Hai semua, apa kabar kalian semua. Ini postinganku
yang pertama. Di postingan ini, aku mau menceritakan cerita Mahabarata. Eiits,
tapi ini Mahabarata versi Jawa, jadi ada beberapa perbedaaan dan ciri khas yang gak ada di Mahabarata versi India. Dalam post
ini saya mau bercerita asal- usul nenek buyut Pandawa dan Kurawa, Dewi Satyawati.
Sumber ceritanya saya ambil dari Kitab Mahabharata karya Mpu Vyasa yang saya
selaraskan dengan unsur pedalangan Jawa dengan tak terlalu mengubah alur asli
isi Kitab Mahabharata.
Syahdan di pinggir bengawan Yamuna, seorang dara
cantik hidup sebagai nelayan. Satyawati namanya. Dahulu namanya Durgandini. Asalnya
dia putri kerajaan Wirata, masih satu kerabat dengan kerajaan Hastina. Saudara
kembanya, Durgandana adalah putra mahkotanya. Nasib yang amat berkebalikan. Durgandini hidup jauh dari kebahagiaan walau tinggal di istana karena badannya
menyebarkan bau bacin*0. Sang ayah, Prabu Wasuparisara berkata padanya “anakku,
Durgandini. Sebenarnya ayahanda tak ingin
mengatakan hal ini. Sewaktu Ayahanda samadi, Ayahanda dapat wangsit dari Hyang
Narada. Dia berpesan pada Ayahanda bahwa apabila ananda ingin sembuh dari bau bacin mu, lakukanlah tapa ngrame*1 dengan menjadi
tukang tambang*2 di bengawan Yamuna”. Durgandini teramat sedih perasaannya tapi
demi kesembuhannya dia rela meninggalkan istana.“Baiklah Ayahanda, demi kesembuhanku dan kemulian
hidupku nanti, aku ikhlas meninggalkan kemewahan Istana. Mohon restumu,
Ayahanda”.Mulai dari saat itu, Durgandini bertapa ngarame
dengan menjadi tukang tambang di Bengawan Yamuna. Sepanjang hari dia secara
sukarela menolong orang yang hendak menyebrangi bengawan meski tak sedikit yang
jijik dengannya. Hal ini dilakoninya berbulan-bulanDewi Durgandini sembuh dari bau bacin |
Selang sembilan bulan kemudian lahrlah seorang
bayi lelaki berkulit gelap dengan tali pusar putih. Bayi itu dinamai Abiyasa
oleh Parasara, sedangkan Durgandini menamainya Raden Kresna Dipayana karena dia lahir
di tengah pulau. Lalu ketika mereka hendak mengubur tali pusar Abiyasa, tiba-tiba
tali pusar itu berubah menjadi bayi lelaki. Mereka menamainya Setatama. Lalu sewaktu
Parasara menangkap ikan tambra raksasa di bengawan, tiba-tiba dari dalam perut ikan,
lahirlah dua bayi. Yang satu lelaki satunya lagi perempuan. Dua bayi tu dinamai
Arya Rajamala dan Dewi Sudesna. Keajaiban tak berhenti sampai disitu. Dua patahan
dayung perahu tambang juga berubah menjadi dua bayi kembar. Bayi yang tercipta
dari patahan dayung kiri mereka namai Kichaka dan dari dayung kanan mereka
namai Rupakichaka. Semua dipersaudarakan dengan Abiyasa dan Setatama
Beberapa bulan setelah kelahiran Abiyasa, berita
pernikahan Durgandini dan Parasara tersebar ke Wirata. Durgandana marah
mendengarnya karena dirinya dan keluarganya merasa tak diundang. Durgandana melabrak lalu bertengkar dengan Parasara dan
memaksa mereka bercerai. Mau tak mau, Parasara harus berpisah dengan Durgandini.
Dibawalah Abiyasa dan Dewi Sudesna bersamanya. Durgandini marah kepada
Durgandana. Karena sedih ditinggalkan Abiyasa dan Parasara, ditnggalkanlah Durgandana dan sebelum
pergi, dia berpesan padanya untuk merawat dan membawa Arya Rajamala, Setatama,
Kichaka, dan Rupakichaka ke Wirata.
Durgandini melanjutkan tapa ngramenya. Tapi malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih,
perahu tambangn Durgandini terseret arus deras bengawan hingga ke pinggir sebuah desa
nelayan. Desa itu bernama Desa Matsyah.. Dia kemudian dtemukan dan dirawat oleh kepala desa di desa itu. Namanya
Ki Dasabala. Setelah menceritakan asal-usulnya, dia meminta ki Dasabala untuk menjadikannya
anak angkat baginya. Ki Dasabala bersedia menampungnya dan mengangkat anak
padanya. Dewi Durgandini merasa berterimakasih “ Terima kasih, bopo Dasabala. Mulai hari ini
panggilah aku Satyawati padaku. Itulah permintaanku, bopo”. Dasabala
meluluskan permintaannya. Sejak saat itu Durgandini berganti nama menjadi Dewi
Satyawati dan hidup sebagai nelayan di sana.
*0 : bau anyir ; bau busuk seperti ikan
*1 : tapa brata dengan berbuat baik pada orang banyak ; pelayanan masyarakat
*2 : orang yang bekerja menyebrangkan orang lain atau benda ke seberang sungai dengan perahu
*4 : Sejenis ikan mas. Sisiknya berwarna putih keperakan. Sirip berwarna hitam