kanda hanya sibuk menuruti keinginan kanda,
berkelana terus dan mencari hiburan sendiri tanpa memikirkan perasaan dinda
semua. Mulai sekarang, kanda akan lebih memperhatikan dinda semua.” Arjuna dan
Sumbadra saling memaafkan sesama sendiri.
Tak
lama kemudian, datanglah Prabu Pandubergola yang asli. Ia berhasil
menyelamatkan diri saat ditendang Gareng kala itu dan berhasil mengumpulkan
sisa prajurit yang kucar-kacir di hutan. Ia marah sekali melihat semua prajuritnya
termasuk sang patih tewas. Dia pun berteriak “hei kalian orang Amarta! siapa yang telah berani
menewaskan semua prajuritku? Akan aku remukan kepalanya!” Petruk pun hendak
maju namun dibela oleh Arya Wrekodara dan anaknya, Gatotkaca. “tidak perlu
maju, paman Petruk. Biar aku dan romo yang melawan. Maka majulah ayah dan anak
itu “kami berdua yang bunuh semua prajuritmu.” “kurang ajar kalian berdua! Aku
tantang kalian. Kalau aku menang, maka serahkan Rara Ireng kepadaku.” Arjuna
menjadi kesal dan hendak maju namun ditahan oleh sang kakak, “Gak usah maju,
Jlamprong. Biar aku saja yang mengurusnya.” Maka terjadilah perang tanding,
Arya Wrekodara melawan Prabu Pandubergola dan Raden Gatotkaca melawan para
prajurit Paranggumiwang. Dalam perang tnding itu, Gatotkaca mampu menghabisi
para prajurit dengan memiting kepala mereka, sementara Arya Wrekodara berhasil
memukulkan gada Rujakpala ke kepala Prabu Pandubergola dan tewaslah ia dengan
kepala remuk.
Babare Wahyu Hidayat
Terjadilah
keajaiban. Begitu Prabu Pandubergola tewas, Jalasutra Tampal Kencana yang robek
menganga seketika utuh kembali seperti sedia kala. Benarlah yang dikatakan
Arjuna, jala ajaib itu bila rusak maka hanya bisa diperbaiki dengan tumbal
nyawa yang merusakkannya. Tak diduga tak dinyana, tubuh sang prabu juga ikut berubah
ke wujud aslinya yaitu menjadi ikan wader abang sisik kencana. Semua
terheran-heran maka Prabu Kresna yang berpandang luas menyadari bahwa sebenarnya
ikan wader abang sisik kencana ini adalah perwujudan dari Wahyu Hidayat yang
turun dan sedang menunggu sang pemilik aslinya, yaitu jabang bayi yang
dikandung Dewi Sumbadra. Maka ia berubah menjadi raja dan membuat skenario ini
agar bisa menitis pada sang jabang bayi. Prabu Kresna menyerahkan ikan itu
kepada sang ipar agar dapat memenuhi idaman istrinya yang lagi hamil itu.
Upacara
siraman tingkeb itu pun dilangsungkan. Setelah upacara siraman, Dewi Sumbadra
menikmati hidangan termasuk ikan wader abang sisik kencana itu disuapi sang
suami. Di temoat lain, dengan penglihatan mata batin, Prabu Kresna melihat
cahaya tak tampak menyelimuti adiknya setelah memakan daging ikan ajaib itu.
sang prabu menyadari bahwa Wahyu Hidayat telah menyatu dengan sang jabang bayi
dan kelak sang bayi akan menjadi orang hebat dengan kanuragan yang tinggi.
Setelah pesta selesai, Prabu Kresna dan Prabu Baladewa berpamitan kembali ke
negeri masing-masing.